Lagi-lagi kebodohan Tiara kembali terulang. Pagi-pagi sekali Rini harus merelakan catatan tugas rumahnya untuk Tiara salin. Sahabatnya itu beralasan bahwa ia lupa ada tugas sejarah yang harus dikumpulkan hari ini.
"Maaf ya Rini. Aku bawa roti coklat loh di tas, ambil aja buat bayaran udah ngasih contekan."
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Rini sembari mengambil roti coklat yang Tiara berikan.
Tiara menganggukkan kepalanya sembari menatap fokus pada bukunya.
"Ini aja lagi nahan boker gara-gara abis makan nasi goreng buatan Bapak," ujar Tiara."Enggak heran si ampe bisa sakit perut."
Setelah selesai dengan tugasnya, Tiara kembali memasukkan buku catatannya ke dalam laci dan mengembalikan buku Rini.
"Hari ini ada guru baru katanya," ujar Rini.
"Serius? Ngajar apa?"
"Matematika," sahut Rini.
"Wah, dalam kurun waktu seminggu udah ada dua guru pengganti. Mana cewe cowok lagi," ujar Rini.
"Guru barunya cewek?" Rini menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.
"Masih muda lagi. Cocok kalo sama Pak Raka."
Tiara sontak menjitak kepala Rini pelan lalu mendengkus kesal. "Enak aja. Pak Raka cocoknya sama aku," sanggah Tiara.
"Yeh, kemarin aja kamu nangis baru dideketin Pak Raka," ejek Rini dengan diakhiri menjulurkan lidahnya.
"Ah kamu mah nggak seru."
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi menandakan bahwa kegiatan belajar-mengajar akan segera berlangsung. Para murid kelas 11-IPS 2 pun berhamburan keluar kelas dan ada juga yang masih menetap di kelas untuk mengganti pakaian mereka dengan seragam olahraga.
"Aduh, kebelet boker." Rini berdecak kesal karena sahabatnya itu mendapat panggilan alam pada waktu yang kurang tepat.
"Masih bisa ditahan, nggak?" tanya Rini.
"Masih, ayo ganti!"
Setelah selesai berganti pakaian, para murid pun turun ke lapangan untuk mulai olahraga. Guru olahraga memulai agenda dengan pemanasan terlebih dahulu. Setelah melakukan peregangan, mereka dipinta untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali putaran.
Baru sampai di putaran ke dua Tiara sudah tidak sanggup menahan dirinya. Ia pun berlari menuju guru olahraganya berdiri.
"Pak, saya izin ya?"
"Ada apa dengan muka kamu? Kok merah? Perasaan baru lari dua puteran."
Tiara pun langsung mengambil celah untuk meminta izin. "Saya lagi sakit perut, Pak. Aduh ...," ujarnya sambil menyentuh perutnya.
"Ya sudah, sana ke UKS."
Tiara bersorak gembira dalam hati. Ia akui bahwa tiap ekspresi wajahnya mampu membuat beberapa orang terperdaya.
"Makasih, Pak."
Setelah mendapatkan izin, Tiara langsung bergegas menuju toilet untuk membuang hajat. Tiara menghabiskan waktu di dalam toilet selama sepuluh menit. Begitu selesai, Tiara keluar toilet sembari menepuk perutnya yang terasa lega.
"Nyari gara-gara ni perut," ujar Tiara pada perutnya.
Saat hendak melanjutkan perjalanannya ke UKS, Tiara berpas-pasan dengan sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Raka.
"Pucuk dicinta, ulam pun tiba."
"Hallo, Pak Raka!" sapanya pada Raka.
Raka hanya menanggapi dengan gumaman singkat dan terus melanjutkan perjalanannya. Bukan Tiara namanya kalau langsung berhenti sampai di sini. Kebetulan sekali Raka berjalan menuju arah yang sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Untuk Tiara
أدب المراهقين"Selain dilahirkan untuk menyembah Allah bukankah kamu juga dilahirkan untukku?" Tiara tak menyangka akan bertunangan dengan Raka yang berstatus sebagai guru bahasa Inggris di sekolahnya. Tiara memang menyukai Raka, tetapi ia tidak dapat memaksakan...