🌑 Hara 🌑

176 49 24
                                    

"Mama, Mika siap dihukum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama, Mika siap dihukum."

Kepulangan Mika yang mendadak membuatku termenung. Ada apa gerangan?

"Apa yang Mika lakukan?" Aku bertanya.

Gagal membunuh musuh bukan masalah selagi mereka selamat. Anak-anak harus tetap hidup dan menjalaninya dengan bahagia tanpa gangguan dari Pemburu Iblis.

"Mika yang salah." Gadis itu menunduk, tampak menahan tangis. "Mika membiarkan Rama masuk ke tas dan menengok dunia luar."

Ah, Rama. Anak itu cerdas tapi cukup bandel. Sudah berapa kali dia mencoba kabur dari sini hanya sekadar menjawab rasa penasarannya.

Tiada hari tanpa laporan Rama mencoba kabur dan tidak kusangka Mika, sebagai kakaknya, bersedia membawa adiknya ke dunia luar yang penuh bahaya.

Tidak seperti kakaknya yang lain, Mika justru membiarkan adiknya dalam bahaya. Tentu saja jadi masalah. Bagaimana kalau nanti anak lain mau ikut? Bakal banyak kendala, terutama anak iblis sangat khas baunya, seperti bau yang biasa dikeluarkan hewan ternak, jelas mudah diketahui.

Iblis tidak bisa mengembangkan kekuatannya sebelum mencapai usia paling muda tujuh belas tahun. Rama tidak menunjukkan tanda-tanda kekuatan iblis di usianya yang sepuluh tahun ini. Kalau sudah, aku pasti mengizinkan.

Ke mana anak itu sekarang?

"Di mana Rama sekarang?" tanyaku pada putriku, dia menunduk tampak gemetar. "Tatap lawan bicaramu!"

Mika lantas menatapku. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar.

"Mama, Rama tewas."

***

Dahulu, aku tidak menginginkan apa pun melainkan seorang teman.

Seseorang yang bersedia menemaniku kala suka dan duka.

Tidak memandangku sebatas fisik atau bakat.

Tidak pula mencela kekurangan atau membenci kelebihanku.

Yang mau menerimaku apa adanya.

Dan kini, aku harus memberikan cinta terbaik untuk anak-anakku.

Meski mereka tahu, umur mereka terancam setelah masa remaja, sebagian anak sesekali mengirimiku surat.

Mama, aku sudah makan hari ini.

Mama, aku aman sekarang.

Mama, sekarang aku berbaur dengan manusia.

Mama, aku berhasil membunuh musuh.

Mereka memberi surat, senantiasa bertukar kisah. Meski sebagian tidak pernah memberi kabar lagi, aku mengerti dan hanya bisa berharap yang terbaik.

Aku ditakdirkan untuk menjaga mereka.

Akulah penjaga mereka.

Karena aku ibu mereka.

Mama, Apa Rahasiamu? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang