🌑 4 🌑

286 81 3
                                    

Seusai kepergiannya, kami kembali duduk di lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai kepergiannya, kami kembali duduk di lapangan. Kali ini, aku turut masuk ke dalam lingkaran kakak-kakakku yang tidak lama lagi akan keluar tahun depan.

"Kudengar di luar sana penuh bahaya," kata saudariku.

"Dari buku-buku, sih, jelas banyak bahayanya di sana." Abangku tampak setuju.

Lalu ditimpali oleh saudaraku. "Makanya Mama menyuruh kita bersiap-siap tahun ini. Kita akan keluar bersama-sama, 'kan?"

Dalam beberapa kasus,memang ada di antara kami yang keluar bersamaan. Namun, tentu saja dibatasi menjadi lima orang saja setiap tahun. Sementara yang datang pun juga terus bertambah, tapi juga setahun sekali.

"Hei, Rama, katanya mau menjelajah di dunia luar, 'kan?" Saudariku menatap tajam, jelas sama antusiasnya denganku maupun anak-anak lain.

Aku mengangguk. Tentu saja penasaran. Apa yang ada di luar sudah pasti bakal lebih keren dibandingkan dunia sebatas panti ini.

"Aku akan mengirim surat padamu kalau sudah waktunya." Saudariku berjanji. "Kamu tidak akan percaya nanti!"

"Hush! Jangan bikin dia penasaran terus, kasihan, lho!" tegur pemuda di sampingnya.

Saudariku hanya terkekeh. Mereka ini terus saja membuatku kian penasaran sekaligus cemas.

Dikelilingi orang yang lebih tua, ucapan mereka kadang membuatku bingung. Bersama yang lebih muda pun tidak kalah susahnya. Tapi, begitulah yang terjadi setiap saat, bukan?

Tak lama lagi, aku akan menyusul mereka.

Tak lama lagi, aku akan menyusul mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang