Aku berdiri di depan cermin dengan pakaian terbaikku, baju krem dengan jubah kecil biru dilengkapi, serta rambut pendek disisir rapi, belajar dari Mama.
"Rama, sedang apa?" Louis melotot, tampak ngeri melihatku yang sedang berdandan ini.
"Tidak apa, Louis, hanya sementara." Aku memasang kancing kemudian memandangi bayanganku di cermin. Sempurna.
"Kalau ketahuan gimana?"
Pertanyaan Louis sukses membuatku membeku. Aku meliriknya melalui pantulan cermin.
"Ada benarnya." Aku mengakui. "Tapi, jika tidak pernah mencoba, apa gunanya?"
Berhasil, Louis terdiam mendengar ucapanku. Terus memandangiku yang sibuk berpikir di depan cermin. Selagi menunggu siang hari.
Mengapa siang? Biasanya saat kami disuruh mengurung diri di panti, Mama akan keluar. Katanya ada urusan dan kadang beli makanan. Tapi, tentu saja janggal. Mama seakan tidak punya jam tidur seperti kami. Kadang kulihat dia tengah terlelap saat kami asyik bermain di luar.
"Kamu mau ikut?" tanyaku.
"Hah? Memang bisa?" Louis tampak lucu ketika bingung.
Aku tersenyum, lebih tepatnya tersirat kenakalan. "Aku perhatikan, biasanya saat kakak kita akan keluar, Mama sediakan banyak barang. Kita sembunyi di antara barang-barang itu."
"Ta ... Tapi, Rama ..." Dia menggantung kalimatnya.
"Kenapa?" heranku.
Louis menggeleng. "Anu, tidak jadi."
Aku jadi sedikit kesal. "Mau ikut tidak?"
"Mau!" Louis sedikit meninggikan nada suara. Jelas kami tidak boleh ketahuan. "Tapi, aku takut ketahuan."
Aku menepuk bahunya. "Jangan takut. Aku ada rencana. Kita akan menengok dunia luar. Sebentar saja. Dengarkan saja aku. Jadi, begini caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]
FantasyAku selalu penasaran akan dunia di luar panti ini. Mama bilang, di sana penuh dengan bahaya. Kami hidup di sebuah tempat yang disebut sebagai panti yang diurus oleh Mama seorang. Setiap setahun sekali, Mama akan mengumumkan jadwal 'kedewasaan' kami...