🎑 1 🎑

105 27 4
                                    

"Hari ini, kalian boleh berkeliling di dunia luar sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini, kalian boleh berkeliling di dunia luar sana. Tapi, berhati-hatilah dengan mereka."

Itulah pesan Mama untuk kedua kalinya setelah kami dikurung kembali di sini. Lebih tepatnya, diasingkan di rumah sendiri.

Setelah beberapa minggu diasingkan di panti, Mama akhirnya datang ke kamar dan memeluk aku. Dia tidak mengatakan apa-apa, namun aku merinding saban kali mengingatnya.

Mama tidak menunjukan bahwa dia marah. Tapi, aku tahu luka di hati tidak akan sembuh saat itu juga.

Rama telah tiada, dan ini karena kesalahanku.

Andai aku tahu di sanalah rute yang mereka ambil, sudah pasti adikku aman.

Namun, percuma saja meratapi kematian kalau dia tidak akan kembali.

Kematian sudah pasti akan menjemput. Entah kita siap atau tidak.

Namun, tentu semua akan dicegah jika ...

"Raka sudah menunggu di rumah Alexei," ujar Mama. "Mika siap-siap, ya. Mama mau mengurus adik-adik dulu."

Aku mengiakan lalu mempersiapkan diri.

Raka sudah menunggu di rumah seseorang yang juga menjadi pengurus kedua di panti ini. Kami berdua memanggilnya "Bapak" secara ekslusif. Bapak sudah pasti tidak terlambat kali ini.

Sebelum keluar dari panti, aku menyisir rambut kelabuku lalu mengikatnya. Setelah siap, aku pergi menemui Mama.

"Ma, Mika pergi," pamitku.

Mama yang tengah berdiri di ruang tengah, mengawasi adik-adik yang sarapan, berpaling dan menghampiriku.

"Iya, Mika hati-hati, ya." Mama pun mengecup dahiku.

Aku mengiakan.

Mama kemudian bicara. Ketika dia membuka mulut, seisi panti Graves tahu mereka sebaiknya menutup mulut.

"Anak-anak, kakak kalian mau pamit."

Ucap Mama untuk keberapa kalinya. Kalimat yang sering diucapkan setiap tahun. Menjemput kakak kami menuju kegelapan, untuk memastikan kedewasaan mereka.

Aku dianggap siap, meski awalnya sudah merusak rencana.

Namun, kini Mama kembali melepasku.

Mendengar ucapan Mama tadi, adik-adikku berduyun-duyun menghampiri aku untuk kesekian kalinya. Mereka menatapku dengan tatapan bingung, tapi sebagian tampak tidak peduli atau terlalu polos.

Mereka tersenyum. Persis seperti aku waktu melihat kepergian pendahuluku.

Kini, giliranku yang akan pergi.

"Dadah, Kakak!"

"Nanti mampir lagi ke sini, ya!"

"Hati-hati, Kak!"

"Kami akan merindukanmu."

Aku balas setiap ucapan mereka dengan senyuman. Sebelum pergi, aku berikan sedikit pesan untuk mereka.

"Kalian jaga diri," pesanku. "Jangan keluar dari panti sebelum waktunya, ya."

Aku kembali tersenyum kemudian berpaling dan keluar melalui pintu utama. Mama yang terakhir membelai bahuku sebelum akhirnya benar-benar lepas.

Terus saja melangkah, hingga aku menembus kegelapan.

Pada malam ini, aku akan menjemput Raka.

Bersama, kami akan membasmi musuh.

Bersama, kami akan membasmi musuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang