Katanya, dunia luar itu penuh misteri dan bahaya.
Tapi, kami juga harus mengenali bahaya itu agar bisa bertahan hidup.
Hanya saja, aku cuma bisa belajar lewat perantara seperti buku atau surat-surat dari pendahuluku.
"Rama tidak perlu memusingkannya," kata Mama ketika aku menyampaikan rasa penasaran ini. "Belum waktunya, jadi bersabarlah."
Tentu saja aku tidak bisa menahannya cukup lama. Apalagi dengan godaan kakak-kakakku ini. Kenapa tidak ajak aku juga? Aku tidak akan menganggu.
"Mama?" Aku mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk."
Seharusnya aku di kamar dan barangkali bermain di kamar saudaraku sekarang. Tapi, ada hal yang ingin aku tanyakan pada Mama.
Karena sudah waktunya, Mama menyuruh kami masuk dan permainan pun berakhir. Karena jika masih bermain di luar panti, ada konsekuensinya.
Bukan, Mama tidak pernah menghukum kami.
Melainkan alam sendiri yang memberi kami batasan.
"Kamu sedang baca apa?" tanyaku.
Kulihat Mama sedang duduk di kursi ditemani lampu kecil sembari memegang selembar kertas.
"Membaca surat kakakmu, Niji."
Ah, dia yang keluar dua tahun lalu. Kalau tidak salah, Niji juga yang pernah memberitahuku kalau daging di luar jauh lebih enak dibandingkan di panti. Tentu aku tahu karena Mama biasanya memberikan daging istimewa sebelum kami akhirnya keluar dari panti dan memulai hidup baru.
"Mama, apa itu?" Aku menunjuk benda aneh di sisinya. Bentuknya seperti tongkat tapi begitu pendek.
"Ini pedang milik musuh kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]
FantasiAku selalu penasaran akan dunia di luar panti ini. Mama bilang, di sana penuh dengan bahaya. Kami hidup di sebuah tempat yang disebut sebagai panti yang diurus oleh Mama seorang. Setiap setahun sekali, Mama akan mengumumkan jadwal 'kedewasaan' kami...