🌑 3 🌑

315 90 11
                                    

Biasanya seusai sarapan kami akan bermain di lapangan hingga Mama memanggil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya seusai sarapan kami akan bermain di lapangan hingga Mama memanggil. Belajar pun hanya berlangsung selama tiga jam baru kemudian kami bebas bermain. Aku biasanya bermain petak umpet bersama saudaraku meski sebagian ada yang memilih untuk membaca.

Tapi, sepertinya aku malas bergerak sekarang dan lebih memilih menatap saudaraku bermain dan saling bertukar pendapat maupun kisah.

Ternyata hari ini yang kami tunggu.

"Anak-anak, ayo, masuk!" Seruan Mama sontak membuatku yang melamun langsung berlari masuk.

Dalam setahun sekali, ketika langit begitu gelap tanpa sinar bulan maupun bintang, bakal ada satu saudara kami yang akan dilepas. Kami tinggal menunggu giliran kapan diizinkan keluar dan menyaksikan dunia luar yang ditunggu-tunggu.

Tahun ini, ternyata giliran pemuda yang tadi tidak sengaja menyenggolku.

"Nak, pamit dulu dengan adik-adikmu." Mama membelai bahu pemuda tadi.

Lelaki itu tersenyum. "Terima kasih, Mama, adik-adikku, atas segalanya. Aku janji akan terus mengirim kabar pada kalian jika sudah tiba di luar sana."

Aku lirik saudaraku yang lain. Sebagian dari mereka kulihat berlinang air mata. Aku hanya tersenyum, membayangkan cerita apa yang akan ia sampaikan kepada kami nanti.

"Kalian jangan khawatir," katanya. "Mama sudah memberitahuku cara bertahan di luar sana. Siapa tahu nanti akan aku ajari kalian."

Mama menepuk bahunya, tampak penuh kasih.

Pemuda itu lantas melambai. "Sampai jumpa nanti!"

Mama pun menggandeng kakak kami. Menuju pintu luar yang gelap.

 Menuju pintu luar yang gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang