"Maksud Mama?"
Pedang musuh? Kami punya musuh?
Mama mengiakan. "Dan Niji berhasil melawan orang jahat."
"Mereka siapa? Kenapa jahat?" tanyaku.
Mama mengiakan. "Merekalah alasan kalian harus waspada ketika berjalan ke dunia luar."
Aku terdiam, berusaha mencerna apa yang barusan aku dengar.
Bukan hal aneh jika ada tantangan di setiap jalan, namun aku tidak menyangka musuh kami diketahui semudah itu.
"Kenapa mereka jahat?" tanyaku lagi, tidak puas dengan jawaban Mama.
"Mereka menyakiti kita," jawab Mama. "Beberapa saudaramu tewas karena mereka."
"Kenapa?" tanyaku. Saudaraku? Kenapa tega?
"Karena mereka jahat."
Karena masih saja bingung, aku memilih diam meski harus menahan rasa penasaran ini. Tidak mau berdebat lebih lama.
"Nanti setelah Rama dewasa, hati-hati ke dunia luar, ya," ujar Mama. "Jangan terburu-buru, karena kamu harus diperiksa dulu apakah cukup kuat melawan orang jahat di luar sana."
"Iya, Ma." Aku mematuhi.
Mama melirik arlojinya. "Wah, sebentar lagi larut, nih. Rama tidur, ya, tidak bagus anak gadis begadang."
"Mau anak apapun tetap tidak boleh begadang?" tanyaku. Kalau anak lelaki boleh, maka aku akan mencoba menjadi lelaki juga.
Mama tersenyum. "Bahkan orang dewasa pun tidak bagus begadang."
"Tapi, Mama begadang juga, tuh," sahutku.
Mama melesat ke arahku ...
"Mama!"
Tidak kusangka Mama mencubit kedua pipiku.
"Mama, cukup!" jeritku. Ini sungguh memalukan! Harga diriku hancur!
Mama mengakhirinya dengan kecupan di pipi. "Tidur sana!"
Dengan gemas, aku menjauh sambil mengelus pipi. Aduh, malunya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Apa Rahasiamu? [✓]
FantasiAku selalu penasaran akan dunia di luar panti ini. Mama bilang, di sana penuh dengan bahaya. Kami hidup di sebuah tempat yang disebut sebagai panti yang diurus oleh Mama seorang. Setiap setahun sekali, Mama akan mengumumkan jadwal 'kedewasaan' kami...