7. A Reason

531 85 3
                                    

Hari minggu adalah hari yang tepat untuk bermalas-malasan, seperti apa yang sedang Arza lakukan saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 7.20 am, tapi Arza masih nyaman bergelung dalam selimut tebalnya, sinar matahari yang masuk tak mengganggu Arza sama sekali.

Drrrtt.

Ya, kecuali bunyi yang satu ini. Arza berdecak kesal, entah sudah berapa kali ponselnya terus berdering, siapa manusia kurang kerjaan yang terus menghubunginya.

Arza bangkit, mengambil ponsel yang berada dinakas. Panggilan  itu sudah dimatikan sepihak oleh orang yang menelpon, tapi detik berikutnya ponselnya kembali berdering, menampilkan sebuah panggilan dengan 'Sepupu sialan' sebagai pemanggil. Arza hanya memandang malas ponselnya, menunggu hingga panggilan itu mati.

Ketika panggilan sudah mati, Arza segera membuka ponselnya mencari fitur chatting.

Sepupu sialan

Dn.Arza
Apa?

Sepupu sialan
Ga.

Arza menatap tak percaya balasan dari Alvian, apa katanya? Tidak? Argh! Arza ingin sekali merusak wajah tampan sepupunya itu sekarang! Arza meletakkan kembali ponselnya dengan kasar, berjalan ke arah ranjang, membereskan sedikit kekacauan akibat tidurnya. Arza melangkah menuju kamar mandi, ia sudah tak berminat untuk kembali tidur, rasa kantuknya lenyap entah kemana.


Butuh waktu dua puluh menit untuk Arza selesai mandi. Baju kaos warna biru tua dan jeans menjadi pilihan Arza hari ini. Arza melangkah keluar, ia merasa sedikit aneh, kenapa rumahnya begitu sepi hari ini? Kemana perginya semua orang? Bahkan Inaya yang biasa membangunkan hingga menggangu Arza di pagi hari pun tidak terlihat.

Arza pergi menuju ruang makan, dan benar saja, tidak ada orang disini. Hanya ada makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.

"Tuan dan yang lain sudah pergi tadi pagi, ada sedikit urusan penting." ucap salah seorang pembantu yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya.

Arza menoleh, kemudian mengangguk tanda mengerti. Arza kembali melangkahkan kakinya keluar, ia tak bernafsu untuk sarapan. Setelah sampai di halaman rumah tujuannya, Arza berhenti, menatap dua orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Pagi om, tante." sapa Arza dengan senyum tipis seperti biasa.

Dua orang yang disebut om dan tante itu pun menoleh. "Pagi Arza." ucap keduanya kompak.

Arza kembali tersenyum, ia mulai mendekati salah satu dari mereka. "Mau Arza bantu om?" tawar Arza.

Laki-laki yang tak lain adalah Papa dari Rifda itu menghentikan kegiatannya mencuci mobil. "Engga usah Za, om udah selesai kok." Arza mengangguk kemudian mendekati Elsa--Mama Rifda.

"Mau Arza bantu tan?" tawar Arza lagi.

"Boleh, bantu tante bangunin Rifda ya, dari tadi tante bangunin gak bangun-bangun." ucap Elsa kesal, tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga-bunga yang sedang ia siram.

Arza tertawa kecil kemudian memasuki rumah besar yang sudah ia anggap seperti rumahnya sendiri. Langkah Arza terhenti saat sampai di ruang keluarga, ia mengernyit bingung, bukankah tadi ia diminta untuk membangunkan Rifda? Lalu mengapa gadis itu sudah duduk manis di sofa dengan setoples keripik singkong di pangkuannya?

Rifda berjengkit kaget saat tiba-tiba Arza sudah duduk di sampingnya. Kapan pria ini masuk? Apakah Rifda terlalu asyik dengan animasi boboiboy yang sedang ia tonton sehingga tak menyadari kehadiran Arza?

KAK! | Lee Haechan (Revisi)Complete✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang