Manusia biasa

1K 136 38
                                    

Sore telah berganti menjadi malam. Al menanti kehadiran mama Rosa selepas kepergiannya. Tapi, semakin ditunggu rasa kecewa itu semakin datang.

Andin juga melihat ada kekecawaan dalam diri suaminya, tapi ia tak tau dari mana kekecewaan itu berasal. Andin mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada Al.

"Mas"
"Hm? "
"Aku dari tadi perhatiin kamu kayak yang kecewa terus dari tadi diem aja, kamu kenapa? "

Al menatap lekat mata Andin, menemukan kenyamanan dan kepercayaan untuk bercerita. Mungkin ini saatnya Al menuangkan segala keresahan hati nya semenjak ia lahir ke dunia ini.

"Ndin, saya ga pernah mau cerita masalah ini ke siapa pun dan mungkin orang pun ga ngerti apa yang saya rasakan. Sekarang kamu istri saya dan saya sangat menghormati kamu, saya mau apa yang saya pikirkan apa masalah saya, saya bisa cerita sama kamu begitupun sebaliknya"
"Kamu mau kan dengar cerita saya? “

"Aku akan selalu ada untuk mendengan keluh kesah kamu disini, mas" Jawab Andin.

Andin mensetting tempat tidur Al agar lebih tegak, Andin menatap lekat mata Al menandakan bahwa ia siap mendengar cerita suaminya.

"Saya anak pertama, bahu ini selalu menjadi kuat untuk menopang semua masalah keluarga terutama setelah papa meninggal"
"Sebelum papa meninggal hidup saya ga seburuk ini, dimana saya masih mendapatkan kasih sayang yang lebih dari papa"

"Bukannya saya ga mendapatkan kasih sayang dari mama tapi, mama lebih sayang sama roy. Disaat saya merasa kurang nyaman dengan keadaan itu ada papa yang selalu mengerti saya"
"Papa bilang mungkin roy lebih warm dari kamu, kamu sabar aja ya kami sayang kok sama kamu. Dan saya juga sadar memang saya terlalu cuek"

"Tapi masalah terbesar bagi hati saya adalah setelah roy meninggal"
"Kenapa? Justru kan mama pasti bisa lebih ngertiin kamu, mas" Tanya Andin.

"Ngga ndin ga semudah itu. Setelah roy meninggal mama malah terus terusan menyebut nama roy, membuat makanan kesukaan roy, meminta saya untuk berlagak seperti roy. Masih saya maklumin pada saat itu karena saya pikir ya mama belum ikhlas atau masih merindukan sosok roy"

"Sampai akhirnya saya kecelakaan dan itu sangat parah, bahkan lebih parah dari pada saat saya terkena epidural hematoma. Waktu itu saturasi oksigen dalam darah saya 25 yang artinya itu udah sangat kritis dan sangat sedikit harapan untuk selamat"

"Akhirnya waktu itu saya sadar dan bisa melewati masa kritisnya, baru 5 menit mama ngeliat saya sadar mama langsung bilang kalau mama lupa dia harus ke makan roy dulu. Disitu hati saya sakit, ndin. Saya baru sadar, saya bertaruh nyawa tapi mama masih aja mikirin roy"

"Saya juga manusia biasa yang punya perasaan dan punya rasa kecewa"

"Sampai saya bertanya-tanya sama diri saya sendiri kalau saya yang dibunuh apa mama akan segitunya? "
"Jujur saya capek ndin, saya lelah menghadapi hidup yang seperti ini. Setelah sekian lama saya berkurang merasakan sakit itu, hari ini saya kembali merasakannya"

"Bedanya, sekarang saya punya teman hidup yang siap menerima keluh kesah saya jadi saya ga perlu menahan semuanya berpura-pura baik-baik saja"
"Terimakasih ya ndin kamu sudah hadir dalam hidup saya untuk menjadi penyempurna segalanya"

"Aaaa mas Al mah bikin aku nangis aja" Ucap Andin sambil menyeka air matanya.
"Mas, aku akan selalu ada disini buat kamu jangan pernah kamu pendam semua masalah kamu sendiri. You deserve to be happy" Lanjutnya.

"Terimakasih ya, ndin"


Hai oll😍

Aldecurhat is here! Nantikan curhat yang selanjutnya ya yang pastinya akan lebih haru dari ini.

Don't forget to vote this chapter, gratis kok😊

Happy reading guys! 😍🖤

•HAM dan WAS• the other version of •Al dan Andin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang