Percaya

817 127 18
                                    

Al mencoba untuk mendekat, ia ingin sekali tau apa sebenarnya yang terjadi di masalalu Andin dengan Christophe agar ia juga bisa menyembuhkan luka itu.

"Saya ga mau buat kamu semakin sedih sebenarnya, tapi saya juga perlu tau seberapa luka nya kamu, apa yang dilakukan Christophe sama kamu"
"Gapapa mas, aku ceritain ya"
Al hanya mengangguk sembari menunggu Andin bercerita.

"Aku pernah menjalani sebuah hubungan sama Christophe, kami tau kami berbeda keyakinan. Dan selalu aku berpikir hubungan ini hanya bertahan sebentar, karena ga mungkin kami menyatukan dua keyakinan yang berbeda"

"Suatu hari kita pernah berdoa kepada Tuhan masing-masing agar hubungan ini bisa diberi jalan yang paling baik. Aku bersujud meminta ke Allah, dia menggenggam tangannya meminta kepada Tuhan nya, itu adalah hal yang paling menyakitkan bagi aku"

"Dia selalu berjanji untuk memperjuangkan aku walau keyakinan dia yang harus dia tinggal. Dan suatu hari dia bilang ke aku mau ke Belanda buat nemuin orang tuanya dan meminta izin kepada mereka"

"Dua bulan aku menunggu, tak ada kabar sedikitpun dari dia, akhirnya aku minta teman aku yang ada di Belanda buat liat Christophe. Dan tepat sekali hari itu Christophe sedang melamar seseorang"

"Aku hancur, mengingat semua janji yang telah ia buat. Kata kata manis nya yang selalu berdengung di telinga aku seakan menjadi saksi bahwa ia harus menepati janjinya"

"Aku hanya menunggu, menunggu dia memberi kabar ke aku, tapi hasilnya nihil. Sampai beberapa bulan setelah itu, ternyata dia berganti perempuan. Disitu aku semakin yakin bahwa aku ga boleh lagi mengharapkan dia"

"Semenjak hari itu, aku benci kata janji"
"Aku benci laki-laki"
"Bahkan disaat aku menikah dengan kamu, aku--" Andin menarik nafasnya sesaat.

"Aku ragu dengan kamu. Dan maaf, satu bulan pertama aku juga benci kamu dan aku tau hal itu pasti terjadi, dan aku menjadikan kamu pelarian agar aku bisa melupakan luka aku dengan Christophe"
"Karena kamu mengucapkan janji untuk selalu membahagiakan aku"

Al terpaku, kekecewaan terpampang nyata di wajahnya. Matanya yang tadi menatap serius kini menahan air mata.

Al tidak pernah menyangka segitu benci dan kecewanya Andin, sampai suaminya sendiri pernah di anggap seperti Christophe.

"Kenapa kamu mau nikah sama saya, kalau kamu tau kamu akan membenci saya? "
"Salahkah saya untuk mengucap satu janji, membuat kamu bahagia? Lalu kalau bukan untuk membuat kamu bahagia, untuk apa saya menikahi kamu? " Satu bulir bening jatuh dari mata Al.

"K-kamu? Kamu nangis? " Tanya Andin seraya mengusap air mata Al, namun Al menepis nya.

"Maaf" Lirih Andin sambil menundukkan kepalanya.

"Tatap mata saya, ndin"
Andin mendongakkan wajahnya, menatap mata laki-laki yang selalu ada cinta setiap ia menatapnya. Tapi kali ini, mata itu bukan lagu terisi oleh cinta melainkan kecewa.

"Jawab jujur. Apakah kamu masih membenci saya? Apakah kamu masih menganggap saya sebagai orang yang tidak ada beda nya dengan Christophe? "

"Ngga mas, kamu sudah memberikan aku pandangan lain bahwa tidak semua laki-laki itu sama" Jawab Andin.
"Bohong" Sambung Al.

Andin menatap Al, mencari jawaban disana mengapa bisa Al mengira jawabannya bohong.

"Sekarang, saya yang ragu akan kepercayaan, ndin"
"Saya selama ini percaya kamu mencintai saya dengan tulus, tapi ternyata kamu hanya menjadikan saya sebagai pelarian. Meskipun itu dulu, tapi saya baru tau hari ini"
"Kenapa, ndin?"

"Aku cuman ga mau kamu sakit hati, mas. Tapi tolong percaya sama aku, sekarang aku sangat mencintai kamu dan disini, diperut aku ada calon anak kita" Ucap Andin sambil mengelus perutnya yang masih rata itu.

"Kamu istirahat, udah malam. Saya mau ke ruang kerja" Ucap Al melepas tangan Andin dan berlalu begitu saja.

"Maaf mas, aku tau ini menyakitkan bagi kamu. Tapi jujur, kamu yang merubah semuanya, kamu yang membuat aku kembali percaya dan mengenal cinta"

-----

Ruang kerja itu kosong, ternyata pria yang tadi bilang ingin ke ruang kerja nyatanya menghampiri taman belakang.

Terduduk lah ia di sebuah kursi taman yang berada di tengah taman belakang. Dengan lampu taman yang berwarna kuning dan suasana taman yang sejuk bisa sedikit menenangkan pikiran Al.

"Bagaimana caranya gua bisa menyembuhkan luka Andin kalau gua sendiri terluka atas cerita ini, cerita yang belum pernah gua ketahui sebelumnya"

"Seharusnya cerita ini ga jadi masalah di hidup gua, tapi sebuah kenyataan yang baru saja terungkap dengan tema yang sangat buruk dimana gua jadi pelarian, dimana harga diri gua? "

"Gua ga akan jadiin masalah ini semakin besar, tapi mungkin untuk beberapa saat gua harus berdamai dengan keadaan"

Al kembali memasukki kamar, menatap ranjang dengan ukuran king size dan wanita yang sudah tertidur lelap diatasnya.

Al menghampiri ranjang itu dan tertidur di sebelah Andin. Menatap Andin sekilas dan mengalihkan kembali pandangannya.

-----

Hari baru telah tiba, matahari telah menampakkan wujudnya. Sepasang suami istri telah terbangun dari tidur nya. Sikap keduanya tak lagi sama, mereka berada di satu kamar tapi bagai insan yang tak saling kenal.

"Eum mas, kita sarapan yuk"
"Kamu duluan aja"
"Sayang"
"Duluan"
"Yaudah aku ke meja makan duluan, aku tunggu kamu ya"

Andin berjalan menuju meja makan, tidak ada satu orang pun disana. Mungkin mama Rosa dan Reyna masih bersiap-siap.

Di meja makan itu Andin hanya melamun, berpikir bagaimana cara mengembalikan hubungannya dengan Al. Minta maaf sudah, lalu apa lagi?



Jiakhh, vote + comment jangan lupa!
Liatin aja si kalau lupa👀✊🏻

•HAM dan WAS• the other version of •Al dan Andin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang