Beberapa hari telah berlalu, Haechan terus berlatih tanpa Lelah. Sesekali Jaemin dan Renjun akan datang melihat dan memberi dukungan padanya.
Haechan yang pada dasarnya memang jenius dalam rentan waktu latihan terus menunjukkan perfoma yang luarbiasa.
Piano itu merupakan permainan yang mahal.
Dirumahnya, ada satu piano besar, itu milik Ibu mereka. Dulu, saat Ibu mereka masih ada, Keempat bersaudara akan duduk dengan tenang sembari mendengarkan sentuhan melodi indah yang di mainkan oleh ibu mereka.
Jaemin dan Haechan merupakan yang paling tertarik dengan Piano, tapi diantara keduanya, kemampuan Jaemin lah yang paling hebat, Haechan mengakuinya.
Diantara mereka berempat, Haechan dan Jaemin merupakan yang paling unggul dalam bidang akademik.
Sedangkan Mark dan Jeno lebih dominan ke Non Akedemik seperti Olahraga.
"Haechan, besok kita akan melakukan gladi bersih, kemampuan mu sangat bagus, target kita juara 1, tapi bukan berarti harus juara 1. Bagaimanapun juga persiapan kita kurang matang, jadi sekolah tidak begitu menaruh ekspektasi tinggi untuk lomba kali ini. Tapi aku secara pribadi yakin bahwa kamu akan mendapat juara 1" jelas Pelatih Piano Haechan.
Haechan tersenyum canggung, dia berlatih keras menghafal tiap kunci nada, harmoni, ekspresi wajah serta penjiwaan demi mendapatkan juara 1, agar sang ayah melihat kemampuannya, Haechan ingin melihat sang ayah bangga padanya.
Ayah Haechan, sejak hari itu, benar-benar mengabaikan Haechan, dia masih mengizinkan Haechan tinggal dirumah, tapi seluruh perhatian serta fasilitas untuknya tidak diberikan.
Haechan sudah mandiri sejak dia SD, saat SMP ia harus berusaha keras mencari pekerjaan, sangat sulit untuknya karena dia masih dibawah umur dan juga karena keterbatasan dirinya, dan masa-masa SMP adalah masa dimana Haechan benar-benar menghemat pengeluarannya.
Ia bahkan menggunakan buku yang sama selama buku itu masih di gunakan. tidak peduli apakah bukunya telah lusuh atau tidak.
Haechan juga harus menahan bully yang dilakukan anak-anak lain padanya, jangan lupa dengan Mark yang setiap harinya selalu memberikan bekas luka pada tubuhnya.
Pelayan dirumah Haechan selalu memandang simpati padanya, mereka terkadang diam-diam memberikan uang tambahan pada Haechan, Namun di tolak dengan sopan oleh anak itu.
Tidak sampai disitu, mereka terkadang menyisipkan sedikit recehan dan dimasukkan kedalam tabungan Haechan tentu tanpa sepengetahuan si pemilik.
Paman Haechan, Taeyong. Tidak bisa berbuat banyak, ia ingin membawa Haechan bersamanya, Namun anak itu menolak. dan pada akhirnya, Taeyong terpaksa pergi ke Jepang karena harus mengurus cabang perusahannya yang sedang bermasalah.
LOOK AT ME
Haechan berbaring diatas kasur tipis di kamarnya. sekarang pukul 21.00 KST. Haechan berencana tidur awal malam ini, kapan lagi ia bisa tidur dibawah jam 12 malam, kan?Haechan mengingat lagi kenangan indah waktu dia dan saudara-saudaranya masih kecil. Banyak kenangan manis yang tidak bisa di lupakan.
Ah, saat dia dan Mark Hyung rebutan brownies terakhir yang tersisa.
Lalu ada saat, dimana Jaemin akan sangat manja pada para Hyung nya.
Haechan terkekeh pelan. Ia berbaring menyamping, menghadap kearah satu satunya pintu dikamar itu.
'Ayah, Donghyuck rindu' batinnya.
Tak lama kemudian Haechan memejamkan mata, berusaha untuk tertidur, karena besok adalah hari terakhir ia latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me | Haechan
Fanfiction[COMPLETED] Kesalahpahaman membuat Keluarga Lee terpecah, Rasa amarah serta Ego membuat ikatan yang dulunya erat kian hari kian merenggang. Haechan hanya dapat berdoa, berharap keluarganya akan kembali seperti sedia kala, walau sang Bunda telah perg...