☀️8☀️

7.9K 930 51
                                    

Setelah berpikir lama, akhirnya Haechan telah membuat keputusan.

Kakinya dengan tegap membawanya menuju ruang BK.

Pelajaran pertama kosong, sebagian besar murid pergi ke kantin.

Hari ini Jeno dan teman-temannya tidak mengganggunya, mood pemuda itu tampaknya sedang baik.

Ah, Haechan memang sering dibully oleh Jeno. Tapi Jeno hanya membully nya saat pemuda itu sedang kesal atau marah.

Ia akan menjadi samsak hidup untuk pemuda itu.

Hidung nya pernah patah sekali, karena Jeno terus menerus memukul wajahnya dengan keras.

Ia pernah hampir opname dirumah sakit karena keracunan makanan, ini karena Jeno memaksanya meminum campuran minuman yang bahkan dia tidak tau apa saja yang tercampur didalamnya.

Bahkan lebam beberapa hari yang lalu masih berbekas di tubuhnya.

Menurut Haechan bully yang dilakukan Jeno tidak ada apa-apa nya dibandingkan apa yang dilakukan kakak pertamanya.

Sekarang dia sedang mengikuti program pertukaran pelajar di Kanada selama satu semester itulah kenapa Haechan baik-baik saja.

Setidaknya untuk saat ini.

Karena jika kakaknya kembali, Welcome to Hell, Haechan.

Haechan diam sebentar didepan pintu BK, ia menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

Pemuda tan itu kemudian mengetuk pintu, dan setelah mendengar perintah masuk barulah Haechan membuka pintu ruangan tersebut.

"Bagaimana Haechan? Kau sudah memikirkan dengan baik kan?" Yoona tanpa basa basi langsung menanyakan Haechan.

Haechan sendiri agak terkejut, karena dia baru saja membuka pintu.

Pemuda itu mendekat kemudian mengeluarkan kertas dari saku celananya.

Dan itu membuat Yoona tersenyum sumringah.

* *

Haechan kembali bimbang, etahlah ia merasa ia baru saja membuat keputusan yang salah.

Haechan setuju.

Tapi setelah mendengar jadwal latihan yang diberikan oleh Bu Yoona, Haechan lagi-lagi terombang-ambing dengan hati bimbang.

Jadwal latihannya dilakukan dari sekolah mulai sampai pukul 8 malam.

Haechan awalnya protes, tapi Bu Yoona menggunakan alasan bahwasanya pertandingannya sudah bisa di hitung jari.

Haechan cuma punya waktu kurang dari 2 Minggu untuk berlatih.

Jika Haechan melakukan itu, ia bisa saja kehilangan hampir setengah dari pekerjaan sampingan nya.

Haechan menghela nafas frustasi.

"Kenapa?" Haechan meloncat kaget.

Jaemin tiba-tiba muncul entah dari mana. Masih dengan wajah datar dengan sebuah buku ditangan.

'Tidak, tidak papa' kata Haechan sambil menggerakkan tangannya.

Jaemin memperhatikan gerakan tangan itu, kemudian kembali menatap mata beruang milik saudara kembarnya.

"Kau pikir aku bodoh?" Haechan menggeleng cepat.

"Ada masalah apa, jawab dengan benar" Haechan menunduk.

Jaemin kenapa sih, tidak biasanya anak ini menanyakan hal semacam ini.

"Lee Donghyuck" Panggil Jaemin membuat bulu kuduk Haechan berdiri.

Look At Me | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang