☀️14☀️

7.3K 864 116
                                    

Jeno dan Johnny tengah duduk berhadapan di kantor milik ayah mereka.

Johnny cukup kaget dengan kedatangan Jeno dipagi buta dengan wajah jelas marah dan kecewa.

Johnny sudah menyuruh anak itu duduk dan segera dituruti, namun hingga sekarang tepat saat jarum pendek menyentuh angka jam 5 pagi, barulah anak itu membuka suara.

"Dad, aku hanya membutuhkan jawaban ya dan tidak, tidak ada jawaban yang lain, jadi aku mohon jawab dengan benar" kata Jeno menatap lurus pada mata Johnny.

Ayah anak empat itu bingung namun tetap mengangguk.

"Apa yang ingin kau tanyakan, jeno-ya?" Tanya Johnny.

Jeno menghela nafas pelan.

"Dad, Apa kau masih marah pada Donghyuck?" Tanya Jeno, mata Johnny melebar tidak menyangka akan pertanyaan itu.

Ia diam sesaat, sebelum akhirnya membuka suara.

"Aku.."

"Ya atau Tidak, Dad?" Potong Jeno.

Johnny menutup matanya, "Ya" jawab Johnny.

Jeno diam sebentar, "mau sampai kapan dad? sampai kapan kau akan membiarkan Donghyuck menanggung rasa marah dan benci darimu? sampai dia mati?" tanya Jeno

Johnny diam lagi.

Jika kalian berada di posisi beliau, bagaimana kalian akan menanggapi pertanyaan tersebut?

Sejujurnya didalam hati Johnny, ada rasa rindu akan salah satu anaknya itu. apalagi saat anak itu memenangkan perlombaan piano rasa rindu it kian membludak.

Tapi sisi egois dirinya enggan membenarkan, dan tetap membiarkan julukan pembunuh melekat pada Donghyck.

"Dad, apa kau pernah sekali saja mencari tau bagaimana kehidupan Donghyuck setelah kau tidak peduli padanya?"

"Sejak itu, ia harus menanggung rasa benci dari saudara dan Ayahnya, berjuang seorang diri membiayai hidupnya, kerja banting tulang dengan keadaan kekurangan seperti itu! Dad, setidaknya sekali, apa pernah kau peduli pada nya?" tanya Jeno lagi.

"Dad, apa kau tau kalau Mark hyung sering menyiksa Donghyuck?" Tanya Jeno.

Johnny melotot, "Apa yang barusan kau katakan?" tanya pria itu.

"Mark selalu memukul dan menyiksa Donghyuck, sejak saat itu Mark Hyung banyak berubah, ia menjadi kasar dan mudah marah, dan saat kesal dia akan menjadi Donghyuck sebagai samsaknya, Dad kau pasti tidak tahu kan?" kata jeno menjelaskan

"Aku akui dulu aku juga begitu, memukul, menendang bahkan menoreh luka di badan hingga hati donghyuck tapi sejak Mom datang ke mimpi ku dan memandang sedih padaku, aku sadar akan perbuatan ku selama ini." lanjut anak itu

"Saat memasuki SMA, Donghyuck semakin jarang berada dirumah, saat ku ikuti dia ternyata bekerja paruh waktu di banyak tempat, membiarkan waktu istirahatnya direnggut demi memenuhi kebutuhannya sendiri karena keluarganya sudah tidak peduli padanya."

"Dad, sebagai seorang kakak dari Donghyuck, Aku merasa malu, Dad. Malu, marah dan sedih. Aku sangat yakin bahwa hanya aku yang tahu bahwa Donghyuck sering mencoba bunuh diri dihari kematian Mom"

"Selama aku mengamatinya, setiap tahun ia selalu mencoba membunuh dirinya, Dad!" Kata Jeno.

Johnny diam, mendengarkan seluruh cerita anak keduanya dengan perasaan campur aduk.

Sulung dari tiga kembaran itu telah menangis, sudah lama ia mengamati Haechan, memastikan anak itu baik-bak saja.

Itulah Alasannya jarang pulang cepat, ia akan berkeliling sekolah atau taman sambil menunggu jam Haechan pulang, menjaga anak itu dalam bayangan.

Look At Me | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang