☀️17☀️

7K 766 42
                                    

Jika kalian bertanya-tanya dimanakah Mark berada selama tiga hari terakhir ini, ada dua tempat dimana kalian akan menemukannya.

Pertama, makam sang Ibu dan yang kedua adalah kamar Haechan. Di kamar Haechan, Mark hanya akan terdiam sembari mengamati kamar yang sangat kecil itu, duduk diatas matras yang bahkan tidak kalah keras dari lantai serta udara yang pengap.

Wajah pemuda itu kosong tidak terbaca. Para pelayan tidak berani mendekat karena amarah Mark cukup untuk membuat mereka takut hingga gemetar.

Mark memandang lurus kearah bingkah foto di meja mungil milik Haechan.

Di bingkai foto tersebut tedapat sebuah gambar lama yang diambil sebelum sang bunda pergi meninggalkan mereka, foto mereka berempat yang tersenyum bahagia.

disamping bingkai itu ada satu foto lagi, foto ibu mereka yang sedang tersenyum bahagia dengan sang ayah yang merangkul mesra.

"Berapa kalipun aku berusaha membela diri, Fakta bahwa aku salah terus muncul" pukas Mark masih menatap kosong pada bingkai foto itu.

Otaknya terus menerus memutar ulang bagaimana ia bersikap pada Haechan, mulai dari memberikan hukuman fisik hingga ucapan yang menyakiti psikis adiknnya itu.

Mark sempat datang ke rumah sakit tempat Haechan di rawat, hanya sesaat kemudian ia berbalik pergi tidak sanggup melanjutkan langkah.

Kembali menyumpahi diri karena berkat dirinya lah, Alasan Haechan berbaring disana.

"Apa yang harus kulakukan, Mom?" tanya Mark

Pemuda beralis camar itu dilanda gundah, bingung harus bagaimana.

Bisakah ia meminta maaf?

Tapi apa Haechan akan memaafkannya? atas semua sikap yang pernah ia lakukan selama ini? Mark pikir, sudah tidak ada pintu maaf untuknya, sangat mustahil Haechan dapat memberi maaf pada orang yang sudah membuat ia dipenuhi luka berulang kali.

"Apa yang harus kulakukan?" ungkap Mark dengan pelan, pemuda itu entah sudah berapa kali menghela nafas sibuk memikirkan banyak hal namun tiada satupun yang bisa membantunya.

Mark akhirnya membaringkan tubuhnya keatas ranjang sempit serta keras milik Haechan, Pemuda itu memandang langit-langit kamar sempit itu.

Pikiran pemuda itu kini berkelana ke masa lalu, masa dimana semuanya masih baik-baik saja.

Satu hal yang terbesit dalam benak Mark, ia dan keluarganya bukan hanya kehilangan sosok sang Bunda.

Tapi juga kehilangan sosok ayah dari diri Sang Ayah, Johnny.

Sosok Kakak dari diri Mark, begitu juga triple bungsu keluarga Lee.

Lagi-lagi Mark berpikir, diantara mereka semua yang kehilangan paling banyak tentu bukan dirinya, melainkan sang adik, Donghyuck.

Kehilangan Ibu, Sosok Ayah, Kakak, Saudara serta Adik dalam waktu yang lama, apalagi Haechan harus kehilangan kemampuan untuk berbicaranya.

Mark berteriak frustasi, Dalam hati sibuk menyumpahi dirinya yang seperti binatang.

"Maaf hyuck, maaf" ucap Pemuda itu berulang kali.

Malam itu, Mark tertidur di kamar Haechan yang dingin.

***

Haechan perlu berbaring di rumah sakit selama 3 hari sebelum akhirnya dokter yang merawatnya memberikan izin untuk pulang.

Selama 3 hari itu, Johnny terus menerus menemaninya, walau Jeno sering menyindir mengatakan bahwa pekerjaanya menunggu, Johnny dengan cepat mengatakan.

"Itu perusahaan milikku jadi tidak masalah jika aku cuti semauku" begitu katanya.

Look At Me | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang