☀️19☀️

6.7K 693 60
                                    

Donghyuck terbatuk-batuk, ia hampir saja mati andai saja sang kakak tidak menarik kerah bajunya.

Saat mereka akan melompat, bagian atas rumah mereka roboh, Mark tidak punya pilihan lain selain menarik Donghyuck untuk kembali masuk kedalam rumah mereka.

Namun sayangnya, pemuda itu menggunakan tubuhnya agar Donghyuck tidak berbenturan dengan lantai dan berujung mengambil kesadaran miliknya.

Donghyuck panik, anak itu mengguncang pelan tubuh kakaknya, kemudian berikutnya mengguncang lebih keras.

Nihil, Mark tidak merespon.

Tangisan anak itu semakin deras, sejauh mata memandang, Donghyuck tidak bisa melihat jalan keluar.

Anak itu berusaha mengeluarkan suara, namun sialnya suaranya tidak keluar hanya suara aneh yang terdengar membuat Donghyuck kesal

Anak itu kesal setengah mati, dia tidak mau mati seperti ini, paling tidak, ia tidak mau membuat Mark mati bersamanya.

Apa ini?

Apa kali ini ia akan merenggut nyawa sang kakak?

Setelah sebelumnya ia merenggut nyawa sang ibu?

Donghyuck memukul pipinya berulang kali, merasa tidak berguna disaat seperti ini.

Dalam hati anak itu menyumpahi dirinya sendiri karena telah membawa sial ke dalam keluarganya.

Lama kelamaan, Donghyuck mulai kesulitan bernafas, pandangan anak itu juga mulai buram entah karena air mata yang terus mengalir atau karena kesadarannya mulai menurun.

Walau pelan, ia merasa mendengar seseorang memanggil dari bawah, Donghyuck pikir mungkin saja ia sedang berhalusinasi.

"Donghyuck-ssi? Mark-ssi?" Teriakan samar itu terus masuk kedalam gendang telinga donghyuck.

Ditengah nafas yang hampir tersenggal itu, Donghyuck berusaha untuk bangkit, pandangan anak itu masih kabur, dengan paksa ia berusaha berteriak memanggil, namun lagi lagi suaranya tak kunjung muncul.

Donghyuck frustasi, ia kembali berteriak, namun suaranya tak juga keluar.

Lagi!

Lagi!

Lagi!

Lagi!

Lagi!

Lagi!

Lagi!

Lagi!

"Sayang..."  panggilan suara nan lembut itu memasuki gendang telinga Donghyuck, tubuh anak itu menegang.

"Mom..." entah bagaimana suara Donghyuck keluar, terdengar parau namun sarat akan kerinduan.

Sang Ibu menunjukan eksistensinya, Ibunya terlihat cantik, rambut sebahunya tergerai dengan dress putih yang terlihat bersinar ditengah kobaran api yang membara.

Semua terasa tenang dan terasa dingin, sang ibu mendekat menyentuh dengan lembut pipi Donghyuck yang basah serta merah akibat jejak air mata juga tamparan yang tidak berhenti.

"Mom.." panggil Donghyuck lagi, anak itu dengan gemetar berusaha menyentuh  sang Ibu, menyentuh dengan pelan pipi sang ibu.

Dingin, itu yang Donghyuck rasakan saat tangannya menyentuh pipi lembut milik sang ibu.

"Nak, Ibu datang untuk menjemputmu, apa kamu siap?" ucap sang ibu dengan senyum lembut masih terukir di bibirnya.

Donghyuck kembali tertegun, ibunya datang untuk menjemputnya, apakah itu artinya donghyuck akan pergi meninggalkan ayah dan juga saudara-saudaranya?

Look At Me | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang