14. Roti Yumna

60 10 2
                                    

****
Malam adalah Waktu yang cocok untuk para pemuda pemudi Jogja beristirahat menikmati asrinya kota jogja, kota yang membuat siapa saja yang datang ingin menetap selamanya.

Malam ini sangat ramai, jalanan dipenuhi kendaraan bermotor dan mobil dengan tujuan yang berbeda-beda tentunya. Tak hanya itu pejalan kaki juga sangat ramai yang didominasi oleh para remaja berlalu lalang untuk singgah ditempat yang mereka pilih untuk berdiskusi atau sekedar menghilangkan penat.

Aktivitas seperti ini sedang ku amati dari balik toko roti milik ibu ku yang berdinding kan kaca, guna mempertontonkan roti yang cantik untuk menarik para pelanggan, selain roti toko ibu ini bisa dibilang juga cafe karena melayani pembelian jenis coffee dengan banyak rasa.

Meja dan kursi yang ada didalam toko hampir dipenuhi para kaum berpasangan dan ada juga segerombolan kaum yang katanya ngumpul tapi asik dengan handphone masing-masing.

Malam ini sangat rame di toko, aku dan kak Alea ikut serta membantu di toko, kak Alea bertugas membuat roti diruang Adonan bersama ibu dan para karyawan lainnya, sedangkan aku melayani para pembeli dengan menanyakan apa yang ingin dipesan.

Selain melayani pembelian secara langsung toko ibuku juga melayani pembelian secara online, yang dapat dipesan melalui Aplikasi Ojek maupun memesan langsung melalui nomer yang sudah disediakan oleh toko.

Tak hanya itu kadang tenaga ku juga dibuutuhkan untuk menghantarkan pesanan sesuai dengan alamat pemesan.

Kak Alea muncul dibalik ruang adonan menenteng 3 kotak yang terbungkus cantik yang pastinya berisikan roti sembari memanggil nama ku "Gilbran".

Aku menggunakan mode tak mendengar dan memalingkan wajah, kak Alea kali ini berpindah tempat dibalik meja kasir dan menyerukan nama ku lantang "GILBRAN"

Aku dengan malas berjalan menuju meja kasir, kak Alea tersenyum licik kearah ku yang sudah terbaca jika aku harus mengantar pesanan kue hal yang paling menyebalkan jika malam begini menjadi kurir makanan.

"Muka ga usah kusut begitu kali" Cibir kak Alea.

Aku tersenyum terpaksa membalas ledekan dari kak Alea.

"Sesuai alamat ya mas" cicitnya sekali lagi.

Aku tak menanggapi, melainkan mengambil helm yang dekat dengan meja kasir.

Kak Ale masih melihatku dengan tatapan meledek" deket aja pake helm"

Aku menghela nafas panjang dan memutar bola mata malas.

"dari pada deket tapi pake perasaan ingin memiliki, padahal cuma dianggap temen" Sindir ku dengan mengingat jika kak Alea sedang dengan sahabatnya Bhakti Penerbit Buku yang lumayan terkenal.

"Sialan lo" umpat kak Alea yang ku abaikan dengan bersiap untuk mengantar pesanan roti.

Aku menaruh 3 boks yang berisikan macam-macam roti didalam keranjang, aku membuka handphone dan meletakkannya di motorcycle holder yang terpasang di spider motor khusus untuk melihat alamat sang pembeli, jika dilihat aku sudah sangat cocok menjadi Abang-abang Ojol.

Hal ini yang sangat membuatku kesal ketika harus menjadi kurir dimalam hari, yang harus membelah jalan yang dipenuhi pengendara pulang kerja dan para pejalan kaki.

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang