3. hipotesis

113 23 3
                                    

Pagi selasa dimana aku baru menginjakan kaki cepat agar tak terulang terlambat sudah di sambut hangat oleh kerumunan dadakan .

Kerumunan yang terjadi didepan kantor bukan Demo atau sebagian protes tapi memadati mading informasi yang berlaku di sekolah , banyak variasi ekspresi wajah setelah melihat mading dari bahagia hingga meninju angin ada yang suntuk dan kusut sepertinya kecewa .

Ya mading itu sekarang tengah menjadi sorotan setelah hari kemaren menjadi seleksi untuk mewakili sekolah dan perlombaan besar , yang menjadi latar belakang mading menjadi sorotan adalah tertempel nya informasi hasil dan nama nama yang mewakili sekolah sesuai dengan lomba yang ditentukan .

"Kuy liat pengumuman " ajak rangga menepuk diriku yang tengah melanjutkan langkah setelah terhenti beberapa menit menanyakan keramaian yang terjadi .

"Ogah" tanggap ku cuek yang kini langkah ku sejajar dengan rangga .

"Ga liat juga sebenarnya gua udah yakin si dit , kalo kita bakal satu tim udah gua jamin 100%" pede rangga .

"Lu dukun bisa yakin gitu " sungut ku dihadapkan rangga yang so tau .

"Sorry aja itu bakat terpendam gua kali" balas rangga yang sama sekali tak ku indah kan hingga aku masuk kelas bersamaan .

Kulihat sudah ramai kelas yang penghuninya rata rata wanita mungkin sudah akhir jaman , kelakuan rata rata ahli neraka .

Bayangpun aku melihat para wanita kelasku mengenakan baju kekecilan , rok pres body , aku yakin banget itu pantat sama dada udah ga bisa nafas dan meronta ronta untuk keluar .

Ditambah dengan muka pagi pagi seperti disiram minyak , kinclong banget ga tau dempul apa yang di pake bukanya tambah memperbaiki warna kulit eh ini malah memperburuk jadi abu-abu . Mana lipstik yang di pake kek abis makan darah seger merah banget gila , yang ga tau mungkin bukan dikira anak SMA tapi tukang biduan nyasar jadi anak SMA .

"Apa lu liat liat " bentak bella salah satu gerombolan wanita sangar di kelas ku .

Aku hanya menggeleng tak perduli dan menyesal telah memperhatikan sebegitu detailnya . Namun aku juga salut si mereka berusaha tampil cantik dan perfect juga untuk laki laki .

Selain wanita akhir zaman di kelas juga ada rombongan jamah mama dedeh , jilbab gede banget , roknya kek kek sarung tiap hari yang bikin lantai kelas bersih ke sapu tu rok ga mikir nanti kalo dipake solat rok nya kena najis . Udah jadi ukhti-ukhti tapi demen banget ngomongin hidup orang .

"Ih gilbran ngeri diem diem suka memperhatikan , gua kira ga normal" ujar salma calon pengganti mamah dedek dan ratu gosip paling cepet .

Gua hanya menyeringakan alis dan tak mengindahkan pendapat dari salam dan terus berjalan menuju bangku dimana arya dan bastian telah duduk santai sembari asik dengan handphone nya .

Sekali lagi ku amati penghuni kelas yang di isi macam macam jenis manusia ada segerombolan manusia hedon yang individual dengan orang yang tak begitu dekat , manusia jenius yang individual banget hingga manusia manusia jalangkung yang berusaha mencari ijazah .

"Bran" tegur arya yang membuyarkan pengamatanku tentang anak kelas .

"Hemm" aku hanya berdehem dan meraih Handphone di tas yang masih ku gendong .

"Buka web jurnalis buru " perintah arya yang ku iya kan dengan tanda tanya .

Aku terdiam sesat ketika melihat namaku tak tertera di hasil seleksi tim futsal inti , rasanya sedikit miris seminggu akan ku lewati tanpa dispensasi dan mengikuti pelajaran tanpa arya , bastian dan rangga .

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang