Aroma gorengan dari dapur membangunkan indra penciuman setelah semalaman begadang menjadi cacing besar alaska dan harus mati karena cacing bayi sengaja berjalan cepat dihadapan congor cacing alaska milik ku .
Aroma kian menusuk belahan kedua hidung ku yang mewajibkan diriku segera beranjak dari tidur dan menghampiri gorengan , makanan wajib keluarga Alm.salim .
Aku kini menjadi anak yatim setelah 13 tahun silam kala masih bocah ayah menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjadi imam di masjid Al-Huda , yang tak jauh dari rumah .
Tidak ada yang tau penyebab pasti meninggalnya bapak , dari pihak ibu dan kelurga sudah ikhlas serta berpikir jika ini kehendak Sang Kuasa yang Maha Menghidupkan .
Menjadi orang tua tunggal bagi ibu Ratna awalnya memang sulit dari segi kasih sayang dari sepasang suami istri dan kasih sayang dari bapak untuk anak-anaknya memantau perkembangan anak dari bayi , bocah , dan remaja .
Dari segi kasih sayang ibu sangat mengoptimalkan dalam mendidik , merawat , dan memberikan kasih sayang utuh pada ku dan sodara wanita ku .
Sisi terberat bagi ibu dilihat dari segi ekonomi untuk me nafkahi anak dan melanjutkan hidup , bapak yang dulunya pengusaha kue di toko kecil kini ibu yang melanjutkannya awalnya ibu kesulitan dalam membagi waktu mengasuh anak dan bekerja memproduksi kue pesanan dan kue kemasan , lokasi yang jauh dari rumah ibu mengkhawatirkan aku yang pada waktu itu masih berumur 6 tahun dititipkan dirumah nenek yang tak jauh dari rumah kami sedangkan kak alenia akan menjemputku ketika pulang sekolah .
Lama kelamaan ibu terbiasa dan mulai mengembangkan bisnis roti peninggalan bapak hingga ibu memutuskan untuk membeli sepetak tanah dan membangunnya menjadi rumah pengolahan roti kemasan dan pesanan .
Pasang surut terjadi ketika aku masih duduk dibangku Sd kelas 5 dan kak Aleania esay salim menginjak perguruan tinggi negeri di UNY sempat kocar kacir beberapa karyawan ibu paksakan untuk berhenti hingga kembali stabil .
Dalam menjalankan keluarga dan bisnis bapak sebelumnya memberikan wejangan untuk tidak berhutang pada orang lain , seingat ku bapak pernah berkat "lebih baik makan pakai garam dengan tenang dari makan pakai daging tapi tidak tenang "
Selama dalam keadaan ekonomi dibawah , ibu mengajari kami untuk berhemat dan irit walaupun sejak masih ada bapak kami sekeluarga hemat tapi kala ibu kami lebih berhemat lagi .
Kak alenia yang harusnya lebih konsen dalam studi nya , harus di sejajari dengan kerja paruh waktu di cafe , ibu sempat melarang namun kak alenia masih diam diam bekerja paruh waktu .
Hingga keadaan dirasa kembali stabil kami sekeluarga kembali seperti dulu namun karena sudah terbiasa hemat kini malah menjadi sikap permanen dalam kelurga salim .
Mengusik kembali sejarah hidup kelurga salim , yang kini ibu menjadi orang tua tinggal baru saja mengangkat gorengan nya dari wajan dalam keadaan asap tipis mengepul di atasnya .
Tak tahan aku melihat hangatnya bila gorengan pisang berpindah kedalam mulut ku , aku mendekati ibu yang tengah sibuk menguliti kembali buah pisang di hadapanya .
"Gilbran masih panas nantikan ibu taro meja "ucap ibu dengan nada kesal .
"Yaudah sini gilbran taro meja makan " balasku yang sembari memindahkan pisang goreng keatas piring dan membawanya kemeja makan yang dekat dengan dapur .
"Kamu belajar debus dimana bran ,tenggorokan bisa nelen gorengan yang belum ada 30 detik kamu kunyah lancar begitu " cibir kak alenia atau yang kerap aku dan ibu panggil alea , kini duduk dengan penampilan rapih dimeja makan bersama ku .
Tak menjawab cibiran kak alea , aku lebih memilih menikmati gorengan lagi dan lagi , disusul dengan kak alea yang mulai mengambil gorengan di depanku .
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBRAN
Teen Fiction19 Februari 2001 Gilbran Esay Salim . hidup tentang hemat irit dan tidak pelit .