16. Penyelesaian

62 9 4
                                    

'Bercerita, adalah keputusan yang tepat untuk meringankan beban pikirin yang membuat orang merasa stres' Alenia_

'Terkadang hanya ingin didengar bukan diberi saran dan kritik yang berkedok nasehat' Gilbran_

***
Sodara perempuan ku adalah seorang psikolog sekaligus salah satu dosen pengampu matakuliah psikologi perkembangan di Universitas Marcubuana. Sesuai dengan karirnya yang ahli psikologis, Kak Alea dapat memahami keadaan mental seseorang dari tingkah perilaku dan raut wajah bahkan kadang suara pun dia bisa pahami.

Sama seperti hal nya saat ini aku sedang terbaring malas beralaskan karpet bermotif harimau yang tergelar didepan TV dengan layar yang menyiarkan sinetron Azab di sore hari menjelang maghrib.

Kak Alea menghampiri ku dengan membawa dua gelas berisikan minuman Matcha, dan mengulurkan tangan kanannya yang membawa satu gelas menyodorkan untuk ku.

"Tumben" celtuk ku sembari menerima gelas dan langsung mengganti posisi duduk untuk menikmati matcha hangat.

"Memang sekarang lagi jaman keknya deh, orang berbuat baik responnya harusnya baik malah dikatain tumben" kritik kak Alea yang mendekati pamrih.

"Matursuwon njeh" ucap ku dengan logat jogja.

"Nah gitu dong" susul kak Alea duduk disampingku.

"Em enak si minumannnya cuma ada yang kurang kak" komen ku yang baru saja menyeruput pelan minuman yang sedikit panas.

Kak alea yang sedang meniup minumnya agar cepat dingin itu terhenti sejenak "apa?"

Aku terdiam membuatnya menunggu sembari menahan tawa melihat ekspresi sodara ku "kurang keikhlasan kak"

Seketika kak Alea memukul pundak ku dan melotot kearah ku "ya udah ga usah diminum"

"Mubazir kak, udah dibuat ga diminum" sambar ku meledek.

"Ya udah, sini biar aku aja yang minuman" tebas kak Alea.

Aku tak kehabisan akal untuk membalas ucapanya, "pamalik, udah dikasih ke orang diambil lagi".

"udah dikasih tapi ga tau diri" ketus kak Alea dengan wajah yang masih tenang.

Aku terdiam sejenak raut muka ku mungkin kini menampakkan rasa bersalah karena humor yang aku buat terlalu berlebihan.

"Ghemm..." dahak palsu yang dibuat kak Alea alih alih membangun suasana yang tiba tiba menjadi diam.

Yahh memang semenjak kejadian sabrina yang datang tanpa diundang aku masih sangat merasa bersalah pada sahabatku, Arya.

"Kamu udah ketemu arya?" bak dukun yang mampu mendengar kata batin orang kak Alea bertanya untuk kesekian kalinya yang sesuai dengan apa yang membuat ku gundah

"Belom" Aku melirik kak Alea yang fokus didepan leptop.

"Coba kamu omongin baik-baik dengan sejujurnya ke arya, biar kamu ga terus terusan merasa bersalah kek gini bran" ujar kak Alea yang kini menutup leptopnya.

"Kakak mau nanya deh, kamu emang dulu pernah cinta sama sabrina?" Usut kak Alea dengan tatapan mengintrogasi.

Dengan sigap aku menolak "ya engak lah"

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang