Adversity , sebuah kata yang sangat jarang terdengar mungkin karena tidak ada padanannya dalam bahasa indonesia , adversity di definisikan sebagai " a state of seriose or continued difficulty or misfortune " , yang sama halnya dengan " sebuah keadaan dimana masalah atau ketidak beruntungan terjadi tiba-tiba atau mungkin terus-menerus"
Mungkin saat ini definisi adversity sangat cocok untuk ku , yang kurang beruntung dan sedang sial , karena lagi-lagi darah merah segar mengalir di hidung ku dengan situasi ku sekarang ini latihan futsal .
Walau hanya latihan sepulang sekolah , tapi ini benar-benar mengganggu aktifitas ku .Aku menepi dari pinggir lapangan dan meminta untuk ganti pemain , padahal permainan tertinggal beberapa menit lagi .
" mimisan lagi " arya menghampiri ku , disusul dengan bastian dan rangga .
"Gua bersihin ini dulu , lu lanjutin aja " cetus ku mengambil tas dan meninggalkan area permainan dan berlalu menuju toilet terdekat .
Pertandingan yang terjeda mulai berlanjut semestinya sedangkan aku kini berada di toilet , berdiri didepan cermin dan menyalakan keran , kuarahkan hidung ku pada air yang mengalir untuk membersihkan nya .
Ku ambil sekotak tisu dari dalam tas yang mengingatkan ku pada Yumna sang pemberinya .
Kali ini darah yang keluar cukup deras , membuatku kelimpungan menanganinya , sudah banyak tisu yang ku usap kan pada hidung dan bekali kali ku basuh dengan air dan hasilnya baju ku basah.
Krekk ...
" anjritt " cela ku kaget .
Suara pintu toilet terbuka yang mampu membuatku terkejut tanpa menengok , bisa kulihat dari cermin ada sosok gadis keluar dari dalam sana ." kaget ? " tanya Yumna yang kini berada di sampingku sembari mencuci tangannya .
" respek , tiba-tiba si " balas ku yang masih sibuk membilas hidung .
" semakin lo bilas pake air semakin banyak darah yang keluar " tutur Yumna yang kini menghadap ku sembari menarik beberapa lembar tisu .
" nunduk dikit " ucapanya seperti perintah yang anehnya ku turuti .
Aku menunduk pas didepan wajahnya , ini terasa aneh tapi mendadak Yumna dengan hati-hati mulai membersihkan darah yang tertinggal di bawah hidung kemudian menyumbatnya dengan gulungan tisu , sedikit membantu menghentikan darah ku mengalir .
Aku menegakkan badan seusai Yumna rampung membantu ku menghentikan darah mengalir .
" makasih ya " celtuk ku sembari memijat leher ku yang sedikit pegal karena menunduk terlalu lama menyamakan tingginya , Yumna yang tingginya tak seberapa .
" lo engak penyakitan kan " ujarnya tiba-tiba .
" penyakit ?" Ulang ku tak salah dengar
Yumna mengangguk " iya mimisan kan identik dengan penyakit kronis "
Aku menggaruk kening ku tak gatal " masa iya " aku tak tahu dan tak yakin .
Yumna menarik rambut ku kasar
"Awwww" jeritan sakit ku menggaung di toilet yang akan membuat spekulasi ambigu bagi yang mendengarnya ."Kenapa si lo , ngajakin gua jambak-jambakan ?" Aku tersulut emosi karena Yumna melakukannya dengan sengaja lihat saja sekarang ia melihat tangan nya penuh dengan beberapa rambutku di jambak paksa .
" gua cuma pastiin lo sehat kok " tukasnya dengan senyum menggantung .
" ya engak jambak rambut gua juga kali , sakit kan " aku mendengus kesal sembari memakai tas ku kembali .
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBRAN
Teen Fiction19 Februari 2001 Gilbran Esay Salim . hidup tentang hemat irit dan tidak pelit .