15. Kesalahpahaman

67 10 5
                                    

'Kebaikan yang kamu buat, bisa jadi kesalahpahaman bagi mereka yang berharap lebih, maka berhati hatilah' Gilbran_

'Aku menyukai mu setulus hati, kamu membalasnya karena manusiawi' Sabrina_

****
Terik panas matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat kini sedang memancar mengarah aku yang baru saja menyelsaikan rutinitas latihan futsal.

Seusai latihan aku segera pulang, Sudah menjadi kebiasan aku yang tak langsung berganti pakain seusai latihan, aku pulang masih dengan jersy futsal berwarna biru putih yang tengah kukenakan.

Aku berjalan lebih dulu dibanding kawanku yang lainnya dikarenakan badan ku sudah cukup letih hari ini, tak berapa lama kumudian langkah pendek menyamai cara jalan ku, aku sedikit melirik tanpa menoleh pun, ternyata Yumna.

Langkah kaki ku yang panjang membuat yumna berjalan dengan ekstra, tak habis akal Yumna kini mencegah langkah ku dengan berdiri didepan ku.

Beberapa teman-teman ku yang kebetulan lewat untuk pulang, memberikan tatapan dan senyum meledek.

"cie yang lagi pendekatan". Cibir Rangga sembari berhenti sejenak memantau posisi ku dengan Yumna.

"Bau-baunya ada yang mulai menjalin asmara nih" sambung Bastian dengan meledek.

Aku sedikit geram mendengar ocehan mereka, sedangkan yumna hanya diam dan tetap didepan ku, yang sepertinya ada hal yang ingin dikatakannya.

"Kalian laki tulen kenapa mulutnya kek betina, Lemes". Tanggapku.

"Udah jangan ikut campur hubungan orang" arya mencoba menghentikan cibiran kedua kawanku yang tengah menggodaku.

"Tepatnya kita lagi memberikan dukungan si ar". Dalih bastian yang kemudian dibenarkan oleh rangga.

"Selain dukungan kita juga menawarkan doa, Bran" lanjut rangga yang semakin menjadi.

"Apasi gak jelas lo pada, gih sana pulang". Omel ku kesal.

"Ayok pulang!!"ajak Arya menyeret paksa rangga dan bastian, namun keduanya segan dengan ajakan arya.

"kurang peka amat si, gilbran tu lagi ga mau diganggu, jadi ayok pulang!". Lanjut Arya yang beberapa detik kemudian bastian dan rangga beroh riya setuju dengan ucapan arya.

"Kampret lo pada". Aku meneriaki mereka yang kini berjalan menuju gerbang keluar.

"Semangat Boi, Doa kami menyertaimu" balas bastian tak kalah kenceng.

Ketika aku ingin membalas cibiran mereka, Yumna lebih dulu mencekal tangan ku. "Bran, Stop!"

"Ada apa?" Tanya ku sembari melirik tangan yumna setia mencekal lengan ku.

Yumna menjawab sembari melepaskan cekalannya, "Besok libur gue mau ketoko roti lo ya, Bran"

"Ya terserah lo lah" tanggapku acuh.

"lo manusia jenis apa sii? kalo disekolah cuek banget kalo diluar sekolah baik". Tutur yumna yang terlihat gregetan.

"Terus gimana?" Tanyaku yang sedikit bingung.

"Tanyain yaelah, mau ngapain ketoko gue? Gitu" jelas yumna dengan ekspresi kesal.

"Mau beli roti" tebak ku yang sudah pasti benar.

"Bukan ih" ternyata salah jawaban ku.

"Terus, mau ngapain?" Aku menyerah dengan sikap wanita.

"Mau belajar buat roti" Ungkap yumna sembari tersenyum.

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang