17. jealous

64 8 5
                                    

"Jika Hati ibarat Es yang beku, maka aku akan menjadi api yang panas dan mencairkan mu"
-Yumna Maharatuha-

"Diam, salah satu cara terbaik menjaga entah itu kata atau rasa"
-Gilbran Esay Salim-

***

Jam pagi 07.05 Waktu Indonesia bagian Barat, sudah disambut dengan cuaca siang hari ditandai dengan matahari pagi yang terik membuat keluhan para manusia untuk memulai aktivitas pagi, bersukur saja matahari belom terbit dari barat.

Hari ini adalah salah satu hasil habit baru, untuk menjelang akhir tahun disekolah yaitu datang tepat waktu, rumah yang dekat dari sekolah selama ini membuat diriku selalu nyantai dan meremehkan kedekatan, sehingga akhir yang ku dapat adalah keterlambatan karena terlalu menghiraukan dan menggampangkan.

Sepertinya hal ini sama persis yang sedang aku alami, pandangan mata dan tengokan kepala hampir 30° nyaris terputar sempurna mengikuti langkah namun pandangan mata ini masih tertuju pada objek yang membuatku penasaran.

'Dengan siapa dia berbicara? Apa yang sedang mereka bicarakan?, bagaimana keduanya tertawa lepas?, apa keduanya menjalin hubungan?, kenapa keduanya sedekat itu? Rasa ingin tau dalam benak ku meninggalkan banyak pertanyaan bagaimana, mengapa, kenapa, siapa.

Dua pasang remaja sekolah sedang duduk Yumna dan Laki-laki berpostur gagah dan berpenampilan cerdas serta terintegrasi, tengah duduk berdua di teras kantor sekolah, yang bahkan dapat terlihat ketika siswa seperti diriku lewat, namun berbeda dengan aku yang memiliki rasa penasaran tinggi.

tangan kasar membantu ku mengembalikan posisi kepala untuk fokus, siapa lagi kalo bukan tangan arya yang berdiri disampingku dan diikuti bastian.

"Pagi-pagi liat apasih?" Tanya Arya penasaran sembari mengamati objek yang barusan ku amati.

"Ohhh" arya ber oh ria seolah mengerti.

"Apa?" Tanyaku memastikan.

"Gapapa" senyum julid nampak jelas diwajah arya.

"Ga jelas lo" tutur ku palan sembari melanjutkan langkah hingga sampai tujuan yaitu kelas 12 IPS 1.

Sesampainya didalam kelas aku duduk tepat di bangku milik ku, entah kenapa rasanya sedikit lesu dan tak mood untuk bertegur sapa dengan kawan lainnya, ini memang sudah biasa terjadi padaku namun kali ini beda rasanya.

Duduk dengan posisi melipat tangan di dada dan satu kaki yang tak diam menginjak ubin berkali-kali dan pandangan mata yang tajam melirik kesegala arah serupa dengan orang yang mengalami panik, hal ini rupanya disadari oleh bastian.

"Aww sakit, gila" keluhku ketika tiba-tiba tangan hangat milik bastian menampol pipiku keras-keras.

"Gue kira lo kerasukan setan njirr" tuduhnya.

"Kekerasan lo" respon ku yang masih mengelus pipi ku.

"Ya lo kek orang kesetanan, duduk ga tenang, kaki lo juga ngapa brisik banget?" Bastian penasaran.

Belum sempat menjawab ke kepoan bastian, arya menangkas dengan duduk disebelah ku dan menjelaskan "Sebenarnya, gilbran lagi.._" ucapan arya menggantung membuat diriku dan bastian menunggu.

"Suttt" suara isyarat mengalihkan pandangan kearah jendela yang menampakan wajah rangga, yang sepertinya baru saja sampai kesekolah.

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang