Momo pun memberanikan diri untuk mendekat ke arah seseorang yang terduduk di lantai dengan tangan menutupi wajahnya seraya terisak.
"Ryujin"
Panggil Momo.Orang yang dipanggil 'Ryujin' itu pun mendongak saat seseorang memanggil namanya.
"Kak Jeje,kak"
Ucap Ryujin dengan tangisnya.Momo pun mengelus bahu adik dari Jeongyeon itu, dengan tujuan agar ia merasa tenang.
Setelah beberapa saat, Momo pun mengajukan pertanyaan pada Ryujin yang mulai kelihatan tenang.
"Jin, sebenarnya Jeongyeon kenapa?"
Tanya Momo hati-hati."Tadi waktu aku ke apartemen,kak Jeje udah pingsan di depan pintu kamar nya"
Momo pun mengangguk kan kepalanya.
Kini pikiran sedang berkecamuk.
Masih ada sesuatu yang cukup mengganjal di pikiran nya."Kamu sering melihat Jeongyeon mimisan gak? Atau memar-memar?"
Tanya Momo lagi."Sering kak.
Tapi kak Jeje selalu bilang stres mikirin tugas.
Terus saat di tanya tentang memar-Memer dia selalu bilang abis jatuh,atau nggak abis berantem"
Jawab RyujinMomo yang mendengar itu pun terdiam.
'semoga pikiran gw keliru'
Batin Momo."Kamu nggak ngabarin orang tua mu?
Tanya Momo."Ini udah beberapa kali terjadi kak.
Kak Jeje bakal marahin aku kalau sampai orang tau tahu dia masuk rumah sakit""Astaga"
Ucap Momo tak habis pikir dengan tingkah Jeongyeon.Setelah beberapa saat,mereka berdua pun di bolehkah masuk.
Jeongyeon sempat kaget melihat seseorang yang datang bersama Ryujin.
"Lu tau dari mana gw disini Mo?
Tanya Jeongyeon."Gw abis ketemu kakak gw.
Trus gak sengaja liat Ryujin.
Gw samperin aja"."Mmm Je,maaf ya gw gak sempat bantu apa-apa untuk masalah lu"
Ucap Momo."Santai aja,Mo.
Dia udah jadi milik orang sekarang".Mereka berdua melanjutkan perbincangan, sedang Ryujin tadi pamit ke kantin.
"Je,lu kenapa sih?"
"Gw gak kenapa-kenapa.
Cuma kecapean dong ini mah"
Jawab Jeongyeon."Je,gw bukan orang bodoh.
Lu kira gw gak curiga dengan memar,bintik mereh,terus tonjolan di leher lu.gw anak kedokteran Je.
Tapi semoga perkiraan gw salah"Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Jeongyeon pun menyerahkan sebuah amplop pada Momo.
Momo pun dengan segera membuka dan membaca nya.
'pikiran gw gak meleset sedikit pun'
Batin Momo."Lu nyembunyiin ini dari siapa saja Je?"
Tanya MomoHuft
Cuma lu, Ryujin dan satu orang lagi yang tau.
Gw gak mau buat orang lain khawatir.
Gw benci di khawatirin"
Ucap Jeongyeon menunduk."Lu salah besar Je.
Justru dengan Lo kayak gini lu buat orang terdekat lu khawatir".
Ucap Momo seraya mengembalikan amplop tersebut."Cukup lu yang tau Mo.
Gw mohon sama lu"Momo pun menghembuskan nafasnya tak habis pikir dengan isi kepala orang yang didepannya ini.
Setelah beberapa hari berlalu,kini keempat serangkai minus Jeongyeon itu sedang berkumpul di tempat biasa.
Tzuyu pun hadir,dan sempat menjadi pusat perhatian teman-temannya dikarenakan hari ini ia menggunakan topi plus Hoodie.
Saat di tanya, Tzuyu pun hanya akan menjawab
'enggak papa gw.cuma sedikit gak enak badan aja abis perjalanan jauh'
Setelah kejadian dimana Nayeon memergoki tunangannya di taman sore itu,ia menjadi lebih pendiam dari biasanya.
Ia hanya akan berbicara saat ada yang bertanya pada nya.Kini Nayeon merasa pilihan yang telah dipilih nya saat itu salah besar.
Kemarin Jinyoung datang menemui Nayeon dan mengatakan semuanya.
Ternyata Jinyoung bertunangan dengan Nayeon juga karena paksaan orang tuanya.
Ia sebenarnya telah memiliki kekasih yakni jisoo.
Nayeon belum bisa memaafkan perlakuan Jinyoung kepada nya, meskipun Jinyoung sudah berjanji untuk menyatukan mereka berdua kembali bersama.
'jangankan untuk kembali bersama,ketemu tatap muka aja udah gak pernah.
Lu udah berhasil membuat dua hati terluka Jinyoung'.
Teriak Nayeon sebelum masuk ke rumah nya meninggalkan Jinyoung di depan gerbang rumah mewah milik Nayeon.Orang tua Nayeon pun yang telah mengetahui maksud dari Jinyoung dan keluarganya pun memutuskan untuk membatalkan pertunangan serta perjanjian bisnis antar kedua perusahaan itu.
Hari-hari Nayeon pun dipenuhi oleh penyesalan.
Ia masih berharap suatu saat Jeongyeon disaat memaafkan nya.Karena jujur yang Nayeon butuhkan sekarang adalah pelukan dan kata-kata motivasi dari Jeongyeon.
Seminggu ini, Nayeon masih terus berusaha untuk mencari keberadaan Jeongyeon, meskipun nihil.
Para sahabatnya pun juga membantu nya.
Meskipun tak membuahkan hasil sama sekali.Sementara di tempat lain, seseorang yang sedang dicari tersebut sedang bersiap untuk mengunjungi rumah sakit.
Namun kegiatannya dihentikan akibat bunyi bel.
Ia mengerutkan keningnya.
Pasalnya yang mengetahui apartemennya yang sekarang hanya Ryujin.
Dan biasanya anak itu langsung masuk saja.Jeongyeon pun membuka pintu dan terkejut melihat seseorang yang menekan bel tadi.
"Joo!,kapan Dateng nya lu?"
Ucap Jeongyeon."Gak ada sopan-sopan nya ya lu sama yang lebih tua"
Ucap orang yang di panggil 'Joo' tadi,seraya memukul pelan jidat Jeongyeon."Dihhh,ogah gw."
Mereka berdua pun mengobrol di apartemen milik jeongyeon.
"Je gw nginep ya"
Ucap Joo."Nggak di cari bokap lu?"
"Kagak.Lagi di luar kota dia".
"Yaudah nginep aja".
"Je, keadaan lo sekarang gimana?"
"Ya gak gimana-gimana sih.
Masih gini-gini aja"
Ucap Jeongyeon cuek."Lu kesini cuma berkunjung atau gimana?"
Tanya Jeongyeon."Gw pindah.
Dan rencana mau kuliah di tempat lu, sekaligus ngawasin lu"
Ucap Joo"Ryujin?"
Joo pun mengangguk kan kepalanya.
Huft
'awas aja tu anak'
Gumam Jeongyeon.Jeongyeon memang sempat curiga saat melihat kakaknya berkunjung kesini.
Dia mencurigai Ryujin memberi tahu kejadian ia yang sering pingsan kepada Jooyung.Selama kurang lebih seminggu terakhir, Jooyung tinggal bersama sang adik untuk memastikan nya meminum obat secara teratur.
.
.
.
.
.
.
TBC
VOMEN.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVED
أدب المراهقين2+8=10 5+5=10 7+3=10 Kurasa kalian sudah cukup dewasa untuk mengartikannya. . . . cuma cerita,nggak nyata. sekian terima gaji.