22 | Blood, Sweat and Tears

2.9K 210 64
                                    
















met ultah army 😚 ku persembahkan untukmu chapter membagongkan













•••

Jimin menghela nafas frustasi, jika kepalanya transparan mungkin orang-orang bisa melihat bagaimana isi pikiran Jimin yang tampak seperti benang kusut yang susah dipisahkan.

Sudah seminggu ia berdiam diri dirumahnya, tidak pergi bekerja; mengambil cuti sementara. Sebab yang pertama, Kim Taehyung sosok yang ingin ia hindari saat ini, kedua adalah gambaran wajah yang ia lihat saat itu dan ketiga, Min Yoongi terkapar tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari kepalanya akibat benturan keras.

Maniknya bergerak mematai sebuah boneka kelinci yang ia ambil dari genggaman Yoongi saat itu. Bibirnya bergetar sekuat tenaga menahan tangis, namun lelehan air mata mulai berjatuhan seirama vokalnya yang menggumamkan nama Min Yoongi beberapa kali.






"Jimin maaf aku terbawa suasana." Taehyung berusaha menggapai lengan rekan kerjanya.

Si Dokter Park memejamkan kelopak matanya, berusaha mengontrol emosi. "Anggap saja kita tidak pernah bertemu seperti sebelumnya, dan tolong jangan pernah berbicara lagi padaku." Ia kembali melangkah meninggalkan figur si Agen Kim yang berdecak jengah.

"Kau juga menikmatinya bukan?!" Vokal berat Taehyung mampu menghentikan langkah Jimin seketika. "Jangan munafik Park Jimin. Kau tidak menolak saat aku mengecup bibirmu." Ucapnya dengan lirih dihadapan wajah si Dokter Park.

"Kauㅡbedebah sialan." Matanya mulai berkaca-kaca. "Sebenarnya apa yang kau mau?"

Taehyung menyunggingkan senyum miring dengan ibu jari yang menelusuri rahang si Dokter Park. "Aku mau kau."

"Yak! Min Yoongi menyingkir dari sana!"

Suara Hongbin yang menggema serta reruntuhan besi mulai riuh menghiasi lorong. Keributan itupun mulai mengalihkan atensi semua orang yang ada disitu termasuk Taehyung dan Jimin.

Seketika matanya terbelalak terkejut, melihat Yoongi terkapar dengan lelehan darah miliknya. Kaki-kakinya melemas seirama deru nafas yang cepat, dilihatnya tubuh Yoongi yang dipindahkan ke atas brankar lipat milik medis kepolisian. Maka dengan sekuat tenaga ia berlari tergopoh menghampiri tempat kejadian sekedar meraih boneka yang terjatuh dari genggaman tangan putih Yoongi yang mulai melemah.







Notifikasi satu pesan masuk membuyarkan lamunannya. Lagi-lagi Hongbin yang mengirimkan pesan sekedar memberi tau bahwa Yoongi sendirian didalam kamarnya sebab istrinya harus mengantar Yoonhe pergi ke sekolah.

Jimin menghela nafas kebingungan, apakah ia harus pergi atau menolak seperti hari-hari sebelumnya?

Dengan ragu akhirnya ia membalas pesan Hongbin lalu bangkit dari ranjang yang seminggu menjadi tempat dimana ia menghabiskan waktu dan menangisi sosok Yoongi yang belum juga terbangun. Jimin meraih mantel serta topi dan masker dengan santai tidak terburu-buru.

Gejolak kerinduan yang menggebu semakin terasa saat pikirannya terbawa jauh ketika melihat ranjang dihadapannya; tempat yang sering dipakai ketika bersenggama bersama Yoongi. Ia mengerjap ketika sesuatu terjatuh dari meja kerjanya, lalu diambilnya selongsong peluru yang sempat tergelinding itu, ia letakan kembali hingga berkumpul dengan secuil bukti yang ia ambil secara diam-diam.

Jimin pergi menggunakan bus sebab akalnya terlalu kacau jika ia mengendarai mobil pribadi. Ia transit di halte pertigaan, menunggu bus selanjutnya yang akan mengantarnya menuju rumah sakit Seoul Center Hospital.

Datura Solanaceae - YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang