12 | Tribus Codice

3.7K 338 153
                                    



















•••

Obsidian Jimin kembali di suguhkan dengan pemandangan tubuh kaku Kim Namjoon, proses autopsi nya begitu lama dan sulit. Tim Dokter divisi Forensik saling melemparkan argumen terkait cara pembunuhan yang terjadi pada founder RM Labels itu.

Yang menjadi beban pikirannya sekarang ialah; tentang bagaimana salah satu rekan kerjanya bilang bahwa Kim Namjoon di bunuh oleh si peniru, bukan pembunuh aslinya.

Maka Jimin dengan segala rasa penasarannya kembali menarik salah satu laci mortuary cabinet, asap putih samar serta hembusan udara dingin berlomba-lomba menyelimuti area di sekitarnya ketika Jimin menarik salah satu laci pendingin berisi mayat Im Hansol.

Dan untuk kesekian kalinya Jimin menarik turun resleting kantung mayat si pemuda Im, sekedar membidik ukiran Nevermind yang sudah sedikit menghitam.

Sepersekon ia memakai sarung tangan lateks sebelum menelisik tubuh Namjoon lebih jauh. "Tubuhnya begitu mulusㅡheh! Maksudku tidak ada satupun tattoo yang tersemat pada kulitnya." Gumam Jimin setelah menyibak kain putih yang sempat menutupi tubuh Namjoon.

"Padahal baru kemarin aku sempat mengobrol denganmu," katanya sembari mencondongkan tubuh, "adik ku, penggemar RM Labels, seperempat warga Korea menangisimu. Kau tahu?"

Jimin membandingkan luka sayatan pada dada kiri Namjoon dengan ukiran milik Im Hansol, dan mahakarya si pembunuh itu memang rapiㅡbentuknya sama, hanya saja ukiran Nevermind pada kulit Namjoon sedikit acak seolah penuh kemarahan di dalamnya.

Oh shit!

Obsidiannya bergerak gemetar saat menemukan luka kecil lainnya yang sudah mengering; melewati tahap Fibroblastik, dengan gerakan secepat kilat maka Jimin sudah merogoh kantung jas Dokter nya, sekedar menemukan senter kecil lalu di arahkan nya pada ukiran kecil itu.

HFTZ000ㅡkelopak matanya mengerjap beberapa kali, apa-apaan ini?!

Helaan nafas gusarnya mengisi ruang mayat, Jimin begitu lelah. Jadi biarkan tim Detektif yang mengurus sisanya nanti, ia sempat terkejut saat deringan ponsel miliknya berdering tanda telpon masuk membuat lutut Jimin sempat beradu dengan kaki brankar lipat.

"Ah ya, hallo Dokter Jung." Balas Jimin setelah merapikan kembali posisi lengan Namjoon yang sempat terjatuh.

Namun obsidiannya terpaku pada kepalan tangan Namjoon.

"Tim Forensik akan segera memindahkan Kim Namjoon ke LabFor nanti setelah makan siang, kau masih di ruang mayat, Dokter Park?" Suara bising dari sebrang telpon Hoseok memenuhi rungunya.

"Itu bagus, lebih cepat lebih baik." Balas Jimin.

Keduanya sempat terlibat obrolan kecil hingga Hoseok duluan yang memutus sambungan. Lantas Jimin yang masih memakai sarung lateks segera membuka paksa kepalan jemari Namjoon.

Sepersekon tergugu manakala mendapati secarik kertas lusuh; ujungnya seperti sengaja di sobek, maka Jimin buru-buru mengantungi barang bukti tersebut ke dalam jas putihnya.

"Sedang apa?"

"Astaga! Min Yoongi."

Obsidiannya bergerak gelisah saat Yoongi mengikis jarak.

"Maaf membuatmu terkejut." Yoongi memeluk tubuh Jimin, kemudian bibirnya bergerilya mengecupi tiap inci kulit leher hingga tulang rahang. "Apa kau sedang sibuk, sayangku?"

"Bilang tidak pun, kau pasti akan tetap memeluk tubuhku." Balas Jimin di sertai delikan.

Yoongi tertawa sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya yang masih memeluk Jimin. "Kan aku nya rindu denganmu."

Datura Solanaceae - YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang