2. A litle family

198 198 121
                                    

Karena hari ini adalah hari jum'at sekaligus pengumuman kelulusan jadi Aiza pulang lebih cepat dari biasanya. Hasil kelulusannya sudah diambil oleh orang tua Aiza tadi pagi. Dan mereka diperbolehkan pulang duluan dikarenakan sekolah masih ada acara khusus untuk siswa.

Aiza pulang kerumah menggunakan mobil pribadi dengan supir yang setiap hari mengantar jemput Aiza. Aiza tidak diperbolehkan mengendarai sendiri dikarenakan belum mempunyai SIM.

Pintu utama terbuka, terlihat dua orang paruh baya tengah duduk di sofa ruang tamu. Mereka duduk berdampingan, seperti tengah  berbicara dan sesekali tertawa.

"Assalamu'alaikum " Aiza mengucap salam dan langsung menyalimi dua orang itu.

"Waalaikumsalam, sayang. " Jawab mereka berbarengan.

Aiza menaruh ranselnya di atas meja dan duduk di tengah-tengah mereka berdua. Mereka sedikit bergeser untuk memberi ruang agar Aiza bisa duduk.

"Sudah selesai acaranya sayang? "

"Belum, mah. Aiza pulang duluan. "

Itu Ummahnya Aiza yang bertanya, Ara Nashwa namanya. Usianya hampir memasuki kepala 4 tapi wajah dan penampilannya terlihat seperti umur 20-an, lebih seperti seorang kakak daripada seorang ibu dari Aiza. Mungkin karena pembawaannya yang humble dan murah senyum jadi awet muda.

"Pasti capek ya, istirahat saja dulu Za. "

Yang barusan berbicara itu adalah Abbahnya Aiza, namanya Zhafran Maulana . Sifatnya yang tenang tapi sangat perhatian terhadap istri dan anaknya.

Mereka menikah sewaktu masih duduk dibangku kuliah, sudah belasan tahun menikah dan Aiza adalah anak satu-satunya.

"Nanti saja bah, Aiza ada sesuatu. " Aiza mengambil ranselnya dan merogoh sesuatu dari dalam sana.

"Coba tebak ini apa? " Aiza menunjukan amplop yang tadi diberikan oleh bu Aya.

"Hmmm yang pasti bukan surat kelulusan, kan tadi abbah sama ummah yang ambil kesekolah. " Ara mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuk nampak berpikir, mencoba untuk menebak apa isi dari amplop tersebut.

Maulana yang melihatnya nampak gemas dengan kelakuan istrinya itu, Aiza pun sama.

"Coba Abbah yang tebak. "

"Hmmm undangan beasiswa? "

"Yeay.... 💯 untuk abbah. " Aiza langsung memeluk Abbahnya itu dan mereka tertawa bersama.

"Ummah gak diajak nih? " Tanya Ara sedikit merajuk, karena yang dipeluk Aiza hanya suaminya.

Mereka menoleh dan sedikit terkekeh melihat wanita paruh baya itu mencebikan bibirnya.

"Uluh-uluh bayi besar merajuk, sini-sini peluk. " Maulana menarik tangan istrinya dan mereka bertiga berpelukan bersama, keluarga kecil yang bahagia.

Setelah acara peluk-pelukan selesai, mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.

"Coba buka amplopnya, abbah mau lihat. "

"Ummah juga. " Sambil memepetkan tubuh disamping Aiza.

Aiza membukanya dan mereka membaca bersama. Mereka nampak tersenyum setelahnya Ummah mengerutkan kening.

"Kok Hamburg? " Tanyanya, sambil menoleh ke arah Aiza.

"Iya. Itu dari sekolah. "

"Ouh.... Yang Oxford itu jadi? Atau mau ambil yang ini aja? " Tanyanya lagi.

"Mau nyoba tes dulu, kalau gak lolos ya ambil ini juga gak apa. " Jawab Aiza dengan senyuman khasnya.

Kedua orang tua Aiza memang sudah tau rencana Aiza kedepannya, dan mereka tidak melarang. Mereka mendukung apapun yang Aiza lakukan, selama itu baik dan bisa membuat Aiza senang. Mereka tidak pernah menuntut Aiza untuk jadi apa dan seperti apa yang mereka mau. Mereka membebaskan Aiza dengan pilihannya sendiri.

GRAVITASI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang