Chapter 3

19.5K 1.5K 1.4K
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Hari ini merupakan hari pertama Gaby bersekolah di SMA Bimantara. Ia berangkat diantar oleh Arka pukul 7.05 pagi.

"Pa, ayo buruan, Pa!" ucap Gaby terburu-buru sambil menarik tangan Arka keluar dari mobil.

Pagi ini ia terlambat karena bangun kesiangan. Sepanjang jalan dari rumah hingga sampai di sekolah Gaby mengomeli Arka karena mengendarai mobil dengan lambat.

Sedangkan Arka tetap santai meski ini hari pertama putrinya masuk di sekolah baru.

"Santai aja, Papa dulu juga pernah jadi murid baru -"

"Terlambat juga kayak Gaby?" potong Gaby.

Arka menggeleng. "Nggak sih," jawabnya tersenyum membuat gadis di sampingnya itu menekuk wajah.

"Ah elah! Kirain telat juga," kesal Gaby.

"Lho, lho. Nggak boleh marah-marah. Kita terlambat karena siapa? Gaby sendiri, kan, yang bangun kesiangan," ucap Arka sambil menoyor pelan kening Gaby. Membuat sang empu tak mampu membantah karena itu adalah fakta.

****

Jam pertama, pelajaran Matematika Wajib adalah pagi terburuk bagi siswa pemalas dengan kemampuan rata-rata.

Terlihat di kelas 12 IPS 3 para siswa dan siswi di bangku belakang mengantuk, tidak memperhatikan guru di depan yang sedang menjelaskan.

"Bolos yuk. Ngantuk gua," celetuk Alan pada teman di sampingnya yang sedang menyandarkan kepala di meja.

"Nggak dulu deh. Masih pagi, takut ketahuan Pak Among kayak kemarin. Gua juga masih ngantuk, mau tidur aja," sahut temannya bernama Asta Venanzio yang biasa dipanggil Zio.

"Halah, tidur mulu yang lo pikirin!" kesal Alan. "Dahlah gua sendiri aja."

Zio mengacungkan jempol tangan kanannya. "Hati-hati ketahuan," ucapnya.

Alan tetap nekat bolos sendirian. Ia mengambil kesempatan saat guru yang mengajar di kelasnya keluar untuk mengangkat telepon.

Namun, sial bagi Alan. Baru beberapa langkah ia berjalan dari pintu kelas, Bu Atun yang hendak berjalan menuju kelas IPA bersama Gaby melihat apa yang dilakukan oleh Alan.

"ALAN!" teriak Bu Atun.

Seketika Alan, Gaby, dan Bu Chiko - Guru Matematika Wajib - kaget dengan teriakan Bu Atun. Bahkan para siswa yang sedang melangsungkan pembelajaran pun mendengar teriakan itu.

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang