Chapter 23

1.7K 129 333
                                    

Happy Reading guys📚

*****

Lima tahun kemudian...

Tahun demi tahun telah dilalui dengan penuh bayang-bayang masa lalu. Kini Gaby dan Arzel memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiran setelah lulus pendidikan, menyusul Gavin yang sudah berada di Indonesia sejak dua tahun lalu untuk melanjutkan perusahaan Arka dan Hendra.

Bukan hanya kakak beradik itu yang kembali ke Indonesia, Fanya beserta seorang anak kecil ikut dengan mereka.

Tujuh buah koper besar dan satu buah koper kecil sudah tersusun rapi di ruang tamu. Tawa riang seorang anak kecil berusia lebih dari empat tahun memenuhi ruangan itu. Bermain bersama Gaby dan Fanya.

"Asyik! Asyik!" teriaknya sangat gembira.

Melihat tawa anak kecil itu, sudut bibir Gaby terangkat tatkala ikut senang.

"Adek happy?" tanya Gaby.

Anak laki-laki itu menoleh lalu mengangguk seraya tersenyum. "Yeah! I'm happy, Mami!" sahutnya benar-benar bersemangat.

Rasa gelisah di dada Gaby seketika hilang. Awalnya ia tak ingin kembali ke Indonesia, kini melihat tawa bahagia anaknya ia merasa kembali ke Indonesia bukanlah ide yang buruk.

Demi sang buah hati, apapun akan ia lakukan meski banyak kenangan pahit yang terus-terusan menghantui.

Raka Gavril Adhinata, anak yang selama ini tak pernah terbayang di benak Gaby. Tak sedikit pun ia membayangkan akan memiliki seorang anak di usia yang sangat muda, atau bisa dibilang dini, hasil dari bengisnya seorang laki-laki yang bernama Javas.

Tak membenci sedikit pun, Gaby dan seluruh keluarga malah sangat menyayangi Raka. Anak itu tak bersalah dan Gaby bersyukur atas kehadiran Raka, karenanya ia kembali memiliki keinginan untuk hidup lebih lama. Melawan semua trauma.

Meski awalnya terasa berat, sedih, karena mengetahui kenyataan bahwa Raka tumbuh tanpa seorang ayah. Namun meski tak memiliki seorang ayah anak laki-laki itu tidak pernah kekurangan kasih sayang. Arzel dan Gavin selalu ada untuknya, menggantikan peran ayah bagi Raka.

*****

Belasan jam berada di perjalanan, kini pesawat yang mereka tumpangi tiba di bandara indonesia.

Terlihat dari kejauhan Gavin sudah menunggu bersama Aji, Alan dan Athlas. Tiga laki-laki itu sangat tulus menjaga keakraban dengan Gaby dan keluarganya.

"Om Gavin!" teriak Raka melambaikan tangan pada Gavin.

Gavin, bersama tiga antek-anteknya berjalan menghampiri. Membantu membawakan koper.

Laki-laki itu menyalami tangan Fanya, lalu memeluk Raka dan menciumnya dengan gemas.

"Udah besar aja," gumam Gavin mencubit pelan pipi Raka.

Lalu Arzel menyalami tangan laki-laki itu, disusul Gaby dan memeluknya dengan erat.

Binar di mata Gaby menunjukan kesedihan yang tertahan dan rasa takut akan masa lalu.

"It's okay," gumam Gavin berakhir mengecup puncak kepala sang adik.

"Tante, biar Aji yang bawa," celetuk Aji hendak membantu Fanya membawakan koper.

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang