Chapter 26

2.3K 140 145
                                    

Happy Reading📚🔥

Dinginnya malam menyelimuti Gaby yang duduk sendiri di taman. Kedua tangan memapah kepala yang tertunduk, mata yang tak lekas dari cairan bening yang terus mengalir.

Rasa bersalah dan takut akan kehilangan terus menghantui isi kepalanya. Satu hari telah berlalu dari kejadian penangkapan Megi, Javas masih tak sadarkan diri. Sedangkan kondisi Gavin sedikit membaik begitu juga dengan Arzel. Tiga laki-laki itu dirawat di rumah sakit yang sama.

Gaby merasa sangat takut saat melihat kondisi Gavin, Arzel dan Javas yang tak sadarkan diri di lokasi saat itu. Buru-buru ia menghubungi kakeknya, dan saat ini Megi masih ditahan oleh pihak kepolisian untuk ditindak lanjuti.

Dalam kesunyian isak tangis terdengar samar. Tangis Gaby semakin pecah kala ia teringat tentang keluarga Javas. Papanya yang berada di luar negeri dan tak peduli dengan keadaan Javas saat ini.

Laki-laki itu telah lama ditinggal pergi oleh ibunya yang mengidap depresi berat, yang mengakhiri hidupnya. Sedangkan ayahnya telah memiliki keluarga sendiri sejak delapan belas tahun lalu, jauh sebelum kepergian ibunya.

Selama ini hidup Javas memang ditanggung oleh ayahnya, semua yang ia inginkan akan diberikan, tetapi satu keinginan yang tak kunjung didapatkan, yaitu kembalinya sosok seorang ayah di sisinya serta kasih sayang yang telah lama dirindukan.

“By,” panggil seseorang.

Gaby menoleh. Ditatapnya Aji yang kini berada di sampingnya.

“Lo pulang dulu. Istirahat, bang Gavin, bang El, sama bang Alva biar kita yang jagain,” ujarnya, meminta Gaby untuk pulang dan beristirahat. Sedangkan Gavin, Arzel dan Javas akan dijaga oleh dirinya, Athlas dan Alan.

Gaby menggeleng, tidak mau pulang. Ia akan tetap menunggu di rumah sakit. Namun Aji berusaha membujuk untuk Gaby pulang.

“Nggak bisa gitu, By. Nanti lo sakit. Kalau lo sakit, siapa yang bakal jagain Raka? Jagain mereka bertiga? Tante Fanya sendiri? Kasian, By,” ujar Aji.

Gaby diam memikirkan perkataan laki-laki itu. Ada benarnya, ia harus tetap sehat untuk menjaga semua orang. Terlebih untuk laki-laki yang masih tak sadarkan diri di dalam sana.

Sampai akhirnya Gaby mengangguk, setuju untuk pulang dan diantar oleh Athlas. Tetapi sebelum itu ia berpamitan pada kedua abangnya dan laki-laki yang merupakan ayah dari anaknya. Javas.

Tangan Gaby tampak ragu memegang wajah Javas saat akan berpamitan. Ia menunduk, berusaha berbisik, berharap laki-laki itu masih bisa mendengarkannya meski dalam keadaan tak sadarkan diri.

“C-cepet sembuh, ya? Ada anak yang butuh kasih sayang lo,” bisiknya, meneteskan air mata.

Hati Gaby tak kuasa menahan tangis. Ia membenci Javas karena perbuatan keji yang telah dilakukan pada dirinya, tetapi ia juga tak ingin jika hal buruk terjadi pada Javas, karena ada seorang anak laki-laki yang harus mendapat kasih sayang ayah kandungnya.

*****

Pagi hari pukul 07.14, Gaby telah menyiapkan sarapan untuk dibawa ke rumah sakit, sedang Fanya menyiapkan sarapan untuk orang-orang rumah dibantu oleh bibi.

Selesai memasak, mereka sekeluarga menyantap sarapan bersama. Termasuk Raka. Anak laki-laki itu telah bangun dari subuh dan tak bisa tidur lagi.

Selesai sarapan mereka pun bersiap pergi ke rumah sakit, untuk bergantian dengan Aji, Alan dan Athlas yang menunggu semalaman.

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang