Chapter 15

4.8K 486 1K
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Pagi ini Gaby diantar ke sekolah oleh Arka. Sepanjang perjalanan keduanya saling diam, tidak ada obrolan. Gaby masih merasa kesal dengan Arka akibat kemarin, begitu pula Arka sendiri masih marah dan merasa gengsi jika harus memulai obrolan lebih dulu dengan Gaby karena pria itu sudah mencobanya tadi pagi namun sang putri tak menggubrisnya.

Sampai saat tiba di depan gerbang sekolah keduanya masih diam. Gaby pun turun dari mobil tanpa menyalami tangan Arka dan tanpa sepatah kata membuat Arka berdehem kasar.

Hm!” Dehem Arka menjulurkan tangannya pada Gaby.

Gaby mengangkat alisnya sebelah. Lalu ia meraih tangan Arka dan menyalaminya.

Setelah itu Gaby menutup pintu mobil dan pergi begitu saja meninggalkan Arka.

Dalam mobil Arka hanya diam, memantau Gaby hingga punggung gadis itu tak terlihat lagi.

“Persis mamanya, keras kepala,” gumam Arka menggeleng, lalu pergi dari SMA Bimantara.

Sedang Gaby yang saat ini berjalan menyusuri koridor tak sengaja berjumpa dengan Aji yang berjalan dari berlawanan arah.

Gaby hanya diam, menatap laki-laki yang dari kejauhan sudah menatapnya dengan tatapan yang datar khas Aji.

Saat jarak diantara keduanya semakin dekat, Aji mengalihkan tatapannya dan berjalan melewati Gaby begitu saja, seperti orang asing yang tak saling kenal.

Gaby berhenti, ia berbalik menatap punggung Aji yang berjalan semakin menjauh.

Dia kenapa? Batin Gaby merasa aneh dengan Aji. Namun, tak ingin memusingkan hal itu Gaby mengangkat bahu acuh lalu kembali berjalan menuju kelasnya.

“Gaby!” sapa Syaqira yang sudah berada di kelas.

Gadis itu tengah menulis sesuatu di bukunya.

“Nulis apaan?” tanya Gaby.

“PR Kimia minggu lalu,” jawab Syaqira. “Lo udah?,” lanjutnya bertanya karena Gaby masih terlihat santai.

Gaby melepas tasnya dan duduk di samping Syaqira. “Emang mapel Kimia jam ke berapa?”

“Sekarang. Jam pertama. Lo udah, ya?” tanya Syaqira masih fokus menulis.

“Anjir! Seriusan? Gua belum cok!” Gaby menepuk jidat dan langsung mengeluarkan buku latihannya.

“Iya? Yaudah ayo buruan kerjain. Ini gua dapet contekan dari Aji,” ujar Syaqira membagi contekan yang diberi oleh Aji.

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang