Chapter 11

6.3K 656 1K
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Dua orang gadis berdiri bersebelahan di sebuah ruangan sembari menatap ke arah luar jendela yang mengarah ke taman belakang panti asuhan.

“Kemana aja lo? Katanya lo udah nggak pernah masuk sekolah,” celetuk Gaby pada gadis di sampingnya tanpa menatapnya.

Sheyril melirik. Ia menyeringai sesaat lalu menggeleng. “Apa peduli lo sama gua? Mau gua mati di pinggir jalan pun nggak bakal ada yang peduli sama gua. Bahkan lo senengkan liat keadaan gua sekarang?” sarkasnya membuat Gaby mengernyitkan alis.

“Heh, nggak semua orang kayak lo, bego! Nggak punya hati! Gua nanya juga karena gua penasaran, elo kemana setelah bikin gua keluar dari sekolah kok tiba-tiba ngilang? Kalau lo kenapa-napa yang ada orang-orang bakal nuduh gua karena lo punya permasalahan sama gua!” timpal Gaby memaki Shey.

Sang empu yang dimaki hanya diam, dengan angkuh Shey enggan menatap ataupun merespon Gaby, membuat Gaby semakin kesal.

“Susah ya ngomong sama setan kayak lo, nggak ngerti bahasa manusia!” sindir Gaby menekan pada kata ‘setan’.

Shey melirik tajam, namun Gaby menyeringai sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Mending lo pergi deh, sebelum gua cakar mulut sialan lo itu!” cela Shey dengan nada rendah namun penuh penekanan. Tatapannya menatap Gaby penuh kekesalan.

Sontak Gaby langsung menutup mulut dan berekspresi takut. “Ouh…” ringisnya, lalu ia mendekatkan wajah pada Shey dan menatap nyalang pada gadis di depannya itu.

Ck. Ck. Ck. Nggak takut,” bisik Gaby lalu tersenyum.

Plak!

Seketika Shey melayangkan satu tamparan keras pada pipi kiri Gaby.

Gaby pun sempat terdiam sesaat, merasakan sakit di pipinya, lalu ia tersenyum menyeringai.

“Udah lama emang kita nggak saling tampar-tamparan. Udah hampir, empat, lima, enam bulan…” Gaby tampak menghitung sesaat, sudah berapa lama mereka tidak bertemu dan bertengkar.

“Oh, lebih kurang satu bulan lah,” lanjutnya dengan raut wajah yang menyebalkan.

Sedangkan Shey masih berdiri dengan tatapan tajam dan deru nafas yang menggebu-gebu.

“Apa sih, Gab, mau lo?” teriak Shey dihadapan Gaby.

Kedua alis Gaby mengernyit. “Nggak kebalik, Shey? Seharusnya gua yang nanya itu ke elo!” timpal Gaby.

“APA MAU LO DARI GUA? BUKANNYA SELAMA INI ELO YANG SELALU GANGGUIN GUA SAMPAI GUA KELUAR DARI VICTORY HIGH SCHOOL?” bentak Gaby, mengingatkan kembali bahwa Sheyril lah yang selalu mengganggu kehidupannya.

“ELO YANG UDAH BIKIN TEMAN-TEMAN GUA BENCI SAMA GUA! ELO YANG BIKIN GUA DIKELUARIN DARI CHEERLEADERS!” lanjut Gaby memaki dan mendorong Shey, mengingatkan satu persatu perlakuan licik gadis itu pada dirinya.

GABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang