Hari Minggu yang tenang setidaknya itu yang selalu jihoon bayangkan setiap libur duduk dengan santai menghabiskan waktu menonton tv dan menikmati mie pedas dengan keju yang melimpah oh sungguh tidak sehat tapi enak.
Namun hari Minggu kali ini ia habiskan dengan bermain dengan jiyoung sebelum Jiyoung di jemput oleh nyonya Kwon untuk diajak jalan-jalan, bayi gempal itu sungguh membuat siapa saja yang melihatnya gemas sendiri bahkan rose dan seungkwan pernah berebut ingin bermain dengan jiyoung.
"Hari ini Jiyoung akan ikut halmeoni untuk jalan-jalan...jangan nakal ya sayang, jangan rewel dan membuat halmeoni dan harabeoji repot...eomma sudah masukan susu kesukaan Jiyoung kedalam tas dan biskuit Jiyoung...Jiyoung anak baik eomma dan harus jadi anak baik untuk siapa saja"ujar jihoon sebari memakaikan jaket Jiyoung mengingat sudah masuk alam musim gugur
Tanpa jihoon sadari soonyoung memandangi jihoon yang bermain dengan jiyoung dengan senyuman melihat jihoon dan Jiyoung membuat soonyoung seperti kepala keluarga untuk dua orang menggemaskan itu.
"Ji eomma sudah ada di luar"celetuk soonyoung membuat jihoon menengok
"Benarkah? Ayo jiyoung-ie halmeoni sudah tunggu di luar"ujar jihoon menggendong Jiyoung
"Tasnya biar aku yang bawa"Jihoon hanya mengangguk terlebih lagi ia juga akan kesusahan jika harus membawa tas juga Jiyoung sekaligus.
Di ruang tengah rumah soonyoung kedua orang tua soonyoung sudah menunggu dengan senyum bahagia sungguh melihat Jiyoung banyak uang sayang membuat jihoon juga merasa senang.
"Jiyoung akan ikut appa dua hari jadi kalian bebas selama dua hari"ujar tuan Kwon
"Baik appa...nanti hubungi saja aku jika Jiyoung nakal atau merepotkan appa dan eomma"ujar soonyoung
"Kau ini...jiyoung-ie dengar bukan appa mu itu sebetulnya tak bisa jauh dari mu"ujar nyonya Kwon
"Hati-hati eomma, appa aku titip Jiyoung ya"ujar jihoon
"Baik manis, kami pergi dulu"ujar nyonya KwonKedua orang tua soonyoung pergi meninggalkan kediaman soonyoung dan kini hanya tersisa jihoon dan soonyoung saja.
"Soon aku ingin pulang hari ini"ujar jihoon santai
"Pulang? Kemana?"bingung soonyoung
"Ke rumah ku dong soon...rumah ku itu sudah lama tak ku jamah pasti sekarang berdebu, aku perlu bersih-bersih"
"Ku temani ya"
"He? Kau mau apa di rumah ku"
"Kamu malas di rumah sendiri ji"
"Bukankah dulu kau juga di rumah sendiri?"
"Beda itu sebelum Jiyoung dan kau ada disini"
"Terserah mu asal bantu aku bersih-bersih"
"Ok"Mereka bergegas untuk menuju rumah jihoon yang lama ya kerena memang rumah itu sudah beberapa bulan ini tak terjamah oleh tangan jihoon.
.
.
.
Disalah satu ruangan gelap dan berantakan sana mendudukkan diri di depan cermin dengan mata sembab dan rambut yang berantakan.Sejak acara pertunangan chan sana menjadi orang yang paling putus asa karena soonyoung tak lagi menengoknya kembali bahkan mengancamnya jika kembali menyakiti jihoon atau Jiyoung.
Dari arah pintu perempuan berambut panjang tengah menatap sana dengan tatapan iba ia tak menyangka perempuan yang selalu mendapatkan apapun yang ia mau menjadi seperti ini karena sebuah penolakan.
"Mau sampai kapan kau seperti ini?"tanya perempuan itu
"..."tak ada jawaban dari sana
"Mau ku bantu membalaskan semuanya?"
"Hancurkan pengganggu itu"
"Apapun untuk mu"Perempuan itu berjalan mendekat dan memeluk sana dengan erat baginya sana sudah seperti penyelamat hidupnya jadi ia tak tega harus melihat sana dalam keadaan seperti sekarang ini.
Jihoon kini sudah selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya tentu saja dengan bantuan soonyoung, rumahnya yang berdebu kini sudah bersih kembali dan saat ini jihoon tengah berdiri tak jauh dari kompor.
"Soon mandi sana?"ujar jihoon
"Malas ji"sahut soonyoung yang masih bersantai di sofa
"Mandi kau penuh debu setelah kau baru aku lalu kita makan"
"Kau dulu saja yang mandi"
"kwon soonyoung kau pergi mandi sekarang atau ku lempar pisau yang ada di tanganku ini"
"Kau dengan ku galak sekali ji tapi dengan Jiyoung tidak"
"Dasar orang tua tak tahu diri, Jiyoung masih bayi bodoh mana mungkin ku omeli dia...cepat mandi"
"Jihoon aku ini masih bos mu, lancar sekali mulut mu mengataiku bodoh"
"Ini di rumah ku tuan Kwon jadi disini aku bosnya...cepat mandi!"Mau tak mau soonyoung harus beranjak dari duduknya dan bergegas untuk mandi sedangkan jihoon lanjut makan untung saja ia sudah bawa baju ganti.
Tak butuh waktu lama soonyoung untuk mandi dan sekarang sudah ada di dapur dengan baju putih polos dan celana trening hitamnya miliknya.
"Kau sudah selesai memasak ji?"tanya soonyoung
"Sudah kau kalau ingin makan dulu tak apa, aku akan mandi dulu"sahut jihoon
"Aku tunggu kau saja"Jihoon hanya mengangguk dan pergi kekamar mandi karena demi apa pun tubuh jihoon sudah gatal semua, sama seperti soonyoung jihoon bukan penghuni kamar mandi yang lama karena pemandangan kamar mandi hanya itu-itu saja.
Selesai mandi jihoon menghampiri soonyoung yang sudah stay di meja makan sungguh kali ini jihoon harus mengakui jika soonyoung sangat tampan.
"Ayo makan"ujar jihoon
"Heum...ji kau ingin aku memiliki pendamping yang bagaimana?"ujar soonyoung
"Terserah mu yang penting sayang dengan Jiyoung"
"Kau mau ikut mendaftar tidak"
"Kau bicara aneh lagi ku usir kau"
"Aku serius ji, Jiyoung sudah terlanjur nyaman dengan mu"
"Memangnya kau mencintai ku?"Diam karena bagaimana pun soonyoung juga tak tahu dengan hatinya sendiri baginya kenyamanan jiyoung adalah nomor satu
"Aku tak ingin menjalin hubungan jika tak punya hati, apa lagi sampai kejenjang yang lebih serius...aku bisa membangun komitmen tapi aku tak yakin orang yang mendampingi ku bisa membuat komitmen...kerena aku jika sudah memberikan hati maka hati ku sepenuhnya milik pasangan ku"ujar jihoon
"..."
"Kau bukan tipe orang yang memaksakan untuk sebuah komitmen soon, kau masih bebas memilih ibu untuk Jiyoung dan selama itu juga aku siap untuk membantu mu mengurus Jiyoung"
"Kau begitu paham diri ku ji padahal kita bisa di bilang teman tapi tak dekat"
"Aku sudah menjadi sekertaris mu lebih dulu dari pada Chan jadi aku sedikit Paham mengenai seluk beluk mu"Bukan jihoon menolak permintaan soonyoung hanya saja jihoon tahu soonyoung tak memiliki perasaan apa pun kepadanya, yang jihoon takutkan mereka saling menyakiti satu sama lain dan mencoba bertahan diatas tanah penuh kaca yang mereka tebar sendiri.
Sedangkan soonyoung masih belum paham mengenai hatinya sendiri ia nyaman dengan jihoon karena memang karyawan terlama yang berkerja dibawah dirinya namun belum cinta, yang dikatakan jihoon juga ada benarnya ia tak bisa memaksakan diri untuk berkomitmen jika pada akhirnya komitmen itu akan hancur oleh dirinya sendiri
"Aku mau buat mie pedas kau mau tidak?"tawar jihoon mencoba mencairkan keadaan
"Kau berniat membuatku sakit perut"ujar soonyoung
"Tadinya ingin ku binasakan sekalian, kurasa bolak balik kamar mandi cukup ringan"
"Kalau aku kau binasakan bagaimana nasib perusahaan?"
"Ada tuan Kwon yang masih bisa menghandel"
"Bagaimana dengan Jiyoung"
"Masih ada aku yang masih sanggup menghidupinya"
"Mulut mu itu sungguh minta di cium sepatu ku ya ji"
"Kau dulu yang mencium sepatu mu baru aku mau merasakannya"
"Bawakan aku cola saja"
"Yakin tidak dengan yang lain...katakan saja sebelum ku usir kau pulang"
"Kau tak pulang?"
"Aku akan berangkat dari sini saja, lagi pula nanti malam aku harus menemui jisung dan Felix"
"Menemui mereka?"
"Heum"
"Ada urusan apa?"
"Aku ingin membahas sekolah dengan mereka"
"Aku ikut kalau begitu, aku akan pulang kalau kau juga ikut pulang"
"Kau mau tidur dimana? Aku cuma punya satu kamar saja soon"
"Tidur dengan mu lah"
"Tidak mau!"
"Aku tak akan macam-macam paling cuma..."
"Cuma apa bodoh!"
"Hais...kau suka sekali mengatai atasan mu ji"
"Jawab saja cuma apa, kau minta ku buang di sungai Han ya?"
"Cuma peluk ji..."
"Peluk guling saja sana!"Bisakah soonyoung berhenti membuat jantung jihoon berdetak tak normal ditambah lagi wajahnya pasti merah ketika mendengar apa yang diminta soonyoung, itu baru minta peluk loh ji belum kalau minta yang lain kau jadi seperti apa coba...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
Hayran Kurgu"haiss...kenapa juga harus manusia menyebalkan itu yang harus menemukan bayi mungil selucu ini...aigoo kenapa kau menggemaskan sekali"