6

1.4K 188 1
                                    

Langkah kaki jihoon berjalan dengan santai memasuki gedung kantor dengan Jiyoung dalam gendongannya, hari ini Jiyoung memiliki jadwal imunisasi di rumah sakit dan sedikit hal yang membuat jihoon nampak sedikit pucat hari ini.

Belakangan ini banyak gosip yang beredar diantara karyawan mengenai jihoon yang tidak-tidak jihoon sudah masa bodoh dengan cemoohan orang-orang yang iri dengannya bahkan sudah kebal dari hal yang seperti itu.

"Ya sekertaris Lee kenapa kau selalu membawa bayi haram mu ke kantor? Kau ingin menggoda Presdir Kwon dengan bayi itu"ujar salah satu karyawan Kim Yuri

Jihoon mana peduli dengan wanita yang memang sejak lama menginginkan posisi sekertaris soonyoung bahkan mungkin rela menjadi simpanan para pria kaya kurang belaian.

"Bisakah kau diam...mendengar suara nafas mu ingin sekali ku lempar dengan vas bunga yang ada di belakang mu"celetuk jihoon
"Wah Kim Yuri salah cari lawan...selamat siang sekertaris Lee, aigoo lucunya"ujar rose park salah satu teman seungkwan akun gosip terpercaya di kantor
"Selamat siang nona park"sahut jihoon
"Kau habis dari rumah sakit ji?"tanya wonwoo di samping rose
"Heum jadwal Jiyoung imunisasi..."sahut jihoon
"Dasar jalang murahan"celetuk Yuri
"Kalau aku kau sebut jalang murahan kau harus ku sebut apa? Pelacur, kupu-kupu malam, gisaeng, perempuan nakal...ah tidak mereka mempunyai arti yang sama dan itu cocok untuk mu"celetuk jihoon membuat satu lobi terdiam

Suara tepuk tangan rose dan wonwoo terdengar begitu keras mereka tahu jika jihoon itu galak dan pemarah tapi baru kali ini mereka melihat jihoon mengeluarkan kata-kata mutiara yang sungguh mustahil keluar dari mulut jihoon untuk orang lain.

"Kau ular kenapa masih disini? Pergi sana"usir wonwoo

Yuri pergi meninggalkan lobi untuk kembali ke devisinya sedangkan wonwoo dan rose membawa jihoon dan Jiyoung untuk duduk terlebih lagi melihat jihoon yang pucat hari ini.

"Kau sudah makan ji?"tanya rose
"Aku sudah makan tadi didekat rumah sakit"sahut jihoon
"Makan apa?"tanya wonwoo
"Mie pedas"sahut jihoon
"Ji berhentilah makan mie pedas tak baik untuk lambung"omel wonwoo
"Hehehe...sudah ya aku harus naik dan melapor pada Presdir Kwon"ujar jihoon
"Ingin di antar tidak?"tawar rose yang khawatir melihat wajah jihoon yang semakin pucat
"Tidak perlu"

Jihoon membawa semua barang bawaannya ke lantai atas karena pasti soonyoung juga tengah makan siang di ruangannya karena jihoon hafal manusia sipit itu tak akan keluar kantor kalau tak ada acara penting.

Pintu ruangan soonyoung terbuka dan benar soonyoung tengah makan siang di temani oleh Chan yang juga makan siang.

"Imunisasi Jiyoung sudah selesai mulai besok tinggal ikuti jadwal saja"ujar jihoon lemas
"Hyung...kau tak apa?"tanya Chan menghampiri jihoon
"Aku tak apa"lirih jihoon

Soonyoung mengambil alih Jiyoung dari dekapan jihoon karena sungguh jihoon seperti bukan manusia hidup sekarang.

"Ji...ke rumah sakit saja lagi ya? Kau perlu di periksa dokter"ujar soonyoung
"Jangan...aku tak apa-apa, hanya kelelahan saja"sahut jihoon
"Tak apa-apa bagaimana? Aku tahu kau bodoh tapi tak ku sangka kau akan sebodoh ini...kita ke rumah sakit"
"Jangan...jisung masih di rumah sakit, pulang saja...ku-mohon"

Setelah itu kesadaran jihoon hilang dan membuat dua orang yang ada disana panik sendiri, Chan langsung memberikan Jiyoung pada Chan dan menggendong jihoon.

"Kita pulang tolong telfon dokter pribadi ku Chan"perintah soonyoung
"Baik Hyung"sahut Chan

Mereka bergegas menuju mobil untuk membawa jihoon pulang, banyak karyawan yang melihat soonyoung menggendong jihoon yang tak sadarkan diri bahkan dapat melihat wajah panik soonyoung.

Wonwoo dan rose yang baru tiba dilobi juga terkejut ketika melihat jihoon sudah tak sadarkan diri dengan wajah pucat padahal baru beberapa menit yang lalu mereka masih mendengar jihoon memaki Yuri.
.
.
.
Kedua mata cantik itu terbuka dan memandangi sekitarnya, jihoon tahu ini kamarnya di rumah soonyoung sampai pandangan jihoon menatap kantung infus tak jauh menggantung darinya

Jihoon terdiam sejenak sudah berapa lama ia tak sadar terakhir ia sedang membawa Jiyoung ke ruangan soonyoung.

"Jiyoung-ie"lirih jihoon

Pintu kamar terbuka di ikuti dengan masuknya soonyoung dengan Jiyoung di gendongannya, jihoon menatap baju soonyoung yang hanya kaus putih dan celana pendek yang menandakan soonyoung sedang santai.

"Kau sudah bangun?"ujar soonyoung
"Aku tahu Presdir sipit tapi tak ku sangka juga buta"ujar jihoon mencoba untuk duduk
"Heh! Mulut mu itu memang minta di cium dengan sandal ya? Sedang sakit saja masih suka mengatai orang"
"Mata saya sudah terbuka Presdir, jadi saya sudah sadar"
"Soonyoung ji...kita tak lagi di kantor"
"Terserah saya dong mau panggil apa"
"Hah...ji dokter Shin bilang kau harus periksa di rumah sakit"
"Aku sudah periksa saat bersama Jiyoung imunisasi dan aku cuma kelelahan"
"Berikan rekap medis mu pada ku kalau begitu"
"Aku hanya kelelahan soon tidak usah berlebihan seperti itu"
"Untuk dua hari ke depan diam di rumah saja tidak usah berkerja"
"Hih mana ada...kalau aku libur bagaimana aku membayar biaya pengobatan jisung"
"Memangnya belum lunas pembayarannya?"
"Sudah sih..."
"Pemeriksan jisung bagaimana?"
"Baik...hanya saja dokter menyarankan untuk mengobati trauma jisung"
"Trauma?"
"Heum...kata Felix jisung sempat berteriak ketukan saat bangun dan setelah aku menanyakan keadaan jisung ternyata bukan kekerasan fisik saja yang jisung alami tapi...ah aku tak sanggup untuk bercerita"
"Itu gampang yang penting kau dua hari ke depan libur dulu"
"Tidak mau besok aku berangkat"
"Menurut atau ku pecat kau"
"Berikan Jiyoung pada ku...kau dengar jiyoung-ie, appa mu sungguh menyebalkan"
"Salah sendiri keras kepala"
"Kepala kan memang keras soon kalau lembek bukan kepala namanya tapi kelepon"
"Terserah ji"

Soonyoung sekarang diam dan memandangi jihoon yang tengah bermain dengan jiyoung dengan senangnya padahal salah satu punggung tangannya masih tertancap jarum infus.

"Kau sayang sekali dengan Jiyoung ji?"tanya soonyoung
"Tentu saja...mana bisa aku tak sayang dengan bayi lucu seperti Jiyoung"sahut jihoon sebari menciumi pipi gembok jiyoung
"Ji biar Jiyoung memanggil mu eomma boleh?"
"Tentu saja...tapi kenapa meminta seperti itu?"
"Aku ingin Jiyoung merasakan kasih sayang lengkap dua orang tua ji"
"Kau tak ada maksud lain kan?"
"Maksud mu?"
"Ah sudahlah...malam ini tak apa kan kalau Jiyoung tidur dengan eomma dengan sedikit tak nyaman? Eomma janji besok setiker menyebalkan yang menempel di tangan eomma akan dilepas...maaf ya jiuoung-ie"

Soonyoung hanya terkekeh melihat jihoon yang mengibaratkan infus sama dengan Jiyoung, andai masa lalunya berhasil mungkin ia dan orang yang pernah berharga dalam hidupnya sudah memiliki satu putra.

Tapi bolehkah soonyoung sedikit bersyukur atas nasibnya karena jika itu terjadi ia tak mungkin menemukan Jiyoung dan melihat bayi mungil itu tertawa seperti saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang