Bagian 34

23 9 0
                                    

"Bocah bawel, bangun woi. Lu nggak sayang gue ya, kok lu nggak mau ngobrol sama gue sih. Gue pengen lihat usilnya lu, pengen lihat lu bertingkah seperti anak kecil."

~ Salsa julid


Aku ingin melihat dunia, aku ingin melihat mentari pagi, teriknya matahari ketika di siang hari, air hujan yang turun dari langit. Aku ingin melihat senja, pelangi, bintang-bintang yang indah bertaburan di langit malam.

Aku ingin melangkahkan kakiku ke mana pun aku mau, aku ingin membaca buku di perpustakaan lagi. Aku ingin berdebat dengan Rangga, usil kepada Salsa dan Carla. Aku ingin mengganggu ketenangan Danu, aku ingin menjahili bang Didit.

Aku ingin melakukan semuanya lagi, kapan aku akan terbangun dari tidurku. Tuhan, hamba mohon beri satu kesempatan lagi kepada hamba untuk hidup. Hamba belum memberikan kejutan yang sudah Hamba siapkan selama bertahun-tahun kepada kedua orang tua Hamba.

Aku sangat ingin memberikannya, karena moment tersebut telah aku tunggu selama bertahun-tahun, aku ingin memperlihatkan karyaku yang selama ini kusembunyikan dari keluargaku.

~~~

Danu berjalan mengitari koridor rumah sakit dengan membawa makanan di tangan kanannya. Seperti biasa, dia selalu menjadi pusat perhatian para manusia yang ada di rumah sakit tersebut. Hanya karena gayanya yang cool dapat menarik perhatian semua orang, Danu sedikit bingung menurutnya dia anak yang biasa saja, tidak ada yang perlu diperhatikan dari dirinya.

Sesampainya di depan pintu ruangan, Danu tidak sengaja mendengar suara seseorang yang sedang menerima telpon di dekat ruangannya Dina. Karena penasaran Danu sedikit mendekat, namun perlahan-lahan karena dia tidak ingin ketahuan si empunya. Terlihat sosok pria memakai jaket kulit berwarna hitam berbicara dengan seseorang yang berada di sebrang telpon.

Danu mendengarkan sedikit percakapan pria tersebut, dia curiga siapa sosok pria tersebut. Danu tidak sengaja mendengar nama Dina disebut oleh pria tersebut. Siapa dia, apakah masih memiliki sebuah hubungan dengan Dina. Danu menggelengkan kepalanya mencoba untuk menepis pikiran tersebut, dia mencoba positif thinking mungkin yang dimaksud pria tersebut Dina yang lain, bukan Dina wanita bawel miliknya.

Danu kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah masuk ke ruangannya Dina. Terlihat adik perempuannya Danu masih berbincang-bincang dengan Dina yang tak kunjung menjawab semua celotehannya. Jika saja Dina sudah terbangun, Danu sangat yakin dia akan ikut berceloteh dengannya.

Mengingat Dina anak yang bawel, aktif, usil. Danu yakin banyak yang merasakan sepi ketika Dina tidak hadir di dalam kehidupan siapa pun yang mengenal Dina. Danu juga yakin, teman-teman sekelasnya sekarang sedang merindukan sosok Dina meskipun baru tiga hari dia tidak masuk sekolah.

Danu duduk di karpet dan mulai menyantap makanannya, mama dan papanya menatapnya sendu, mereka terharu dengan perhatian anak mereka terhadap Dina. Baru pertama kalinya mereka melihat Danu begitu tulus menjaga seorang perempuan, mereka tidak menyangka ada wanita yang dapat meluluhkan hati anak laki-lakinya tersebut.

Mama dan papa Danu selama ini hanya tahu bahwa dia anak yang kaku, dingin, sangat sulit baginya untuk bersikap manis, romantis dan hangat seperti apa yang Danu lakukan terhadap Dina. Dina wanita satu-satunya yang mampu membuat Danu membuka hatinya, Dina wanita satu-satunya yang mampu masuk ke dalam hati seorang Danu.

Setelah menatap Danu, mama dan papanya Danu beralih memandang ke arah Dina, sampai kapan Dina terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Mereka sangat berharap Dina bangun sekarang juga, mereka berharap Dina cepat siuman dari tidurnya.

~~~

Hari sudah mulai siang, Dini dan kedua adiknya datang ke rumah sakit untuk mengambil bagiannya menjaga Dina, bersamaan dengan itu dokter Kevin masuk ke ruangannya Dina untuk memeriksa kembali bagaimana keadaannya sekarang. Danu, Alexa dan kedua orang tuanya menunggu di luar ruangan.

Sesampainya di depan ruangan, Dini melihat keluarga Danu yang berada di luar seperti sedang memikirkan sesuatu. Dini melangkahkan kakinya menghampiri keluarga tersebut. Dia berniat menanyakan apa yang sedang terjadi, mengapa mereka berada di luar dan mengapa mereka terlihat begitu khawatir.

"Assalamualaikum, om, tante," salam Dini.

"Waalaikumsalam, Dini,"

"Ada apa ya Tan? Kenapa kalian terlihat begitu khawatir, dan kenapa kalian berada di luar?" tanya Dini berusaha untuk tetap tenang.

"Di dalam, dokter Kevin sedang memeriksa keadaan Dina. Kita khawatir saja dengan hasil pemeriksaannya," jawab mamanya Danu.

"Semoga Dina membaik," Dini menundukkan kepalanya.

"Aamiin." ucap Danu, Alexa, Nadine, Adika, dan kedua orang tuanya Danu bersamaan.

Dini tahu, jika Dina terbangun esok, lusa, atau nanti pun. Tidak akan menghilangkan rasa sesak di dada, rasa sedih, rasa rindu, rasa khawatir yang bercampur menjadi satu bagi mereka.

Dokter Kevin keluar dari ruangannya Dina, beliau mencari kedua orang tuanya Dina, karena ayah dan ibunya sedang tidak berada di rumah sakit sekarang. Maka Dini lah yang menjadi pengganti kedua orang tuanya, Dini berjalan mengikuti dokter Kevin ke ruangannya.

Danu melangkah masuk ke dalam ruangannya Dina, diikuti oleh mamanya, papanya, Alexa, Adika dan Nadine di belakang. Mereka berdiri di ranjang rumah sakit memandang Dina yang terbaring lemah di sana. Danu masih berharap Dina bangun sekarang juga.

Dering telpon berbunyi, Danu mengangkat telpon tersebut. Rangga menelponnya karena Danu tidak kunjung membalas pesan dari Rangga. Rangga ingin mengajak Danu dan yang lainnya latihan koreo lagi di rumahnya. Dengan berat hati, Danu berpamitan kepada Adika dan Nadine.

"Dek, abang pulang dulu ya mau latihan koreo, jaga Kakaknya. Nanti malam abang ke sini lagi," Danu mengelus kepala Adika dan Nadine bergantian.

"Alexa baik-baik ya di sini, titip Kak Dina," Danu beralih mengelus lembut puncak kepala Alexa dan tersenyum ke arahnya.

Alexa menganggukkan kepalanya sebagai pertanda iya, Alexa kemudian menatap Dina nanar. Adika dan Nadine juga ikut memandang Dina dengan tatapan sendunya, mereka tidak ingin kehilangan kakaknya yang bawel, usil, jahil, polos dan baik itu. Mama dan papanya Danu memandang ke arah mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

~~~

Danu menaiki mobilnya, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Dia sedikit tidak bersemangat kali ini, mengingat Dina yang masih tertidur pulas di gedung berwarna putih tersebut, Dina yang masih tertidur pulas di salah satu ruangannya dan di atas ranjang rumah sakit.

Di perjalanan pulang, dia melihat batagor kang Dadang, batagornya yang sangat enak membuat dagangannya begitu ramai. Danu menepikan mobilnya, dia berniat untuk membeli beberapa bungkus batagor, batagor kang Dadang merupakan batagor favoritnya Dina.

Dina sangat menyukai batagor tersebut, sering kali Danu melihat Dina selalu mampir ke sana untuk membeli batagor tersebut. Danu akui batagor kang Dadang memang sangat enak dan lezat untuk dinikmati.

Hai teman-teman.

Maaf ya kalo ceritanya makin lama makin bosan, tapi aku harap ceritaku nggak bikin kalian bosan untuk membacanya ya. Komennya ya, aku mau tahu kalo ceritaku ngebosenin apa nggak

Salam manis dari aku
Terima kasih
Ily 10.000

About Together (End dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang