Bagian 26

24 10 0
                                    


"Gue jengah ketika cabe sekolah sudah berulah"

~Dina anti cabe-cabean club

Dina berjalan memasukki gerbang sekolah, ketika sudah berada di koridor dia bertemu dengan Danu. Seperti biasa mereka sering datang ke sekolah serempak, Dina langsung berjalan ke samping Danu.

"Pagi Danu," sapa Dina.

"Pagi Dina," Danu balik menyapanya.

Ketika Dina dan Danu sedang berjalan menuju ke kelas, Alia dkk datang menghampiri Dina dan Danu. Alia mulai berulah, ia menggoda Danu yang sedang bersama Dina.

"Ih jijik, cabe mulai berulah," ucap Dina sambil menatap ke arah lain.

"Apa lu bilang barusan?" geram Alia.

"Lu punya telinga kan, pasti bisa dengar," ucap Dina sambil memainkan kukunya.

"Perasaan gue nggak enak nih." batin Danu.

Dari kejauhan Rangga, Aciel, Carla dan Salsa yang kebetulan sedang berada di luar kelas melihat kejadian tersebut.

"Keknya bakal ada perang nih," ucap Aciel.

"Iya," balas Rangga.

Mereka memutuskan untuk menghampiri Dina, Danu dan Alia dkk.

"Lu kali yang cabe, kerjaannya ngedeketin Danu terus," amarah Alia mulai memuncak.

"Lu yang cabe, tuh lihat pake gandeng-gandeng Danu segala, miris," ucap Dina lagi.

"Kalo iri bilang, lu iri kan nggak bisa gandeng tangan Danu," Dina tertawa mendengar ucapan Alia.

"Kenapa lu ketawa, ada yang lucu?"

"Hah, iri? Lu bilang gue iri? Hahaha, gue mikir juga kali si Danu risih apa kagak main gandeng-gandeng aja kek lu, otak gue dipake, nggak kek lu punya otak nggak dipake,"

"Danu kok lu mau sih deketin cewek cabe kek Dina, mending sama gue aja," rengek Alia, sedangkan Dina hanya memutar bola matanya jengah sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Dih najis, mendingan gue sama Dina," ucap Danu.

"Noh dengar sendiri, Danu bilang apa makanya ngaca cabe teriak cabe. Si irit ngomong rela ngeluarin kata-kata panjang demi belain gue, lagian kenapa sih lu deketin Danu? Lu suka sama Danu?"

"Iya emang kenapa? Emang lu siapanya Danu, berani ngelarang gue ngedeketin Danu hah," celetuk Alia.

Dina terdiam, dia berpikir kenapa dia ngelarang Alia mendekati Danu. Padahal Dina bukan siapa-siapanya Danu, salah ini salah tidak seharusnya Dina seperti ini. Apa yang terjadi sama Dina, apakah Dina cemburu. Tidak, Dina membuang pikiran tersebut, dia hanya muak melihat kelakuan Alia bukan cemburu. Dina mencoba menepis pikirannya itu.

Melihat Dina yang terdiam mendengar perkataan Alia barusan, semua siswa-siswi yang melihat kejadian tersebut menatap ke arah Dina, seperti menunggu jawabannya karena mereka juga penasaran Dina dan Danu mempunyai hubungan apa.

Sedangkan teman-teman Dina ikut terdiam, mereka tahu apa yang sedang Dina pikirkan sekarang.

"Kenapa diam? Nggak bisa jawab?" bentak Alia.

Dina kaget mendengar bentakan dari Alia tersebut. Danu yang melihat hal tersebut merasa tidak terima ketika Dina dibentak Alia, memutuskan untuk melerai pertikaian ini.

"Lepasin tangan gue, Dina pacar gue."
ucap Danu sembari menepis tangan Alia kemudian menarik tangan Dina kembali berjalan untuk masuk ke kelas.

Alia dkk dan siswa-siswi yang mendengar perkataan Danu hanya diam melihat kepergian Dina dan Danu. Dina sangat terkejut mendengar perkataan Danu barusan, apa yang Danu lakukan tidak seharusnya Danu membohongi semua orang yang ada di sana termasuk teman-temannya.

Setelah sampai di kelas, Dina mulai menanyakannya kepada Danu.

"Kenapa Danu berbohong?" tanya Dina.

"Mulai sekarang lu pacar gue," ucap Danu sepihak.

"T-t-tapi, Danu," ucap Dina terbata-bata.

"Gue tidak menerima penolakan apapun." tegas Danu.

Danu berjalan duduk ke bangkunya, sedangkan Dina masih terdiam mencoba menetralkan semua perasaan yang ia rasakan. Dina mulai merasakan sakit di kepalanya, namun ia mencoba untuk menahannya. Dina berjalan lalu duduk ke bangkunya, tidak lama kemudian Aciel, Rangga, Carla dan Salsa masuk ke kelas.

Mereka tidak menyangka dengan perkataan yang dilontarkan sosok Aldebaran Danu Ardiaz. Mereka semakin tidak mengerti ada apa dengan Dina dan Danu. Kenapa mereka tidak tahu bahwa selama ini Dina dan Danu berpacaran.

"Woi gilaa, Danu gue nggak salah dengar kan apa yang lu bilang tadi? Lu pacaran sama Dina, sejak kapan? Kenapa nggak bilang ke kita....." teriak Rangga.

"Bisa kecilin volume suaranya nggak? Lihat sekeliling lu," Aciel membekap mulut Rangga sebelum Rangga melanjutkan perkataannya.

"Hehe maaf guyss," cengir Rangga setelah melihat ke anak kelasnya.

"Beneran lu pacaran sama Dina, sejak kapan?" tanya Aciel.

"Sejak tadi," ucap Danu santai.

"Kok bisa, lu suka sama Dina?" tanya Aciel lagi.

"Banyak nanya kalian ya, udah kek wartawan aja," sambar Dina.

"Yeee, kita kan kepo Din. Emang lu nggak kepo apa? Sejak kapan Danu suka lu," sahut Rangga.

"Kepo sih, tapi udahlah," Dina menghadap ke depan.

Ketika Rangga dan Aciel masih bertanya-tanya kepada Danu, berbeda dengan Carla dan Salsa. Mereka hanya mengeluarkan satu kalimat andalan mereka berdua.

"Lu hutang cerita sama kita." begitulah kata-kata andalan mereka yang keluar dari mulut manis Carla dan Salsa.

Bel tanda pelajaran pertama pun berdering, tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya masuk dengan buku di tangannya. Ketika guru sedang menjelaskan, Dina semakin merasakan sakit di kepala, dia tidak tahu harus apa sekarang. Dia sudah tidak bisa menahan sakit di kepalanya itu, tanpa sengaja Dina meneteskan air matanya.

Dari sisi lain Danu melihat Dina yang meneteskan air matanya, dia mulai memikirkan Dina, apa yang sebenarnya Dina sembunyikan pertanyaan itulah yang selalu muncul dibenaknya.

Dina mencoba menyeka air matanya berkali-kali, dia tidak ingin siapapun melihat dia menangis seperti ini. Dina hanya ingin memperlihatkan senyumannya, tawanya, kebahagiaannya kepada semua orang bahkan kepada keluarganya sekalipun.

"Din, lu nangis?" tanya Carla yang berada di samping Dina.

"Nggak kok, ini kelilipan tadi ada serangga kecil masuk mata," bohong Dina.

"Beneran?"

"Iya Car," Dina berusaha tersenyum ke arah Carla, agar Carla tidak curiga.

Danu yang melihat dan mendengarkan percakapan tersebut hanya bisa diam sambil berpikir jika Dina sedang menyembunyikan sesuatu kepadanya dan teman-temannya.

"Gue akan mencari tahu semuanya." batin Danu.

Danu hanya merasa Dina sedang menyembunyikan sesuatu, karena melihat gerak-gerik Dina berbeda dari biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi kepada Dina?.

"Hampir saja." batin Dina.

Dina terus berusaha untuk tidak menangis, dia kembali mencoba fokus dengan penjelasan yang diberikan guru di depan. Sakit, itulah yang dia rasakan sekarang namun dia harus tetap bertahan, dan harus tetap kuat untuk melawan semua rasa sakit yang dia alami. Dina berpikir dia akan memberitahu semua kepada teman-temannya nanti di waktu yang tepat tentunya.

Author up lagi, tetap semangat ya, semoga kalian suka dengan cerita author setiaup bagiannya.

Terima kasih
Ily 10.000

About Together (End dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang