Bagian 55

13 3 0
                                    

"Orang yang tidak pernah marah, bukan berarti tidak bisa marah."

~Dina


"A-a-arvin," ucapnya terbata-bata.

"Arvin orangnya gimana?" kali ini Dina bertanya kepada siswa yang berdiri di sebelah siswi tersebut.

"Humble, ramah ke semua orang,"

"Pintar, lalu Arvin lahir dari keluarga yang bagaimana?" Dina kembali menunjuk siswi yang dia tanya tadi.

"Keluarga yang kaya dan serba mewah,"

"Bagus, sekarang gue mau tanya sama lu," Dina menunjuk siswi yang berdiri di belakang siswi tersebut.

"Sekarang Arvin menyaksikan pertengkaran ini, apa yang dia lakukan?"

"Di-dia tidak peduli, sibuk main hp,"

"Jadi, kesimpulannya. Jika gue sama dia ada hubungan spesial, gue yakin dia pasti sudah melerai pertikaian ini dari awal, dan dia tidak akan terima ketika Alia dkk nuduh gue simpanan om-om," siswa-siswi yang berada di sana mendengarkan penjelasan Dina dengan baik.

"Dan sekarang coba lu tanya ke Danu, apakah dia terima atau tidak mendengar semua kata-kata Alia dkk!" Dina menunjuk siswa berkacamata yang berdiri tidak jauh dari Danu.

Siswa tersebut diam, tidak berkutik sama sekali. Dia terlalu takut untuk bertanya kepada Danu.

"Tanya!!" bentak Dina.

"D-danu, terima atau tidak setelah mendengar perkataan Alia dkk?"

"Nggak, sama sekali tidak terima. Tadinya gue mau bogem tapi ingat dia cewek," jelas Danu.

"Kalian dengar sendiri kan? Bahkan Danu saja tidak berpikir negatif tentang foto tersebut."

Mereka benar-benar dibuat mati kutu oleh semua perkataan Dina, mereka mulai berpikir apa yang dikatakan Dina itu benar, jika Dina memang benar-benar mempunyai hubungan spesial dengan Arvin sudah pasti Arvin bertindak atas semua berita hoax itu.

Dina tersenyum puas melihat ekspresi siswa-siswi tersebut yang mulai berubah tidak seperti tadi ketika dia baru datang ke sekolah.

"Dan lu, Alia. Gue bukan wanita murahan yang diam-diam menjadi simpanan om-om tanpa sepengetahuan sahabat-sahabatnya. Gue bukan wanita yang keganjenan dengan laki-laki lain apalagi dengan pacar orang, gue bukan wanita yang suka caper ke semua cowok," tegas Dina.

"Maksud lu apa ngomong gitu?" Alia mendorong Dina hingga dia terjatuh.

Carla dan Salsa berniat membantu Dina untuk berdiri, namun Dina menolaknya dan mengisyaratkan jika dia bisa berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun. Alia berhasil memancing emosi Dina, Dina sudah mencoba menahan amarahnya namun dia tidak bisa mengontrol emosi nya sekarang.

Danu yang melihat perilaku Alia semakin dibuat gedek, ingin rasanya dia memukul wanita itu akan tetapi dia selalu ingat kodratnya laki-laki bukan dengan kekerasan ketika menghadapi seorang wanita seperti Alia dkk.

"Kok lu marah? Lu ngerasa? Gue cuma melanjutkan apa yang lu katakan kepada sahabat gue tadi tentang gue, sekarang kenapa lu main fisik ke gue? Lu tersinggung dengan perkataan gue?" bentak Dina.

"Oh atau jangan-jangan lu-" ucap Dina menggantung.

Plakk

Satu tamparan berhasil mendarat ke pipi kanan Dina, Dina benar-benar tidak menyangka Alia melakukan hal tersebut kepadanya padahal Dina tidak menyebut namanya ketika Dina mengatakan semua hal tersebut.

Tidak hanya emosi Dina yang terpancing saat ini, emosi Carla dan juga Salsa ikut terpancing dengan apa yang Alia lakukan barusan.

Plakk

Salsa membalas tamparan yang diberikan Alia kepada Dina. Dia benar-benar murka, semua siswa-siswi kaget melihat kejadian tersebut. Dina ikut kaget dengan apa yang dilakukan Salsa kepada Alia, Dina merasa bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka, meskipun semua percaya dengan foto tersebut tapi mereka tidak percaya begitu saja bahkan rela membela Dina di depan umum.

"Berani-beraninya lu nampar sahabat gue, orang tuanya saja tidak pernah menampar dia, gue yakin jika orang tua Dina tahu tentang kejadian ini lu bakal dalam bahaya," amarah Salsa.

"Lihat saja, dalam dua hari ke depan lu bakal dikeluarin dari sekolah ini, gue yakin hal itu akan terjadi." ucap Carla.

Dina teringat akan perkataan Boy, jika Alia melakukan kontak fisik secara langsung lagi, dia akan melaporkan semua perlakuan Alia kepada ayahnya. Dina melirik ke arah Boy, Boy juga melirik ke arah Dina dengan senyuman puasnya.

Dina tahu apa yang ada di dalam pikiran Boy sekarang setelah melihat senyumannya, Dina hafal dengan senyuman itu. Senyuman yang ditunjukkan Boy kepada dirinya, dia sangat hafal dan dia tahu apa yang akan dilakukan Boy selanjutnya.

"Mampus, Alia dkk benar-benar dalam keadaan bahaya." gumam Dina yang bisa didengar oleh Danu dkk.

Selamat menikmati hukuman selanjutnya Alia dkk, Dina sudah tidak bisa menahan Boy untuk tidak melaporkan semuanya kepada orang tuanya, tanpa Dina ketahui sebenarnya Danu dkk, ayahnya, papanya, abangnya sudah mengetahui semua tentang kejadian bullying yang dia alami di toilet waktu itu.

Mereka sudah mendapatkan semua buktinya, akan tetapi ayahnya Dina tidak bertindak lanjut karena Boy melarangnya, Boy memberitahu permintaan Dina waktu itu sehingga mereka tidak menindak lanjut kejadian tersebut.

Keadaan semakin dibuat panas dan mencekam, Dina berharap bel tanda masuk berbunyi sekarang untuk menyelamatkan situasi seperti ini. Dina heran kenapa dia merasa jam berjalan begitu lambat, bel tanda masuk pelajaran pertama tidak kunjung berdering.

"Ingat kata-kata gue, lu dan teman-teman lu ini akan dikeluarkan dari sekolah dua hari ke depan, atau mungkin besok juga udah dikeluarkan." ucap Carla sekali lagi.

Setelah Carla mengatakan hal tersebut, bel tanda masuk pelajaran pertama pun berbunyi. Dina merasa lega, dan semua siswa-siswi mulai berhamburan masuk ke dalam kelas.

~~~

Dua jam berlalu, waktunya jam pelajaran selanjutnya dimulai. Guru yang mengajar sudah masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran, beberapa detik kemudian seorang laki-laki datang ke kelas Dina. Dia berbicara kepada guru yang sedang menjelaskan di depan.

"Dina, dipanggil kepala sekolah ke ruang BK." ucap guru tersebut.

Dina menoleh ke arah teman-temannya secara bergantian, sedangkan mereka tersenyum ke arah Dina dan menganggukkan kepalanya. Dina beranjak dari bangkunya dan izin keluar kepada guru tersebut yang dibalas dengan anggukan kepala dan senyuman ramahnya. Baru saja Dina melangkahkan kakinya keluar kelas, seorang perempuan datang. Dia diperintahkan kepala sekolah untuk memanggil kedua sahabat Dina yaitu, Carla dan Salsa.

Dina, Salsa, Carla, bersama kedua orang yang diperintahkan kepala sekolah berjalan menuju ke ruang BK. Terlihat  di dalam ruang BK sudah ada kepala sekolah beserta Alia dkk. Dina bisa menebak sekarang, mengapa dia dipanggil ke ruang BK.

"Assalamualaikum, Pak," salam Dina dkk.

"Waalaikumsalam, masuk." Dina dan kedua sahabatnya berjalan menghampiri kepala sekolah.

Hening, itulah keadaan yang sekarang. Tidak ada yang bersuara, Dina dkk dengan posisi berdiri dan kepala menunduk, Alia dkk juga dengan posisi berdiri di sisi lain, sedangkan kepala sekolah dengan posisi duduk di kursinya dan melihat ke arah Dina dkk dan Alia dkk secara bergantian.

Hai, assalammualaikum.
Asyik, sudah mencapai bagian 55 nih.
Bagian-bagian selanjutnya akan ada rahasia yang terkuak, puncaknya segala permasalahan dan sebagainya.

Selamat membaca
Terima kasih
Ily 10.000

About Together (End dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang