Bagian 18

35 17 3
                                    

"Hmm, pasti mereka belum pada shalat nih." batin Dina

Dina beranjak dari tempat tidurnya dengan perlahan-lahan agar akak dan kedua adiknya tidak terbangun dari tidur mereka. Dina berjalan untuk mengambil air wudhu terlebih dahulu sebelum akhirnya ia shalat, setelah selesai shalat ia melihat ke arah kelima saudaranya yang masih terlelap itu, ketika ia sedang menatap ke arah mereka beberapa detik kemudian terlintas ide iseng di otaknya Dina. Otaknya memang tidak absen dengan yang namanya ngisengin orang, selalu ada aja ide jahilnya tanpa di minta sama sekali.

Ia segera berjalan menuju ke dapur untuk mengambil sebuah panci keci stainlessl dan spatula stainless. Kemudian dengan tersenyum jahil ia berjalan kembali masuk ke dalam kamarnya dengan sedikit berlari.

Ting,,ting,,ting

"Bangun oy, bangun ada  kerabakan ada kerabakan tolonggg," teriak Dina sambil memukul-mukul panci kecil tersebut dengan sangat keras menggunakan spatulanya.

"Eh salah maksudnya kebakaran, bangun-bangun cepetan bangun." heboh Dina.

Kelima saudaranya terbangun dari tidurnya karena kaget mendengar teriakan Dina dan dengan reflek mereka berlarian keluar kamar dengan ekspresi yang panik.
Mereka berlarian kesana kemari panik, lalu mereka berlari keluar rumah dengan ekspresi yang semakin panik, setelah sedikit tenang mereka mencari dimanakah beradanya api tersebut.

"Kebakarannya dimana?" tanya Didit bingung setelah melihat tidak ada api sama sekali dirumahnya itu.

Sedangkan Dina, ia sudah tertawa terbahak-bahak di dalam rumah melihat kelima sudaranya yang sedang kepanikan tersebut. Dina semakin tertawa lepas ketika melihat kelima saudaranya masuk ke dalam rumah seperti orang linglung.

"Kebakarannya dimana dek?" tanya Didit lagi.

"Iya kebakarannya dimana kak?" tanya Adika.

"Disini." Dina menunjuk ke dadanya sambil tertawa.

Setelah sadar bahwa mereka telah di kerjain Dina, dengan sangat-sangat kesal mereka menatap ke arah Dina seperti singa yang melihat mangsanya untuk bersiap menerkam. Namun, Dina tidak memperdulikan tatapan mereka yang seperti ingin menerkam itu justru tawanya semakin menjadi, sungguh menyenangkan sekali menjahili saudara-saudaranya itu bagi dirinya.

"Dina,"

"Kak Dina," teriak kelima saudaranya kompak.

Setelah itu mereka berlima mengejar Dina, alhasil terjadilah kejar-kejaran di antara mereka berenam seperti tom and jerry. Dina selalu berhasil lolos dari tangkapan dari kelima saudaranya hingga akhirnya ia memilih untuk berlari masuk ke dalam kamarnya, setelah ia berhasil masuk kamar dengan segera Dina mengunci pintu kamarnya itu.

Brak,,brak,,brak..

Bunyi pintu kamar di dobrak oleh kelima saudaranya, sudah seperti di film-film action menurut Dina.

"Dek, buka pintunya," teriak Novi dengan nafas yang terengah-engah.

"Males, shalat sana nanti waktunya habis loh guys," teriak Dina dari dalam kamar dengan nafas tidak teratur.

Dengan kompak kelima saudaranya melihat ke arah jam dinding, setelah itu mereka berjalan menuruni tangga memutuskan untuk shalat berjama'ah. Sementara Dina yang merasa tidak ada suara dari kelima saudaranya tersebut membuka pintu kamar dengan perlahan, lalu mengintip dari dalam kamarnya melihat ke arah kanan dan kiri untuk memastikan kelima saudaranya masih berada disana atau sudah pergi untuk shalat.

About Together (End dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang