Bagian 39

23 6 2
                                    

"Aku pikir tidak ada yang peduli kepadaku ketika aku pergi untuk selamanya. Namun, ternyata aku salah, banyak yang sedih ketika kutinggal pergi."

~Dina bersyukur

Eh, tapi bohong. Hayuk palpalepale

Masih panjang Weh ceritanya, masih ada part-part selanjutnya loh. Belum tamat><

"Assalamualaikum, teman-teman." ucap Dina sedikit lemah.

Semua yang ada di ruangan sontak kaget melihat Dina sudah membuka matanya, terlihat senyuman khasnya kembali muncul. Danu dkk menghapus air matanya ketika melihat Dina yang tersenyum kembali.

"Dina cobek, cie. Pada takut kehilangan Dina ya," goda Dina.

"Comeback, Dina. Bukan cobek," protes Rangga.

"Sengaja, katanya Rangga belum puas berdebat. Jadi Dina pelestarian aja kata-katanya," celoteh Dina.

"Pelesetin," ketus Rangga lagi.

"Jahat lu, Din. Gue kira lu beneran mati," celetuk Carla.

"Nggak, masih ada misi yang belum Dina selesaikan. Makanya nggak jadi mati," jelas Dina.

"Sok, yes," celetuk Danu.

"Hahaha, kalian lucu deh," Dina sedikit tertawa melihat ekspresi teman-temannya sekarang.

"Eh by the way, kapan lu siuman?" tanya Aciel.

"Malam tadi, kalian nggak ada yang di sini sih. Jadinya nggak tahu."

Seketika Danu dkk dan mamanya Danu melihat ke arah keluarganya Dina yang ekspresinya sudah berubah. Mereka tersenyum ke arah teman-temannya Dina, yang benar saja ternyata mereka sudah sekongkol. Benar-benar keluarga yang kompak, dan menjengkelkan pikir mereka.

Mereka juga tidak menyangka Dina bisa menahan diri untuk tidak bergerak dan bernapas, ketika Danu memeluknya tadi. Padahal di hidungnya sudah tidak ada bantuan selang oksigen, apalagi Dina punya penyakit asma. Akting keluarga santuy ini memang the best pikir mereka, tapi ini juga kelewatan karena telah memainkan nyawa. Bagaimana jika Dina beneran dijemput ketika dia berpura-pura meninggal.

Dina senang, karena rencana mereka berhasil. Namun, Dina juga sedikit bersedih, tidak tahu alasannya mengapa Dina sedikit meneteskan air matanya, sepertinya dia mengingat sesuatu atau menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa menangis, Din?" tanya Aciel yang menyadari hal itu.

"Dina sedih, karena nggak keramas rambut Dina rontok. Lihat nih." Dina menunjukkan rambut yang berada di tangannya.

"Ya sudah, nanti Dina keramas ya," ujar Aciel.

"Ayay kapten, dokter selang oksigennya mana?" tanya Dina.

"Tuh, di dekat kepala Dina," tunjuk dokter Kevin.

"Ngomong-ngomong nih, kok lu bisa tahan napas terus nggak gerak, Din? Lu kan punya penyakit asma, nggak kambuh kah?" tanya Rangga.

"Oh, kalo itu. Dina pake selang oksigen terlebih dahulu, ketika Danu dekat dengan ruangan Dina, oksigennya langsung Dina cabut deh hehe," cengir Dina.

"Niat banget ya,"

"Oh, iya dong."

Dina baru siuman, tapi sudah mengeluarkan celoteh-celotehnya. Teman-temannya, benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Dina. Baru saja bangun dari tidurnya, dia sudah usil kepada teman-temannya.

About Together (End dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang