Chapter 1《Surat?》

455 165 124
                                    


*HAPPY READING*

22:05
Acturas tersadar dari pingsannya, ia menyadari bahwa ia masih berada di jembatan layang. Ia melihat sekitar masih sepi tepat seperti sebelum ia dipukuli oleh orang. Acturas mencoba untuk berdiri dan melihat arloji ditangannya.

"Gila udah hampir satu jam gue di sini dan nggak ada orang yang bantuin gue. Parah."

Bersamaan dengan hembusan angin, sebuah motor mendekati posisi Acturas. Iya Hanif, dengan segeralah ia memberhentikan motornya dan menghampiri Acturas yang terlihat seperti orang yang sedang sakaratul maut.

"Woi Ras lo nggak papakan, nggak mati kan?" Tanya Hanif khawatir sambil membantunya untuk berdiri.
"Nggak papa kok Han gue sehat wal'afiat, udah liat wajah gue memar kayak gini masih aja nanya."
"Yaah santuy lah, gue kan cuma mastiin."
"Btw kok Lo tau kalau gue di sini?"
"Lah nih anak, udah tau Lo yang chat gue tadi masih aja nanya. Heran deh"
"Kapan? Bodo amatlah anterin gue pulang"
"Amnesia kali dia ye"

Setelah berdebat, akhirnya mereka meninggalkan tempat tersebut kemudian beranjak untuk pergi ke rumah Acturas yang tidak terlalu jauh dari jembatan layang tersebut.

***

Acturas dan Hanif sudah sampai ke rumah Acturas. Acturas yang masih susah untuk berjalan dibantu oleh Hanif hingga ke pintu rumahnya, setibanya di pintu

Tok...
Tok...
Tok...
"Kok nggak ada yang nyaut sih Ras, mama Lo nggak ada di rumah ya?"
"Lah Lo ngapain ngetok Bambang, noh di sana ada bel, Lo tinggal pencet aja napa."
"Yee ngegas aja hidup Lo"

Suara bel membuat Rayna yakni Mama Acturas membukakan pintu. Dan alangkah terkejutnya melihat wajah anaknya yang ganteng dipenuhi memar.

"OMG ACTURAS apa yang terjadi sama wajah kamuuu nak. Kamu berantem lagi ya?" ucap Rayna khawatir
"Iyah tuh Tan, Acturas mah gitu berantem aja kerjaannya"
"Udah berapa kali Mama bilang kalau hidup itu jangan cari musuh tapi cari teman. Gini kan jadinya"
"Iyah ma daripada mama ngomel lebih baik ngobatin lukaku sakit nih ma"
"Masuk dulu, Hanif kamu juga masuk dulu ya"
"Ooh nggak usah Tante Hanif mau pamit pulang dulu udah malam soalnya lain kali aja ya Tan"
" Iyah makasih ya udah nolongin anak tante""
"Sama-sama Tan aku pulang dulu ya"

Sementara Hanif pulang Acturas berjalan ke kamarnya di lantai dua yang dibantu oleh mamanya.

***

"Kamu istirahat aja dulu mama mau ambilin P3K jangan kemana-mana ya"

Acturas menganggukkan kepalanya kemudian berbaring di tempat tidurnya. Ketika ingin menutup mata, ia teringat akan kejadian tadi. Dengan segerala Ia mengambil handphonenya yang berada dalam saku jaket yang belum dilepaskannya. Bukan Handphone yang ia dapat melainkan sebuah pisau lipat dan secarik kertas.

"Pisau siapa nih? perasaan gue nggak bawa nih pisau deh kenapa bisa ada dalam saku jaket gue ya?. Dan gue nggak pernah punya pisau lipat kayak gini. Dan apalagi ini, surat?" Gumamnya sendiri kaget.

Acturas perlahan-lahan membuka surat tersebut. Tetapi terhentikan dengan kedatangan Rayna yang membawa P3K. Dengan segera ia memasukkan lagi barang-barang tersebut ke saku jaketnya.
10 menit berlalu. Luka yang ada di wajah Acturas sudah diobati oleh Rayna. Ia menyuruh Acturas untuk beristirahat agar badannya terasa baikkan. Setelah meninggalkan pesan itu Rayna berjalan meninggalkan Acturas dengan obat P3K di tangannya. Melihat mamanya sudah pergi, Acturas dengan cepat mengeluarkan barang yang disimpannya tadi. Ia membukanya perlahan-lahan kemudian membacanya.

Hai

Maaf ya aku kurang sopan karena memakai hpmu tanpa izin. Percaya deh aku hanya chat satu orang saja yaitu Hanif untuk ngasih kabar tentang mu kalau yang lain tidak ada sih. Maaf sekali lagi, aku nggak nemenin kamu sampai sadar soalnya hari sudah sangat malam dan aku harus pulang. Kamu berantem ya tadi? Soalnya luka diwajahmu menjelaskan semuanya, oh ya jangan kaget dengan pisau itu ya. Aku ngasih buat kamu untuk jaga diri, setidaknya kamu menyediakan senjata tajam sebelum dibunuh. Itu mungkin akan membantumu untuk bertahan. Kamu tau? Pejuang sejati tidak dilihat dari seberapa banyak ia membunuh melainkan seberapa lama ia bertahan.

cepat sembuh ya:)

Setelah membaca isi tulisan tersebut, dengan cepat Acturas memeriksa handphonenya. Ternyata benar orang asing itu menchat Hanif. Hal tersebut tentu membuat Acturas penasaran dan bertanya-tanya

"Bentar, ini yang bantuin gue, cowok apa cewek ya, dari hasil yang gue temukan kayaknya cewek yang seumuran dengan gue deh. Nggak mungkin nenek-nenek kan. Wah bahaya nih kalau gue nggak sampe ketemu nih orang. Gue janji deh kalau seumuran dengan gue, gue jadiin teman dekat. Atau gue tembak aja ya secara hukum harfiah kan gue ganteng, putih, hidung mancung, pintar lagi mana ada cewek kalau gue tembak nggak akan mau. Dahlah dari pada otak gue puyeng lebih baik gue tidur itung-itung cari referensi"

Setelah bergelut dengan pikirannya Acturas memutuskan untuk memasuki dunia mimpinya.

Selamat menikmati😊
Jangan lupa menekan votenya ya🙏🙏

ActurasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang