Chapter 7《Perasaan?》

212 109 61
                                    

*HAPPY READING*

Siulan angin malam memasuki kamar Acturas. Laki-laki yang katanya cuma ganti baju kini tak kunjung juga keluar dari kamarnya.

"Nif Tante mau nanya nih"
Tanya Rayna memecah keheningan

"Tanya apaan Tan?"

"Acturas itu ada teman ceweknya nggak? kalau dilihat-lihat kayaknya dia nempel terus sama kamu"

"Kalau didalam kelasnya ada kayaknya Tan, emangnya kenapa tante ngomong gitu?"

"Tante nggak pernah dengar tu Acturas bicarain tentang perempuan"

"Sekarang mungkin belum Tan, nggak tau kalau besok."

"Maksudnya?"

"Acturas kayaknya ada naksir sama cewek sekarang Tan"

Perkataan Hanif sukses membuat Rayna penasaran. Kenapa tidak, ya karena selama Acturas hidup, ia tidak pernah bicara tentang perempuan melainkan tentang Hanif, pelajaran dan lain sebagainya

"Beneran? Siapa?" tanya Rayna lagi diambang penasaran.

"Kalau nggak salah, murid pindahan deh Tan yang sekelas sama Hanif, orangnya cantik tapi sayang pendiam plus cuek Tan," jelas Hanif antuas.

"Syukurlah kalau gitu, tante kira Acturas udah nggak normal."

Mereka berdua tertawa dikeheningan malam. Duduk di sofa yang berada di depan TV dengan pembicaraan tentang Acturas membuat mereka senang tanpa alasan. Namun, dari kejauhan tanpa di sadari, Acturas juga ada di sana mendengarkan percakapan mereka. Hal ini membuat Acturas tersenyum melihat gelagat Hanif yang mengarang-ngarang akan perasaannya.

Melihat mereka kembali fokus ke arah TV, Acturas berjalan mendekati mereka dengan wajah kesal yang dibuat-buat.

"Ngomong kok dibelakang sih kawan didepan doong"
Kata Acturas menyindir Hanif yang langsung membuat Hanif sedikit terkejut.
"Eh my friend udah siap bersemedinya?" Elaknya
"Belum Nif, ini aku mau lanjut tapi isi perut dulu lah biar fokus"
"Acturas, Hanif udah lama loh nunggunya masa kamu mau nunda-nunda nggak baik lo"
"Iyah ma, aku makannya bentar kok"

***
Acturas berjalan kedapur untuk mengisi dayanya. 10 menit ia habiskan untuk menghabiskan makanannya. Setelah energinya bertambah ia langsung beranjak ke tempat Hanif berada yaitu di ruang keluarga.

"Hanif ayo katanya mau minta ajarin Kimia"
"Oke friend tapi dimana?"
"Kamar aja di sini dingin."

Hanif kemudian berjalan menyusul Acturas, kamar yang terletak di lantai dua kini sedang menyambutnya.

"Lah, lo kesini nggak bawa buku? Terus gimana gue ajarinnya?" Ucap Acturas heran melihat Hanif yang tidak membawa apa-apa ditangannya.
"Kenapa harus repot-repot bawa sedangkan lo punya" balas Hanif tanpa dosa yang langsung duduk di lantai yang sudah dialesi dengan karpet. Melihat tingkah temannya yang minus akhlak, Acturas hanya bisa mengusap dadanya dan berkata
"Ingin marah tapi nggak jadi."

***
Acturas menyusul Hanif untuk duduk disampingnya dan mulai mengajari Hanif materi Kimia yang tidak dimengertinya.

"Mangkanya Nif kalau guru ngomong tu didengerin nggak tidur aja" kata Acturas di sela-sela kegiatannya.
"Gue udah dengerin kok Ras, tapi hati gue nggak mau terbuka untuk Kimia tapi kalau biologi bisa dibicarakan baik-baik".

Pengulangan materi terus dilakukan oleh Acturas, 1 2 3 kali dengan materi yang sama ia jelaskan kepada Hanif. Namun, belum nyangkut juga di otak temannya itu.

"Sudah lah Nif pasrah gue ngajarin lo, sini mana tugasnya gue aja yang cariin"
"Nah gitu doong jadi teman, bermanfaatkan enak"
"Ingat lo harus salin ya gue nggak mau ketauhan lo"
"Iya kalau soal itu aman"

Acturas mulai mengerjakan soal Kimia yang merupakan tugas Hanif. Soal yang katanya susah dapat diselesaikan oleh Acturas hanya beberapa menit saja (biasalah anak olim). Sementara itu hal yang dilakukan Hanif hanyalah rebahan tanpa beban.

"Ras lo pulang sama siapa tadi?"
"Taxi"
"Sendiri?"
"Berdua"
"Sama siapa?"
"Anna"
"Hah serius lo?"
"Iya Haniiiiif"
"Kok bisa?"
"Iya bisalah kan dia belum pulang"
"Nah ini kalau gue yang nawarin pasti nggak mau, kalau Acturas yang nawarin gas keun lah"
"Lo nawarin pulang?"
"Iya tapi jawabannya "lain kali aja ya Nif"
"Berarti dia mau sama gue Nif"
"Pede aja lo Ras"
Acturas tidak menanggapi perkataan Hanif dan masih sibuk dengan tugas temannya itu
"Eh Ras menurut lo Anna itu gimana?"
"Cantik sih tapi sayang orangnya cuek"
"Tapi lo suka kan"
"Belum"
"belum? Berarti ada niat buat suka ya?"
"Rencananya sih gitu"

Mendengar perkataan Acturas, Hanif langsung sujud, ia merasa senang bahwa temannya Acturas sudah menyukai seseorang.

"Lo kenapa Nif? Kerasukan?"
"Yee ini bentuk apresiasi gue Ras. Akhirnya ada juga orang yang membuat lo tertarik sejak sekian purnama"
"Yee lebay lo"
"Hehehe Btw apa yang lo suka darinya Ras?"
"Kan udah gue bilang Nif kalau gue belum suka sama dia"
"Iya juga ya tapi kalian cocok de Ras, dari proporsi wajah kalian hampir mirip gitu, oh ya sedikit information kalau Anna itu nggak bisa Kimia Ras, Nah bisa lo deketin dia dengan itu"
"Udah"
"Udah apaan?"
"Tugas lo"
"Avv makacih baby"
"Iiiiih jijik kali aku dengarnya, kalau sudah nyalinnya cepetan pulang deh Nif, gue mau tidur, capek gue dengan dunia ini." Kata Acturas yang manaiki kasurnya
"Nah begini kalau punya teman, diusir teruuuus."

Acturas berbaring di tempat tidurnya tanpa menanggapi perkataan Hanif.

***
Sementara itu, suasana dikeluarga Anna cukup dingin, sepi, sunyi. Saat ini ia tinggal berdua dirumah dengan pembantunya yaitu Bi Marni. Bi Marni ini merupakan pengasuh Anna sejak umur 5 tahun yang di bawa oleh Safwana yaitu mama Anna ke Australia untuk mengurusi Anna dan saudaranya.

***

Bi Marni sedang menyiapkan makan malam untuk Anna, ia meletakkannya dinampan yang sudah berisi beberapa obat yang akan dibawah kekamar Anna. Karena kamar Anna terletak di lantai 2 terpaksa Bi Marni melewati tangga terlebih dahulu.

Setibanya di sana....

Tok....
Tok....
Tok...

"Kak Anna ini Bibi sudah siapkan makan malam kak"
Hening Tidak ada sahutan didalam kamar
"Kak Anna, apa kakak didalam?" Bi Marni menempelkan daun telinganya kepintu guna mendengar suara dalam kamar. Namun hasilnya nihil, hanya keheningan yang didapatkannya. karena tidak ada sahutan, Bi Marni mencoba membuka pintu untuk melihat keadaan didalam.

"Kak Anna Bibi masuk ya"
Langkah Bi Marni terhenti, ia terkejut melihat pemandangan yang menyayat hati.

BRUUUKK....

Nampan yang berisi makanan seketika terjatuh dari genggaman tangan Bi Marni. Tatapan tidak percaya terlihat jelas di wajahnya.

*
*
*
*
*
K

ira-kira apa yang terjadi ya???
Votmen nggak votmen nggak votmen lah masa engga
Next nggak?
Maaf atas kesalahan ejaannya🙏

ActurasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang