*HAPPY READING*
!
*
*
*
*
*
Jangan lupa tekan bintang!!
Suara bel menggema di setiap ruangan sekolah, murid-murid yang awalnya berjalan kini mulai mempercepat langkahnya menuju kelas agar tidak terlambat. Namun, hal ini bertolak belakang dengan kondisi Anna yang masih santai berjalan menuju kelasnya.
Langkah kaki yang awalnya pendek, perlahan-lahan mulai melangkah jauh setelah melihat waktu yang ada di tangan kanannya. Ia berjalan bersama murid lainnya tanpa menoleh pada siapapun ketika beberapa orang menyapanya. Hingga sapaan sekaligus himbuan dari seorang gadis, menghentikannya ketika ia ingin melangkah masuk menuju kelas."Na, lo dengar nggak kalau gue manggil," ucapnya dari kejauhan yang perlahan-lahan semakin mendekat.
"Oh Kai ada apa?"
"Kenapa lo nggak noleh saat gue manggil tadi?" tanya Kai dengan nada kesal
"Manggil? Kapan? Kok aku nggak dengar?" Jawab Anna yang memang nggak tau kalau ada yang memanggilnya.
"Owh gitu. Ya sudahlah, eh btw tangan lo kenapa? Luka?" Tanya Kai setelah melihat pergelangan tangan kiri Anna dibaluti oleh perban.
Mendengar Kai yang bertanya seperti itu membuat Anna gugup dalam menjawabnya. Pasalnya Anna tidak ingin kalau ada orang yang mengetahui tentang apa yang dia lakukan selama ini terhadap dirinya sendiri."O-oh ini, nggak papa kok. Cuma luka biasa. Iyah luka biasa,"
"Kalau biasa nggak mungkinkan dibaluti sama perban? Pasti ini nggak biasa" selidik Kai
"Eh gurunya datang, duluan kai," elak Anna karena tidak mau memberitahu yang sebenarnya.
●●●
Anna mengaduk-aduk jus Alvokat yang tadi sudah dipesannya. Siang ini, ia tidak mau memesan apa-apa karena katanya lagi nggak mood makan. Nampak dari kejauhan, gadis balsteran itu sesekali mengibaskan rambut hitam legamnya ke belakang dikarenakan panas menyelimuti sekujur tubuhnya. Cukup dengan hal itu membuat pasang mata laki-laki tertuju akan kecantikan yang dimiliki oleh gadis blasteran itu.
"Eh na, pulang nanti temenin gue ya beli buku. Nggak jauh kok, palingan cuma 15 menitan. Lagian lo belum kenalkan lokasi sini. Naaah, mumpung baik nih gue ngajakin lo. Mau ya?" Ucap Kai setelah menyendok satu bakso ke mulutmya.
"Gimana ya ... " pikirnya
"Udah fiks nih ngikut? Makasih ya" kekeh Kai yang kedengaran maksa di telinga Anna.
"Yaudah de. Tapi awas kalau lama-lama."
"Iyah nggak lama kok, 15 menit aja cuman," ujar Kai memastikan perkataannya.
Belum habis percakapan 2 insan tersebut. Seseorang yang tidak di undang memotong ketenangan mereka. Hal ini tentu membuat Kylie memasang wajah sinis sekaligus kesal.
"Hai Syafwana calon wanitanya Revan, ikut gue yuk," yap, tidak lain tidak bukan adalah Revan si fuck boy.
"Mending lo ganggu yang lain aja de Van, jijik gue dengar kata-kata lo." Jawab Kai menghentikan tangannya menyuap bakso dan melemparkan wajah kesal ke arah Revan
"Yee yang mau gangguin lo siapa, pede aja lo bawang merah."
"Eh centong panci, mending lo pergi sebelum gue benar-benar ngusir lo" Ancam Kai dengan emosi yang tidak terbendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acturas
Teen FictionSetelah membaca isi surat yang ditemukan dalam saku jaket Acturas, membuat laki-laki tersebut bertanya-tanya siapa orang yang menulis dan menyelamatkannya pada malam itu. Acturas Davient Fadeyka seorang siswa dari sekolah SMA Aksara Bangsa...