🌹Forgive me, Please?

2.1K 208 31
                                    

"Jisoo.. maaf.." Taehyung melangkah mencoba meraih kembali lengan Jisoo.

Namun, Jisoo lagi-lagi menjauh. "Kemana saja Tae? Sudah menemukan wanita lain, huh?" Ketus Jisoo dengan nada yang dibuat sesarkas mungkin. Dalam lubuk hatinya ia mati-matian menahan diri agar tetap terlihat tenang.

Taehyung menunduk, mengambil nafas dalam sebelum akhirnya menghempaskan lagi dengan berat. Ia kemudian menatap manik Jisoo, "Bukan begitu, Jisoo.. Dengarkan aku dulu, hm? Jangan marah.."

"Aku tidak punya waktu."

"Jisoo.. jangan seperti ini.."

"Seperti ini apanya? Kau yang menghilang tanpa kabar lebih dulu? Kau juga yang terlihat bersama perempuan lain tepat dihari aku mengajakmu makan malam bersama? Apa kau merasa sehebat itu, Kim Taehyung-ssi? Kau tau kan aku tidak suka dibohongi? Kau tau kan aku akan menjauhi siapapun yang berpotensi untuk melukaiku?"

Nafas keduanya kini terasa lebih cepat, apalagi Jisoo yang kini air matanya sudah menggenang di ujung matanya. Satu kedipan saja maka air mata itu akan menetes. Pertahanannya akan runtuh dan Jisoo tidak mau memperlihatkan itu pada Taehyung. Untuk berkata seperti itu Jisoo harus mengumpulkan keberanian yang tinggi.

Dadanya sesak, sakit sekali. Kenapa saat Taehyung kembali rasanya malah seperti ini? Bukankah ini yang selama dua minggu terakhir diinginkan Jisoo? Kenapa perasaannya kini malah kacau?

Jisoo marah.

Sangat marah.

Merasa dipermainkan, dikhianati.

Jisoo kecewa, ia tidak suka disakiti, ia akan melakukan apapun untuk melindungi dirinya sendiri. Taehyung pernah berjanji menjaganya tapi saat ini malah dia yang paling membuat luka di hati Jisoo.

Mungkin orang lain berfikir jika Jisoo berlebihan, posesif dan segala macamnya. Tapi orang lain tau apa tentang perasaan Jisoo? Jisoo bahkan punya trauma tersendiri dengan lelaki. Bukankah seharusnya Taehyung bersyukur karena Jisoo mau menerimanya dan tidak mengkhianati kepercayaan Jisoo seperti ini?

Rasanya ia semakin benci dengan laki-laki, apakah ia tidak bisa menemukan sihir di dunia ini untuk menghilangkan seluruh lelaki di dunia? Atau memang semua lelaki di dunia ditakdirkan untuk brengsek seperti ini? Jisoo tidak habis pikir.

Jari-jarinya gatal ingin menjambak, menampar atau apapun yang bisa ia lakukan pada lelaki yang sedang berhadapan dengannya sekarang.

Ia lantas melangkah mendekat pada Taehyung,  memberikan tatapan yang menurutnya cukup mengintimidasi sebelum akhirnya ia mendorong Taehyung memaksa lelaki dengan jaket kulit berwarna hitam yang melekat ditubuh kekarnya itu untuk keluar.

"Jisooya, ku mohon.." Taehyung menahan bobot tubuhnya hingga tenaga Jisoo tidak lagi dapat mendorongnya.

Ucapannya terdengar gemetar, menandakan bahwa kini Taehyung sedang lemah. Tapi bukan Jisoo namanya kalau mudah luluh hanya karena hal sepele. Disini dia yang disakiti, mengapa Taehyung yang terdengar menangis? Apakah laki-laki juga pandai memutar balikan keadaan?

"Pergi. Jangan membuatku merasa tidak nyaman dikamarku sendiri."

Tidak ada respon apapun, Taehyung malah balik menatap Jisoo dengan tatapan sendunya. Entah apa maksud tatapannya, Jisoo tidak mengerti. Siapa yang bilang bahwa wanita paling sulit untuk dimengerti? Buktinya, saat ini ada lelaki yang sangat sulit dimengerti untuk Jisoo.

Taehyung dengan cepat merengkuh tubuh Jisoo, memeluknya erat secara tiba-tiba membuat Jisoo terkejut dan tidak sempat menolak. Kakinya ia gunakan untuk menutupnp pintu. Ia lalu menaruh dagunya diatas pundak Jisoo sambil sesekali mengambil nafas yang sangat dalam.

"Aku kehilangan Nenekku, Jisoo.. Dia segalanya untukku. Aku kehilangan rumah ternyamanku. Tolong.. ku mohon jangan tinggalkan aku juga." Pundak Taehyung mulai bergetar, ia juga terdengar menarik ingus dari hidungnya. Pandangannya kosong menatap jendela kamar apartement Jisoo.

Sedangkan Jisoo, ia hanya diam.

Taehyung mengusap air matanya, kemudian melepas pelukannya lalu menatap Jisoo dengan wajah yang memerah dan basah penuh dengan air mata. "Beri aku waktu untuk menjelaskan.."

Jisoo yang tidak memberikan respon apapun Taehyung anggap sebagai jawaban. Ia menganggap Jisoo memberinya waktu untuk menjelaskan semua.

"Aku pernah bercerita padamu k-kan kalau sebelum a-aku pindah ke Seoul, aku tinggal bersama nenekku di Daegu? Nenekku wanita yang hebat dan tangguh, ia membesarkanku disaat Ayah dan Ibuku sibuk mengurus pekerjaan kantornya.." Taehyung menjeda ucapannya yang sedikit terbata-bata karna tersendat isakannya sendiri.

"Beberapa tahun lalu, ibuku meninggal karena sakit yang di deritanya. Hingga aku sekarang hanya memiliki Ayah. Sejak saat itu aku menjadi sangat bergantung dengan nenekku.. Jisoo, k-kau tahu? Nenekku selalu mengusap kepalaku hingga aku tidur.. bahkan diumurku yang sekarang sudah tidak lagi muda.

Saat kau mengajakku makan malam, tentu saja aku bahagia. Aku sangat bersemangat untuk menemuimu, percayalah padaku. Namun.. sahabat kecilku, Sana, tiba-tiba datang ke kantorku. Dia adalah wanita yang mungkin kau sebut sebut tadi. Dia yang memberitahuku bahwa nenek sakit dan menginginkanku untuk ke Daegu.

Sana bahkan sudah menikah, Jisoo.. Ku mohon jangan pikirkan sesuatu yang buruk antara aku dan Sana..

Aku panik, aku tidak bisa melihat Nenekku sakit. Sampai aku meninggalkan ponselku begitu saja, yang sampai sekarang aku masih belum tau dimana. Maaf Jisoo, aku salah.. aku sempat melupakanmu.. tapi Nenekku membutuhkanku.. paling tidak aku menemani nenek sampai nafas terakhirnya.."

Air mata Jisoo jatuh, tak sanggup lagi ia bendung. Ia yakin semua yang dikatakan Taehyung adalah kejujuran, ia bisa melihat matanya yang tidak bersemangat, suaranya yang bergetar dan wajahnya yang pucat.

Taehyung menangkup wajah Jisoo, membawa maniknya saling bertatapan dengan milik gadis dihadapannya. "Maafkan aku Jisoo.. Ku mohon.." Taehyung memejamkan matanya, hatinya sakit.

Ia terlalu larut dalam kesedihannya hingga lupa bahwa ia melukai seseorang. Ia merasa bersalah pada Jisoo. Taehyung sibuk menutupi lukanya sendiri tanpa sadar jika ia menggores luka pada orang lain.

"Aku merindukanmu.. Jangan menjauh.. jangan melupakanku lagi.."

Taehyung membuka sedikit kedua matanya ketika mendengar ucapan Jisoo, ia merasakan pipinya yang di usap oleh jemari lembut milik gadis bermarga Kim itu.

"Aku lebih merindukanmu, maaf aku baru bisa datang sekarang.." Ucap Taehyung dengan suara serak khas orang habis menangis. Tangannya naik mengusap pucuk kepala Jisoo, memberikan kecupan lembut yang cukup lama dikening Jisoo.

Keduanya tersenyum, mengusap sisa air mata di wajah masing-masing.

Ah, ini tidak seperti yang Jisoo bayangkan. Beberapa saat lalu ia berfikir bahwa saat ini adalah kesempatan terakhirnya melihat Taehyung.

"Jangan menangis lagi, Taehyung. Kau jelek."

Taehyung terkekeh, "Aku tidak pernah jelek, Jisoo. Aku terlahir tampan." Ia kemudian menarik lengan Jisoo hingga jarak keduanya kini sangat intim. "Hey, aku tidak akan bertanya pendapatmu lagi. Aku sudah menentukan bahwa mulai sekarang kita adalah kekasih."

"Mana bis--" Jisoo belum sempat selesai menjawab, Taehyung sudah lebih cepat mencium bibirnya.


*****


Guys, kalian yang kemarin2 hujat Tae ayo minta maap cepet😤😤😤😤

Btw, sebenernya aku ga begitu puas sama chapter ini, aku nulis ini sedikit terburu buru di sela-sela pengerjaan skripsiku. Karena aku udah janji juga untuk update 2x dalam seminggu :(

Semoga kalian suka ya chapter ini, Sana sama Tae gak ngapa2in kok guys wkkwkwk

Jgn lupa vote dan komen ya❤️

Jisoo and Her FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang