02. Perhatian Alden

2K 162 34
                                    

Alden menghisap rokoknya lalu mengehembuskannya tepat di depan wajah Alice hingga membuat gadis itu terbatuk akibat asapnya. Puntung rokok itu diapit oleh kedua jari milik Alden dan ujungnya di hisap olehnya hingga mengeluarkan asap.

"Uhuk... uhuk... Alden jangan gitu ah!"

Alden hanya menatapnya dengan tatapan datar tanpa senyuman. Cowok yang berdada bidang dengan rambut hitam legam menghiraukan ucapan Alice dan masih memilih untuk fokus pada rokoknya dan engan untuk menjawab ucapan Alice.

Beberapa menit keduanya masih diam dan saling bertatapan dan jangan lupakan tatapan mengerikan dari Alden yang membuat Alice sebenarnya sedikit takut. Cowok itu selalu melemparkan tatapan tak suka pada Alice, entah apa yang Alice lakukan sampai Alden tega memperlakukannya seperti itu.

"Lo pakai narkoba ya?" Tanya Alice pada Alden.

Lagi-lagi Alden diam beberapa detik sambil menikmati sebatang rokok yang sudah mengecil itu.

"Lo tahu darimana?" Tanya Alden.

"Gue gak sengaja nemui barang itu dari lemari lo," jawab Alice.

Lagi-lagi Alice harus bersabar melihat kelakuan Alden yang sudah sangat rusak, ia hanya bisa menghela napas pelan sambil menahan kekecewaan.

"Sejak kapan?" Tanya Alice.

"Baru, sekitar sebulan yang lalu."

Alice menundukkan kepalanya sambil menarik napas perlahan.

"Jauhi barang itu, gue takut lo jadi buronan Polisi," Ucap Alice.

"Lo gak usah ikut campur, gue harap lo tutup mulut soal ini! Paham?"

Alice mengangguk pelan.

"Lo gak lupakan soal perjanjian kemarin?" Tanya Alden sambil menatap Alice dengan dalam.

Alice terlihat tak nyaman tapi jika menolak pasti Alden lebih marah dan ia tidak mau jika Alden menghukumnya dengan hukuman yang lebih berat. Perlu diketahui bahwa Alden adalah orang yang sangat nekat, ia tak segan melakukan apa saja yang ia inginkan.

"Enggak," jawabnya singkat.

"Bagus," balas Alden sambil meraih dagu Alice.

Alice pun pergi manjauhi Alden dan duduk di sofa sambil memikirkan bagaimana mirisnya hidupnya bahkan ia hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari orang sekitarnya dan mendapatan cinta yang tulus, hanya itu yang ia mau tapi ia tak kunjung mendapatkannya. Malahan ia dijadikan sebagai pemuas nafsunya Alden.

Belum lagi ia harus menghadapi sang Kekasih yang sangat Posessive. Saat bersama Alden, Alice tidak boleh membantah semua perkataan Alden dan ia harus nurut. Suka tidak suka, mau tidak mau ia harus melakukan segala permintaan Alden. Jika tidak, Alden akan melakukan kontak fisik bahkan tak jarang malah membuat lebam di sekujur tubuhnya.

Egois? Benar sekali, untuk menggambarkan seorang Alden ia adalah cowok egois yang tak bisa menghargai perasaan perempuan yang sangat mencintainya.

"Gue tunggu di kamar," ucap Alden sambil berjalan masuk ke dalam kamar duluan.

Alice memejamkan matanya sebentar lalu menghela napas gusar saat melihat punggung Alden dari belakang. Ia memijit keningnya sebentar dan setelah itu beranjak dari sofa tersebut dan segera menyusul Alden yang kini sudah berada di kamar.

ALDEN  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang