Semenjak hari itu, Alice dan Gibran menjadi dekat. Mereka kerap kali pergi berdua dan melakukan kegiatan yang belum pernah ia lakukan dengan Alden sebelumnya. Gibran mengajaknya makan malam bersama, belajar sama, dan bahkan mengenalkan Alice pada teman-temannya.
Hadirnya Gibran di hidupnya sangat merubah segalanya, ia bahkan jauh lebih ceria sekarang dan bahkan merasa legah setelah hubungannya dengan Alden telah usai. Alice pun sadar bahwa ia harus memulai hidupnya yang baru tanpa sosok Alden karena apapun yang terjadi hanya ia dan dirinya yang mampu bertahan.
"Gimana hubungan lo sama Alden?" Tanya Alice saat keduanya tengah duduk di pinggir danau.
Gibran terdiam beberapa detik sebelum menjawab pertanyaan Alice barusan.
"Gue sama Alden udah gak temanan, gue dianggap penghianat sama dia."
Mendengar hal itu, Alice mengerutkan keningnya. Ia bahkan tak menyangka bahwa Gibran akan terkena imbasnya.
"Maaf Gib, ini semua gara-gara gue. Harusnya lo gak nolongin gue waktu itu," Ucap Alice dengan nada merasa bersalah.
Gibran tersenyum manis sambil melirik Alice yang duduk tepat disebelahnya."Lo gak perlu minta maaf Lice, lo gak salah. Lagian teman gue bukan cuman Alden, jadi gue gak gitu perduli."
"Tapi tetap aja, dalangnya gue."
"Lo bukan dalang dari masalah ini Lice, lo gak boleh salahin diri lo sendiri. Mulai dari hari ini, lo bebas kemana aja dan sama siapa aja karena Alden udah gak ada lagi di kehidupan lo, so lo bebas sekarang."
Alice mengangguk pelan, Gibran benar sekarang ia bebas. Bahkan hidupnya kini terasa sangat-sangat bebas akhirnya. Saat dengan Alden, ia merasa seperti di penjara. Semua yang Alice lakukan akan selalu di intai oleh Alden. Berbeda dengan sekarang, tak akan ada sosok Alden yang berhak mengatur hidupnya lagi.
Alice kira, ia dan Gibran akan terasa canggung tapi nyatanya tidak. Cowok itu selalu memiliki topik untuk dibahas sehingga hal ini menghilangkan kesan canggung. Alice yang menceritakan semuanya pada Gibran bagaimana ia dan Alden hingga sampai di titik ini dan cowok itu malah merespon cerita Alice dengan baik.
"Lo tahu soal obat-obat terlarang itu?" Tanya Alice ke Gibran.
Gibran diam sejenak dan kemudian mengangguk pelan.
"Setau gue dia gak makek, dia cuman pengedar."
Alice mengangguk paham.
"Gue masih mikir kenapa dia bisa sejahat itu sama gue? Dan gue juga pengen tahu apa alasan sebenarnya dia lakuin ini ke gue," Gumam Alice sambil menatap pemandangan indah dari Danau tersebut.
"Lo gak akan pernah bisa paham sama isi kepala Alden bahkan prinsip yang dia pegang sekali pun," Kata Gibran.
***
Gibran yang tadinya tengah sibuk mendata keuangan sala satu Kafe miliknya dikagetkan oleh kedatangan Alden yang tiba-tiba saja masuk dan menghampirinya.
Cowok itu datang menggunakan kaos hitam dan dipadukan celana jeans hitam. Gibran yang bingung dengan kehadiran cowok itu hanya bisa diam saja, isi kepalanya sibuk menerka-nerka apa ayang akan dikatakan Alden padanya.
"Gue mau ngomong sama lo bentar," Ucap Alden dengan serius.
"Duduk aja," Suruh Gibran ramah.
Alden pun langsung duduk tepat dihadapan Gibran."Gue mau tanya soal lo dan Alice," Ujar Alden to the point.
"Silahkan, apa yang pengen lo tahu?" Tanya Gibran.
Alden berdeham sebentar.
"Udah berapa lama lo sama dia dekat?" Tanya Alden penasaran.
"Semenjak dia minta tolong ke gue buat anterin dia ke Apartemen lo buat ambil barang-barang dia, ya sekitar dua minggu lebih lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN [Sudah Terbit]
Teen FictionMenceritakan tentang hubungan toxic yang dialami oleh Alden dan Alice. Keduanya memilih untuk bertahan dihubungan itu karena memiliki beberapa alasan bahkan keduanya tak sanggup untuk berpisah meski hubungan yang mereka jalani sudah berada di ujung...