19. Hurt feelings

757 56 4
                                    

Alice menatap sebuah gitar yang berada di sala satu toko yang ia singgahi, saat menatap gitar itu ia teringat pada Alden. Alden pernah mengatakan bahwa ia sangat ingin gitar seperti itu untuk di bawa manggung. Alice menatap setiap detail gitar tersebut dan itu persis gitar yang sangat di inginkan oleh cowok itu.

Semua kenangan itu kembali teringat di kepalanya, Alden bahkan rela mengumpulkan uangnya untuk membeli itu tapi sayangnya uang yang ia kumpulkan itu terpakai untuk kepentingan pribadinya Alden yang memang sangat penting dan akhirnya ia tidak pernah membeli gitar itu.

Alice tersenyum tipis sambil meraba gitar tersebut.

"Sekarang lo udah bisa beli semuanya yang lo mau," Benak Alice.

Alice membatin semoga ia bisa menerima  semua yang terjadi seperti kemarin dan kembali damai dengan Alden, kata-katanya kemarin membuatnya tersadar bahwa hal itu akan menyakiti Alden padahal cowok itu sudah tulus meminta maaf padanya. Alice begini karena satu hal dan ia hanya butuh waktu untuk kembali seperti kemarin.

Sekarang ia sedang tidak baik-baik saja, mentalnya sedang tidak stabil. Alice butuh ruang dan waktu untuk menenangkan dirinya.

Rasa sakit memang tidak akan pernah kekal tapi di lubuk hatinya yang paling dalam mungkin ia masih mencintai Alden disaat bersamaan dengan benci. Bahkan ketika Alden menyakitinya, ia merasa tidak apa-apa bahkan menerima Alden kembali dan ia bahkan tak mau melepas Alden pada saat itu. Meskipun itu sangat menyakitkan.

Alice pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dari toko tersebut, ia masuk hanya untuk melihat gitar itu. Gitar itu mengingatkannya dengan Alden, orang yang pernah ia cintai.

Meskipun seperti ini, Alden terus mengirimkan pesan pada Alice walaupun Alice tak kunjung membalasnya lagi. Cowok itu selalu mengingatkan Alice agar  bisa menjaga dirinya dan tetap berhati-hati. Alden masih tetap perduli karena ia mencintai Alice, ia bahkan tidak perduli jika Alice marah padanya karena selalu mengirimkan pesan yang menurut Alice itu membosankan.

Hal yang paling Alice ingat waktu itu adalah dia mengatakan bahwa Alden adalah seorang penghianat pada saat Alden membawa Wenda pertama kalinya ke hadapannya dan itu masih membuatnya terluka hingga detik ini, Alice bahkan bertanya-tanya bagaimana menyembukannya? Ia ingin benar-benar melupakan semuanya.

Bahkan saat ia menutup matanya sekali pun yang ia lihat hanyalah Alden, sampai sekarang ia tidak pernah merasakan sifat manis Alden di orang lain. Cowok itu memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan rasa sayangnya pada Alice, bahkan di saat Alden selingkuh pun Alice merasa Alden lebih mencintainya dari pada perempuan-perempuan itu.

Jika bersama Alden adalah hal yang menyakitkan itu benar, tapi akan lebih sakit lagi jika tidak bersamanya.

***

"Gue cuman takut ninggalin lo sendirian disini," Ucap Alden dengan ekspresi panik.

Alden lagi-lagi pergi menemui Alice dan sekarang ia jadi sering bulak-balik antara Indonesia dan Singapura, tujuannya hanya untuk memastikan bahwa Alice tetap aman. Selama beberapa minggu ini, Alden merasa tidak tenang dan ia selalu memikirkan tentang Alice bahkan tidurnya tidak nyenyak memikirkan Alice dan itulah mengapa ia memilih pergi menemui Alice.

Alice menghela nafas gusar sambil meneguk es kopinya.

"Lo gak perlu takut, gue bisa jaga diri gue sendiri. Kalau gue mati bukannya lo ikut senang? Lo pernah bilangkan kalau gue emang lebih baik mati?" Ketus Alice dengan sinis.

ALDEN  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang