07. Dia?

1.4K 133 22
                                    

Perlu diketahui bahwa hubungan Gibran dengan Alice hanya sebatas teman dekat, keduanya bahkan tidak saling memiliki perasaan. Gibran masih setia pada almarhuma pacarnya yang sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu dan sampai detik ini ia masih belum mau membuka hati untuk perempuan lain. Alice, hatinya masih untuk Alden walaupun cowok itu sudah sangat membuatnya hancur.

Ditengah kesendiriannya di Apartemen, tiba-tiba saja seseorang dari luar sana membunyikan bel. Awalnya Alice berfikir itu adalah Bintang. Namun, ketika ia membuka pintu ternyata itu adalah Alden. Cowok itu datang dengan mata yang terlihat sembab.

"Ngapai lo kesini?" Tanya Alice tak suka.
Alden diam dan langsung memeluk Alice, Alice masih diam ketika Alden memeluknya. Ini rasanya seperti mimpi, ia bahkan bingung harus bereaksi seperti apa? Semuanya begitu tiba-tiba.

Harusnya hari ini Alden sedang sibuk menyiapkan tentang pernikahannya, mulai dari baju, seserahan, dan lain-lain. Cowok itu memilih untuk tidak pergi dengan Vina untuk melihat baju pernikahan yang akan mereka pakai nantinya. Alden memilih untuk pergi dan menemui Alice.

Setelah semuanya menjadi kacau seperti ini, Alden merasa aneh. Ia merasa kehilangan.

Penyesalan memang selalu datang terlambat dan kini ia benar-benar menyesali semua perbuatannya, ia kesepian tanpa Alice.

"Gue udah gak mau lo hadir di hidup gue," Lirih Alice sambil meneteskan air mata.

"Kehadiran lo di hidup gue malah berdampak buruk, harusnya kita emang gak pernah kenal sebelumnya. Dan sekarang tanpa rasa malu, lo datang kehadapan gue."

Alice pun langsung melepaskan pelukan Alden dan menatap cowok itu dengan tatapan penuh kebencian.

Sebenarnya mereka berdua sama-sama tidak ingin kehilangan dan Alden menyesali semua kata-kata yang ia lontarkan ke Alice, sedangkan Alice sudah berjanji untuk tidak kembali lagi pada Alden walaupun ia masih sangat mencintai Alden dan akan berusaha untuk melepaskan cowok itu dan melepaskan perasaanya.

Bohong jika Alice benci pada Alden, dua tahun bukan waktu yang singkat bagi hubungan merek. Mustahil jika Alice seecepat itu melupakan Alden, sosok yang ia tunggu untuk dapat mencintainya.

"Gue kesini cuman pengen minta maaf ke lo, gue cuman gak suka lo bahagia sama cowok lain. Gue tahu gue egois dan lo juga tahu itu. Maaf Lice," Ucap Alden.

Kali ini, Alice benar-benar melihat sisi lain dari Alden. Kali ini dengan versi yang berbeda. Cowok itu menangis meminta maaf tepat dihadapannya.

"Tolong maafin gue, kasih gue kesempatan Lice."

Mendengar itu, Alice menghela napas gusar bahkan ekspresinya seperti tak suka dan bisa-bisanya ia malah minta kesempatan. Itu terdengar sangat konyol bagi Alice apalagi ia sudah menekankan ke Alden kalau ia sudah tidak mau lagi berurusan dengan Alden.

"Kasih gue kesempatan Lice, maafin gue."
"Kesempatan? Gue udah kasih kesempatan buat lo Den selama ini! Lo sendiri yang udah buang gue layaknya sampah!" Jawab Alice dengan tegas.

"Dan lo juga bilang ke Gibran kalau cewek kek gue banyak di luar sana! Kalau memang banyak, lo bisa nyari di luar sana dan bukan malah ngejar gue balik," Kata Alice sambil menatap Alden dengan tajam.

Alden mengusap wajahnya kasar, lidahnya bahkan terasa keluh untuk berbicara. Ia juga sadar bahwa ia tak tahu diri karena dalam keadaan seperti ini masih berani menemui Alice.

"Gue mau lo sekali ini aja dengarin penjelasan gue, setelah ini lo bebas mau ngelakuin apapun."

Alice menghela napas pelan sambil memejamkan matanya sejenak, kemudian ia mempersilahkan Alden masuk ke dalam.

ALDEN  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang