"Kamu kenapa sih Lice ngejauh dari aku? Emang kita ada masalah apa? Atau aku ada salah sama kamu sampai kamu ngejauhi aku?" Tanya William yang menahan Alice.
Alice diam saat William memegang bahunya bahkan ia tak berani menatap mata cowok itu.
"Kalau kamu gini gimana aku bisa tahu sih Lice!" Tegas William.
"Aku mau tanya sesuatu sama kamu," Ucap Alice.
"Tanya aja Lice, apapun tanya aja."
"Apa kamu punya perasaan lebih Will ke aku?" Tanya Alice dengan suara bergetar.
William diam dan kemudian menatapnya dengan tatapan yang dalam.
"Alice, kamu tahu sendirikan gimana perasaan aku sama kamu. Kamu sendiri Lice yang bilang sama aku kalau kamu belum siap buat pacaran lagi karena trauma dan itulah alasan kenapa aku gak jadiin kamu pacar aku sampai detik ini," Jelas William panjang lebar dengan suara yang lembut.
Mendengar itu Alice meneteskan air mata, bagaimana ia harus menjelaskannya pada William bahwa ia tidak memenuhi kretaria William.
"Setelah dengar ini, kamu harus hapus semua perasaan kamu ke aku."
William mengerutkan keningnya bingung, ia tidak paham apa ayang dimaksud oleh Alice barusan. Jujur saja, mendengar itu ada sedikit rasa takut di hatinya karena ini sangat eneh, Alice tiba-tiba mengatakan hal itu.
"Will, lo bilangkan kalau senakal-nakalnya laki-laki dia bakalan milih perempuan baik-baik."
William mengerutkan keningnya, Alice terlihat sangat aneh hari ini. Cowok itu hanya mengangguk pelan menjawab ucapan Alice berusan.
"Will, gue udah gak virgin. Apa lo yakin dan bisa nerima gue?" Tanya Alice dengan mata yang berkaca-kaca.
William yang mendengar itu merasa sangat terkejut, jantungnya berdegub dengan kencang, kakinya terasa sangat lemas, bahkan perutnya terasa ngilu. Kenyataan itu benar-benar membuatnya terkejut bahkan sekarang ia tidak tahu harus mengatakan apa, ia hanya bisa diam sambil menatap Alice dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Alice menteskan air matanya.
"Aku gak termasuk dalam kriteria kamu Will, aku gak sebaik yang kamu kira. Aku udah rusak," Lanjut Alice dengan suara yang bergetar bahkan sekarang ia menundukkan kepalanya.
William tak mengubris ucapan Alice barusan, ia masih diam membeku.
"Aku cuman mau bilang makasih ke kamu karena udah hadir di hidup aku dan perlakuin aku dengan baik, kamu pantas dapat cewek yang baik Will. Aku gak akan bisa buat kamu, yang ada kamu akan kecewa."
"Kenapa kamu baru akui ini sekarang setelah aku cinta sama kamu," Ungkap William.
"Karena gak semua hal harus kamu tahu Will, itu privasi aku. Aku dan kamu gak akan pernah bisa jadi kita dan aku minta maaf karena baru inu mau jujur," Jelas Alice sambil menahan air matanya agar tidak semakin deras keluar.
"Selanjutnya terserah kamu Will, kita mungkin bisa berstatus hanya sebagai teman saja."
William menggelengkan kepalanya, perlahan cowok itu mundur satu langkah dan kemudian membalikkan badannya dan segera pergi meninggalkan Alice. Ia merasa sangat kecewa bahkan tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Menyedihkan, satu kata yang dapat mendeskripsikan sosok Alice. Ia bahkan sudah nyaman dengan laki-laki yang ia pilih tapi nyatanya ia dan William tidak akan pernah bisa untuk melangkah lebih jauh.
Ia baru saja merasakan jatuh cinta tapi ia sudah merasakan patah hati sesakit ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN [Sudah Terbit]
Teen FictionMenceritakan tentang hubungan toxic yang dialami oleh Alden dan Alice. Keduanya memilih untuk bertahan dihubungan itu karena memiliki beberapa alasan bahkan keduanya tak sanggup untuk berpisah meski hubungan yang mereka jalani sudah berada di ujung...