Alice sudah membulatkan keputusannya untuk tidak lagi berurusan dengan Alden atau pun William, ia tidak mau lagi bertemu dengan keduanya. Alice tahu bahwa Alden sudah meminta maaf padanya tapi ia masih trauma, trauma itu datang kembali dan menghantuinya. Ia bahkan sulit untuk mengontrolnya.
Alice perlahan melangkah mendekati pintu kamar, satu tangannya membuka gagang pintu tersebut hingga akhirnya ia keluar dari kamar setelah seharian berkurung. Ia merasa sedikit lapar dan itulah mengapa ia memutuskan untuk keluar untuk mengisi perutnya.
Terlihat kini penampilannya amburadul bahkan rambutnya mengembang seperti rambut Singa, wajahnya juga tampak sangat lesuh. Alice keluar dengan tidak bergairah tapi untuk saat ini Mama nya sedang tidak ingin menanyakannya pada Alice, ia menunggu sampai Putrinya itu merasa tenang.
Piring yang ada di hadapannya itu hanya ditatapnya dengan tatapan kosong, kata-kata William kemarin masih teringat-ingat di kepalanya sehingga membuatnya menangis lagi. Air mata yang menetes di pipinya langsung ia hapus dan kemudian segera pergi untuk membasu wajahnya.
"Lice," Panggil Mama setelah Alice keluar dari kamar mandi.
"Mama ngomong bentar boleh gak?" Tanya Mama nya meminta ijin terlebih dahulu.
Alice mengangguk pelan sambil menatap Mama nya.
"Tadi teman kamu ada yang datang, katanya dia mau pamitan sama kamu tapi Mama bilang ke dia kalau kamu lagi gak enak badan."
Alice mengerutkan keningnya sambil menatap Mama nya bingung.
"Dia gak sebut nama Ma?" Tanya Alice.
"Namanya Alden," Jawab Mama Alice.
Alice memejamkan matanya sebentar lalu mengusapnya dengan kasar.
"Ngomong-ngomong, Mama kenal sama dia."
"Mama kenal dia darimana?" Tanya Alice bingung sambil berjalan ke arah meja makan dan kemudian duduk di kursi.
"Dia dulu pernah donorin darahnya buat kamu pas kamu kecelakaan, kan?"
Alice terdiam sejenak dan kemudian mengangguk pelan.
"Kamu mau tahu gak gimana cerita sebenarnya?"
Alice menatap Mama nya dan kemudian menggelengkan kepalanya pelan, tapi setelah di ingat-ingat ia tidak begitu tahu bagaimana ceritanya dan yang ia tahu intinya Alden lah yang mendonorkan darah untuknya.
"Jadi waktu itu, kamu lagi di IGD. Mama sama Papa kamu udah panik banget karena Dokter bilang kamu kehabisan banyak darah dan kamu butuh darah, otomatis Mama sama Papa menawarkan diri tapi ternyata tekanan darah Mama gak normal jadi Alden nyobain. Eh, ternyata darahnya cocok."
"Terus Ma?" Tanya Alice sedikit penasaran.
"Alden dengan suka rela donorin darahnya buat kamu dan di situ Mama berterima kasih banget ke dia, kalau seandainya itu gak cepat di tangani kemungkinan Mama bakalan kehilangan kamu."
Penjelasan dari Mama nya mengenai Alden tentu membuatnya terkejut karena selama ini ia tidak tahu ceritanya seperti ini dan bahkan tidak begitu tertarik, tapi hari ini ia merasa aneh saat mendengarnya. Alice merasa ingin menangis, walaupun bersikap kasar tapi Alden masih mau menolongnya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN [Sudah Terbit]
Teen FictionMenceritakan tentang hubungan toxic yang dialami oleh Alden dan Alice. Keduanya memilih untuk bertahan dihubungan itu karena memiliki beberapa alasan bahkan keduanya tak sanggup untuk berpisah meski hubungan yang mereka jalani sudah berada di ujung...