Chapter VIII : Pharmacokinetics

759 94 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bagaimana pendapatmu tentang ... jodoh?"

"Aku saja tak mengerti betul apa itu jodoh," gumamku sendiri ketika teringat pertanyaan dokter Proka yang ditujukan padaku tadi sore. Topiknya terlalu abstrak untuk di bahas.

"Rena, jaga apapun hal baik yang kamu punya, ya."

Aku tertawa. "Ya ... itu sudah menjadi PR -nya aku. Bertambah hari, bertambah baik. Kak Gafi kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"

"Bimbang aja sama jodoh. Katanya yang baik ketemu yang baik."

"Terus apa hubungannya sama aku? Yang baik di dunia ini itu banyak, Kak. Kalau kita cari, sih. Kalau enggak ya gak tahu alias gak nemu."

"Apa ada jaminan kalau mencari bakalan ketemu? Barang yang hilang aja punya opsi untuk bisa ikhlas merelakan, alias gak ditemukan."

"Ya ... iya juga tap-"

"Rena, kamu bakalan jaga itu 'kan?"

Aku menatap Kak Gafi yang memohon. Terlihat seperti laki-laki yang sedang rapuh.

"Perihal masa depan, manusia mana yang bisa pegang, Kak."

"Tapi bisa berusaha 'kan? Katamu seperti 'mencari' tadi."

Aku hanya diam.

"Aku sedang mengejar apa yang aku kejar, tapi aku juga tidak mau apa yang aku nilai berharga malah hilang."

"Kak Gafi berharap sama Rena?"

"Kalau boleh. Sedikit saja."

Aku menatap nanar kedua mata Kak Gafi. Raut sungguh-sungguh itu tergambar jelas.

"Lebih baik ... Kak Gafi kejar profesi impian Kakak, Rena pun akan begitu. Rena juga gak mungkin ngorbanin kuliah Rena gitu aja, karena Rena juga ingin buat Abi bangga sebelum Rena menikah."

"Okey, deal."

"Deal."

Klise percakapan aku dan Kak Gafi tiba-tiba muncul dalam ingatanku. Percakapan ringkas sebelum Kak Gafi izin hendak meraih gelar MBA diluar negeri. Sedangkan aku saat itu baru saja menginjak semester tiga. Percakapan yang random, tapi aku sangat paham maksud dari kalimat tiap kalimat yang Kak Gafi ucapkan. Ya, dia berharap padaku. Sejak lima tahun yang lalu.

"Bi, apapun yang kita cari di dunia ini apakah selalu punya titik temu?"

"Pasti. Pasti mempunyai titik temu. Entah beneran ketemu atau beneran gak ketemu."

"Ih, Abi ... Rena serius."

"Ya ... Abi juga serius."

"Terus kenapa ada dua opsi itu jika kita hanya diperbolehkan berusaha. Usaha tentu ada hasil, dong, Bi."

"Hmm ... Salah. Yang benar itu doa, usaha, tawakkal. Manusia apa bisa menyangkal hasil itu baik atau buruk?"

Pro Re Nata [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang